Category Archives: Inspirasi

Seberapa Cepat Anda Pulih dari Luka?

Dulu waktu bekerja di bagian rekrutmen, selain melakukan tes IQ, kami melakukan semacam tes kepribadian untuk kandidat, yang kemudian semakin mendekati konsep tes kecerdasan emosional (EQ). Konon, memang terbukti bahwa karyawan yang juga cerdas emosional jauh lebih baik daripada sekedar cerdas intelegensi (IQ).

Salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah kemampuan beradaptasi dengan cepat. Mereka mudah menyesuaikan diri dengan perubahan, tanpa menganggap dirinya secara berlebihan jadi objek negatif atau korban dari pihak lain. Ketika mereka terjatuh atau tersandung, dengan positif mereka akan tetap melanjutkan diri untuk melangkah, alih-alih meratapi dan menyalahkan batu yang menjadi sandungannya.

Orang seperti ini tidak mau berlama-lama tinggal dalam masa lalu, dalam kemarahan, luka atau dendam, atau perasaan negatif lainnya. Mereka bukannya tidak merasa sakit hati atau sedih ataupun kecewa. Tapi mereka mampu mengolah perasaan itu, mampu mengendalikannya. Mereka marah tapi mereka mau memaafkan. Mereka memang terluka perasaannya, tapi mereka memilih untuk bisa segera sembuh. Tidak berlama-lama dalam kesuraman atau kepahitan. Cepat pulih.

Cepat pulih.

Saya suka dengan kedua kata ini. Cepat. Pulih.

Hal ini mengingatkan saya pada tokoh Logan alias Wolverine di film X-Men.

Logan adalah karakter komik fiksi X-Men asal Amerika. Wolverine adalah sebutan untuk Logan, sang mutan yang tajam indra hewannya, dan memiliki kemampuan regeneratif atau penyembuhan diri yang luar biasa.

Contohnya, Logan dapat segera pulih dari luka tembak dalam beberapa menit. Dia juga memiliki kekebalan virtual atas racun dan sebagian besar obat, serta resistensi atas penyakit. Dia bugar, sehat, kuat, panjang umur dan awet muda. Wolverine juga memiliki indra superhuman, yaitu kemampuan melihat hal-hal pada jarak yang jauh lebih besar dari manusia normal. Walaupun begitu, Logan bukanlah makhluk yang bisa hidup selamanya. Dia tetap bisa mati, oleh api atau asam.

Saya jadi cenderung membuat analogi sendiri, menganggap orang yang memiliki EQ tinggi, seperti Wolverine ini. Mereka cepat pulih dari luka, sehat dan bugar serta awet muda karena berjiwa positif, dan memiliki kemampuan melihat dengan cara pandang berbeda yang lebih luas dibanding orang kebanyakan.

Sering saya menemukan orang yang betah berlama-lama dalam kemarahan dan dendam serta menyalahkan orang lain atas masalah yang dimilikinya. Mungkin saya juga pernah seperti itu. Tanpa kita sadari, kondisi seperti itu tak baik bagi kesehatan kita, baik secara mental atau fisik. Dengan memaafkan orang lain, kita juga bisa melegakan diri kita sendiri, dan menciptakan kedamaian hati. Hidup dalam amarah atau dendam membuat kita hidup gusar dan tidak bahagia.

Seorang teman lama saya, yang baru bertemu lagi akhir-akhir ini, rupanya masih seperti itu. Dia masih menyimpan dendam pada seseorang yang menyakiti hatinya belasan tahun lalu. Ketika saya tanya mengapa, dia bilang tak bisa melupakan. Saya tanya lagi apa gunanya menyimpan dendam itu, apakah itu membuatnya lebih baik, dia tak bisa menjawab.

Saya tak mau menghakiminya. Apapun keputusannya, itu urusan dia pribadi. Tapi jika saya jadi dia, saya akan memilih untuk pulih dari rasa sakit, secepat saya bisa, dan maju terus, memikirkan hal-hal yang lebih berarti.

Bagaimana dengan anda?

*-*

Foto: Pixabay

 

 

Ketika Ada Konflik, Kau Ada di Mana?

Tadi pagi, karena suami berangkat kerja duluan, saya naik angkot. Supirnya masih muda, mungkin usia awal 20 tahunan. Di tengah jalan dekat perempatan lampu merah fatmawati, si angkot menyenggol sebuah mobil dan merusak kaca spion mobil itu. Di dalam mobil itu ada dua orang, seorang bapak berumur 60-an yang menyetir, dan (anaknya?) laki-laki, mungkin berumur 28 -30an. Sebut saja si Pemuda.

Begitu bunyi senggolan spion itu terdengar, si Pemuda yang duduk di sebelah si pengemudi langsung teriak menyumpah dengan segala bahasa kebun binatang. Karena macet, dengan segera dia bisa menyusul memepet angkot, dan memaki-maki si supir angkot. Di dalam angkot hanya ada empat orang penumpang. Seorang laki-laki muda di sebelah supir, seorang anak gadis yang sepertinya mahasiswa, seorang bapak tua kurus dan mungil yang terkantuk-kantuk, dan saya.

Karena si sopir angkot hanya minta maaf, Pemuda itu tidak sabar menuntut bayaran pengganti spion. Si sopir angkot mengaku tak sengaja dan tak punya uang. Tapi si Pemuda dengan sangat tidak sabar pun akhirnya sampai mencekik leher si supir angkot. Bapak tua kurus yang tadi terkantuk-kantuk tiba-tiba berteriak dengan suara menggelegar. “AWAS YA! JANGAN MAIN TANGAN KAMU!”

Suara itu begitu kuat hingga saya kaget dan tak menyangka bisa keluar suara sebegitu menakutkan dari bapak tua ringkih itu. segera si Pemuda itu melepaskan cekikannya. Lalu ayahnya yang menyetir menyuruhnya merampas kunci dan meraup semua uang di atas dasbor angkot. Saya kira jumlahnya ada sekitar seratus ribuan. Kuncinya akhirnya dikembalikan karena angkot tidak bisa berjalan dan akan mengganggu lalu-lintas.

“Jangan diambil semua, Om,” kata si supir angkot memelas.

Tapi Pemuda itu tak peduli. Sinar matanya beringas dan menakutkan. Bahkan setelah lepas lewat lampu merah, di jalan raya yang ramai, masih sempat ayahnya memfoto si sopir angkot dengan ponsel, dan si Pemuda berteriak, “Awas ya, akan gue cari lo!”

Si supir angkot malah tersenyum manis ketika difoto.

Penumpang yang duduk di sebelah supir angkot berkata, “Untuk apa lagi dia nyari kamu, kan dia udah ambil uangnya? Kejar aja, pepet mobilnya…”

“Biarin aja… Aduh, itu semua uang modal saya, udah susah-susah nyarinya malah diambil semua,” keluh supir angkot.

Ada beberapa hal yang saya perhatikan. Si supir angkot memang salah dan tidak hati-hati. Tapi si Pemuda pengendara mobil tersenggol spion pun terlalu berlebihan sampai mencekik dan merampas kunci angkot segala, pula bahasa makiannya sungguh tidak berpendidikan.

Selama kejadian konflik di mana si Pemuda yang punya mobil memperlakukan si supir angkot dengan buruk, saya memikirkan akan melakukan beberapa hal dalam keadaan emergensi. Pertama, akan memfoto nomor kenderaan si mobil dan kedua pengendaranya, seandainya si supir angkot dianiaya. Kedua, akan mencari pertolongan dari pihak lain. Ketiga, jika sampai harus rugi, asal supir itu tidak dianiaya, saya akan membantu memberikan uang secukupnya untuk pengganti spion itu. Untungnya penganiayan itu tidak terjadi.

Kami juga pernah mengalami hal yang sama. Sebuah mobil mewah yang harganya hampir tiga kali lipat harga mobil kami menyenggol mobil kami dan kabur begitu saja, untung masih terkejar. Lalu ketahuanlah sopirnya masih ABG kelas tiga SMP. Saya dan suami hanya menasihati anak itu. Orangtua mana yang memberikan anak yang belum cukup umur untuk mengendarai mobil semewah itu?

Yang saya pelajari dari kejadian pagi itu adalah hal ini.

Kita berada di posisi mana ketika konflik datang. Apakah kita seperti si Pemuda, penganiaya yang merasa berhak menghukum semau kita orang yang merugikan kita? Apakah seperti si bapak kurus yang bersuara lantang membela yang teraniaya (walau memang pihak yang salah), atau diam saja menyelamatkan diri seperti si mahasiswi karena mungkin merasa lemah, atau malah mengompori dan menambah masalah seperti lelaki di sebelah supir angkot, atau, mencoba turut ambil bagian mencari jalan keluar agar tercapai perdamaian, sekalipun kita jadi ikut dirugikan?

Kalimat berikut ini mungkin terdengar klise, terlalu ideal, atau muluk-muluk, tapi sesungguhnya itulah yang benar. Mudah dikatakan, sulit pada pelaksanaannya.

Jadilah pembawa damai.

Sekalipun kita dirugikan. Seperti tertulis di kitab suci; Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!

Jakarta, 11Nov’16

-*-

Foto: Pixabay

 

Anda Ingin Menjadi Siapa

Jika bisa berubah wujud, anda ingin jadi seperti apa atau seperti siapa?

Sebagai hiburan yang kreatif, film X-Men menjadi salah satu genre film yang menjadi favorit saya. Dalam episode X-Men, First Class, ada beberapa percakapan yang menarik bagi saya pribadi.

Salah satunya adalah ucapan Magneto pada Mystique: “Kau ingin masyarakat menerimamu. Tapi kau bahkan tak bisa menerima dirimu sendiri!”

Magneto berkata demikian pada Mystique yang punya kemampuan berubah wujud. Aslinya Mystique berkulit kasar dan berwarna biru, dan bermata kuning, tapi dia memilih wujud seorang wanita cantik sempurna. Dia tak percaya diri dengan wujud aslinya yang aneh dan agak menakutkan.

Saya suka Mystique. Karakter mutan yang diperankan dengan akting yang cantik oleh Jennifer Lawrence ini bagi saya terlihat sungguh mengasyikkan. Bisa mengubah wujud dan suara dengan alami, menurut saya itu keren.

Jika berandai-andai bisa seperti Mystique, saya mungkin ingin mengubah wujud menjadi seperti Mariana Renata atau Rachel Weisz. (Keep on dreaming! kata hati saya, hahaha…)

Seperti Mystique, siapa yang tidak ingin penampilan menarik dan wajah yang cantik? Pun Mystique, ingin terlihat “normal” agar bisa diterima di lingkungan manusia. Sebab jangankan manusia, bagi lingkungan mutan pun dia lebih menarik dengan wujud manusia daripada wujud aslinya.

Siapa yang tak ingin terlihat enak dipandang hingga orang memuja dan memuji kita, atau menerima kita? Bahkan ada orang yang akan melakukan apa saja untuk diterima orang lain.

Apakah anda pernah mendengar bahwa belakangan ini kaum muda Korea cenderung berprinsip lebih baik bokek daripada jelek, sehingga mereka bela-belain melakukan operasi plastik? (Bukan hanya perempuan, juga laki-laki lho…)

Siapa yang tak ingin diterima. Itu adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan untuk dianggap menjadi bagian dari sebuah komunitas.

Sesungguhnya hal itu bisa menjadi salah satu sumber masalah dalam hidup kita. Kerap terjadi, keinginan batiniah untuk diterima orang lain, membuat hidup kita semakin tidak bahagia dan melakukan hal yang membuat kita susah.

Segala cara mungkin akan ditempuh orang hanya untuk bisa diterima atau dianggap atau dihargai oleh orang lain. Tempo hari ada kenalan baru yang saya kira anak pejabat karena penampilan selalu wow, bahkan kadang memakai mutiara yang mewah.

Baru saya tahu kalau ternyata itu hanya tampilan artifisial. Sesungguhnya dia berasal dari keluarga yang bahkan belum bisa tinggal di rumah sendiri (bukan bermaksud menghakimi, saya hanya tak menyangka, dan saya justru jadi prihatin mendengarnya).

Dulu ada juga seorang rekan yang memang selalu rajin mentraktir semua orang dan rutin memberi bunga untuk semua wanita di kantor di hari Valentine. Mungkin itu hanya cara untuk menunjukkan bahwa dia ingin diterima dan dianggap istimewa.

So much for an acceptance.

Saya juga di waktu lalu pernah ada masa ketika saya mungkin merasa harus melakukan hal tersebut, tapi saya kemudian berhenti dan mengambil pelajaran. Bahwa itu sia-sia. Percuma. Itu adalah kesimpulan saya ketika saya berusaha untuk diterima dalam sebuah komunitas tapi kemudian saya harus melakukan yang bertentangan dengan prinsip.

Carilah orang yang bisa menerimamu apa adanya. Jika kau tak diterima, cari tempat lain, tapi jangan lupa introspeksi diri jangan sampai memang kita yang salah membawa diri hingga tidak diterima.

Seperti si Mystique, cara terbaik memang adalah menjadi diri sendiri dan menerima diri sendiri. Saya misalnya, menerima kenyataan bahwa saya bukan orang sanguin yang supel. Sampai sekarang, saya sadar, walau sudah terus berusaha belajar, saya masih seseorang yang belum lulus juga dari (contohnya) pelajaran “berbasa-basi”. Saya masih gagu jika mendadak bertemu dengan orang baru dan hanya bisa bertahan berbasa-basi di bawah lima menit kecuali orang itu bisa terus membawa percakapan. Itu sebabnya saya lebih memilih diam, daripada jadi canggung berhadapan dengan orang lain, atau malah jadi bikin masalah seperti salah komunikasi.

Ada ucapan orang bijak, kira-kira begini:

Jika anda harus membuktikan sesuatu pada orang lain agar diterima, mungkin justru itu saatnya anda harus pergi dari orang semacam itu.

Mengapa? Itu pertanda bahwa anda tak diterima apa adanya. Lebih baik mencari komunitas yang layak untuk anda dan anda layak untuk mereka.

Sebab menurut saya pribadi–bukan bermaksud skeptis–tak ada orang (hanya Tuhan) yang bisa menerima kita apa adanya. Kita harus lebih baik, mengubah diri kita lebih baik, itu salah satu cara untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan berbuat baik pun belum tentu kita diterima, apalagi sebaliknya?

Tuhan mencintai kita apa adanya. Tapi saya yakin Tuhan juga ingin kita berubah makin hari makin baik hingga makin menjadi serupa seperti imejNya.

Jadi seperti si Mystique, mari terimalah diri kita apa adanya, tapi jangan berhenti di situ. Tapi, berusahalah berubah lebih baik lagi, lagi dan lagi. Sebab proses perubahan itu memang tak ada habisnya.

Jadi jika ada yang bilang: I love you just the way you are, ah yang bener!

🙂

*-*

Foto: Pixabay

Politik Bikin Stres, Ini Tips Biar Kamu Rileks

Setahu saya, pemilihan umum dan pemilihan presiden atau kepala daerah kerap disebut sebagai “pesta demokrasi”. Tapi kalau melihat fenomena akhir-akhir ini, suasananya jauhhh dari arti pesta.

Alih-alih gembira, ketegangan merembet di mana-mana. Terutama di jagad maya dan media sosial. Kebencian dan kemarahan jadi warna jamak di timeline kita.

Kalau kamu bukan termasuk yang berkepentingan sama hiruk pikuk itu, tapi kemudian terganggu pada ketegangan yang menular, bahkan ikut jadi stres juga, berikut ini beberapa tips yang bisa kamu ikuti:

1. Puasa media sosial
Tinggalkan dulu aktivitas di media sosial dan sibukkan diri kamu dengan kegiatan lain, misalnya tenggelam dalam pekerjaan, membangun waktu berkualitas dengan keluarga, dan sebagainya. Tapi itu mungkin sulit. Kalau begitu, beralih ke tips berikut.

2. Unfollow
Di media sosial seperti Facebook ada fitur unfollow, supaya kamu tak perlu terpapar postingan dari orang-orang yang bikin kamu stres. Tapi kamu masih bisa berteman dengan mereka. Kalau ini kurang greget rasanya, lanjut ke tips berikut.

3. Bersih-bersih
Ini langkah praktis saja. Daripada kamu stres, lebih baik putuskan pertemanan di media sosial. Apalagi kalau teman yang rese itu sekadar teman ketemu di medsos. Bukan berarti kalian tak bisa berteman lagi. Bukankah bertemu muka dengan muka itu lebih baik?

Nah, kalau sudah begini, biasanya suasana hati akan lebih baik. Tapi kalau sudah terlanjur stres, marah, atau lelah hayati, tips berikut barangkali bisa membuat kamu rileks:

1. Tarik nafas yang dalam. Lakukan dalam posisi apa saja lalu lakukan ‘meditasi’ pikiran. Fokuskan perhatian pada apa yang terjadi saat ini. Dengarkan suaramu bernafas, cepat, lambat, dalam? Dengarkan suara-suara yang ada, atau keheningan.

2. Berendamlah di air hangat. Dijamin pikiran lebih tenang, badan lebih rileks. Atau pergilah ke tukang pijat untuk merelaksasi otot-otot.

3. Dengarkan musik yang menenangkan.

4. Menulis. Beberapa orang merasa rileks setelah menulis apa yang mereka rasakan. Bisa bikin jurnal, diary, atau menulis di blog dan portal komunitas, seperti Petra Online ini.

5. Minum air hangat tanpa alkohol atau kafein. Bisa teh atau susu hangat.

6. Pergi piknik.

Kalau kamu punya tips lain, monggo lho ya berbagi di Petra Online.

Salam damai!

Foto: moozthemes/Pixabay

Minoritas dan Toleransi

Aku Kristen. Minoritas di negeri ini. Dulu, ini tidak jadi masalah. Sekarang, kok sangat bermasalah ya?

Entah karena dulu aku bersekolah di sekolah Katolik sejak SD hingga SMA, atau karena belum ada media sosial. Entahlah.

Yang aku rasakan adalah rasa senang memiliki banyak teman dari berbagai agama. Teman sekolahku hanya sedikit yang non Kristen dan Katolik. Hanya segelintir yang beragama Budha, Hindu dan Muslim.

Sementara itu, tetangga rumahku kebanyakan muslim. Setiap lebaran, ibuku tidak perlu memasak. Kami selalu mendapat kiriman makanan dari tetangga kiri, kanan, depan, belakang bahkan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Lumayan. Bisa bertahan 3 hari. Sebenarnya bisa bertahan seminggu sih, kalau saja adikku yang nomor 5 tidak rakus.

Setiap Tahun Baru–aku tinggal di Medan, biasanya kami menerima tamu setiap Tahun Baru, bukan pada saat Natal–ibuku bingung. Kami harus mengirimkan makanan ke banyak tetangga yang telah mengirimkan kami makanan pada saat Lebaran.

Lumayan banyak. Tapi kata ibu, itu tidak menjadi soal, karena kita harus saling memberi. Sensasi mengirimkan itu yang sungguh aku rasakan. Tanpa pamrih. Tanpa curiga.

Sering juga terjadi, aku, kakak, dan adikku mengajak tetanggaku yang muslim untuk ikut ke gereja kalau ada perayaan Natal sekolah minggu. Nanti dapat bingkisan, kataku saat itu membujuknya. Jadilah kami beramai-ramai ke perayaan Natal. Senang sekali.

Menjadi minoritas semakin terasa ketika aku kuliah dan memasuki dunia kerja. Aku ikut dalam Persekutuan Mahasiswa di fakultasku. Biasanya kami mendapatkan sebuah aula berukuran sedang untuk beribadah.

Namun, pernah suatu kali, ada perintah dari Dekan bahwa banyak mahasiswa yang keberatan kalau kami melakukan ibadah di aula tersebut. Alasannya, kami tidak membersihkan aula setelah memakainya.

Tentu saja ini mengejutkan. Kami sangat tahu diri. Kami sudah dipinjamkan ruangan untuk beribadah, maka pasti setelah selesai beribadah, kami membersihkannya, bahkan lebih bersih dari sebelum kami memakainya.

Tapi kami menurut saja. Tidak perlu berbantah-bantahan. Kami beribadah di halaman kampus.

Hal ini berlangsung tidak lama. Hingga akhirnya kami boleh memakai sebuah bangunan terpisah tidak terlalu jauh dari fakultas. Tempat itu terbuka. Kurang terawat. Sebelum beribadah, kami harus membersihkannya.

Sementara teman-temanku yang muslim mendapatkan sebuah mushola bagus di halaman fakultas. Dilarang iri. Sudah sangat sering aku mengajari diriku untuk tidak boleh iri. Aku terbentuk menjadi orang yang sangat bertoleransi, tidak perlu berdebat kalau tidak diperlukan.

Memasuki dunia kerja semakin terang benderang. Aku bahkan pernah menjadi satu-satunya perempuan nonmuslim di antara 7 pria nonmuslim lainnya. Jumlah karyawan sekitar 170-an.

Untungnya aku sudah terlatih ketika di kampus. Bertoleransi, menghargai perbedaan, mengalahkan ego, menjadi makananku sehari-hari.

Akhirnya memang, mereka sangat menghargai keberadaanku. Sendirian menjadi nonmuslim dalam satu divisi yang berjumlah 30 orang tidak membuatku menangis. Aku bahagia. Inilah kesempatanku menunjukkan warna seorang pengikut Kristus.

 

Luciana Siahaan

Penulis adalah Ketua Dewan Teruna Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Foto: Pixabay.com

Pengalaman dan Mengandalkan Tuhan  

Seorang perempuan berusia 80 tahun berhasil melakukan pendaratan darurat di Wisconsin setelah sang pilot, yang juga suaminya, meninggal di udara. Helen Collins tetap tenang ketika dia mendaratkan pesawat kecil Cessna di bandara Cherryland, bahkan saat itu dia sudah mengetahui bahwa suaminya sudah meninggal.

Menurut James Collins, putranya, ibunya pernah mengambil kursus dasar penerbangan, yakni lepas landas dan mendarat, 30 tahun lalu. Itu pun atas permintaan ayahnya untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu terhadapnya saat dia mengajak istrinya terbang.

Helen Collins tidak pernah mendapat lisensi terbang. Tetapi, dia sudah ratusan kali mendampingi suaminya, John Collins, mengemudikan pesawat. Secara tidak sengaja, dia belajar dari mengamati suaminya. Hal ini sama dengan Daud. Dia belum pernah maju perang, namun dia sudah punya pengalaman melawan hewan yang tubuhnya lebih besar daripada dirinya.

“Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup” (1 Samuel 17:36)

Daud juga menyadari bahwa memiliki sumber kekuatan yang dahsyat, yaitu dari Allah pencipta langit-bumi. Kombinasi antara pengalaman dan penyerahan diri pada Allah menjadi modal utama Daud untuk menjadi pahlawan Israel pada hari itu.
SMS from God: Apa saja yang menjadi “Goliat” Anda hari ini? Dengan kekuatan dari Allah, beranikah Anda melawannya?

 

Purnawan Kristanto

Catatan: Tulisan ini dikutip sudah seizin penulis. Laman asli tulisan ini lihat di:

http://renungan.purnawan.web.id/?p=521

Penulis adalah writer|trainer|humanitarian volunteer|video & photo hobyist|jazz & classic lover| husband of priest |father of two daughters|

Foto:Pixabay

Ketika Anda Merasa Tidak Dihargai

Pernah, tiba-tiba saya dapat SMS dari seorang sahabat, isinya begini:
”Min, gua lagi merasa nggak berharga…”

Sejenak saya tertegun membacanya. Saya tahu di seberang sana, dia pasti sedang berurai airmata sambil mengetik dan mengirimkannya via SMS ke saya.

Saat itu saya belum tahu benar apa yang dia alami dan dia belum menjelaskan, tapi karena saya baru saja baca sebuah buku, saya akhirnya mengirimkan kutipan-kutipan yang kebetulan saya rasa pas untuk kondisinya.

Dan salah satu isi SMS saya yang ternyata mengena ke dia dan pas dengan kondisinya saat itu ternyata adalah ini: ”Siapa bilang loe nggak berharga, tahu nggak, kalo gue punya perusahaan sendiri, loe adalah orang pertama yang akan gue rekrut.”

Dan itu memang bukan basa-basi. Saya tahu potensi dia. Saya sudah kenal dia sejak kuliah. Kami sering bekerjasama, dalam kepanitian dan kepengurusan organisasi kampus dan bahkan dalam kegiatan hidup sehari-hari.

Akhirnya, dia cerita tentang sebuah pekerjaan yang orang lain anggap tidak sanggup dia kerjakan. Padahal bukan begitu yang sebenarnya. Ada banyak alasan politis yang membuat sikap tidak menghargai tadi itu terjadi. Dan kemudian jawaban saya ke dia adalah kutipan-kutipan dari buku yang kebetulan baru kelar saya baca waktu itu.

Bukan bermaksud mempromosikan buku itu, tapi karena seorang teman udah bela-belain meminjamkan buku ini buat saya baca, karena dia rasa buku ini layak dibaca semua orang, saya percaya buku ini memang perlu dibaca, dan semoga berguna buat anda juga.

Bukunya berjudul BECOME A BETTER YOU, oleh Joel Osteen. Buku setebal 400an halaman ini saya sarikan sebagai berikut:

“Engkau dilahirkan untuk hal-hal yang lebih baik dari ini, setingkat lebih tinggi dari sekarang.” Bagaimana caranya?

  1. Terus maju
    2.
    Bersikap positif terhadap diri sendiri
    3.
    Mengembangkan better relationship
    4.
    Membentuk kebiasaan yang lebih baik
    5.
    Menerima tempat di mana anda berada
    6.
    Mengembangkan kehidupan hati anda
    7.
    Tetap bergairah dalam hidup

Berhentilah melihat pada apa yg anda tidak miliki, tapi mulai percaya bahwa segala sesuatu mungkin terjadi, bahwa Allah ingin melakukan sesuatu yg luar biasa dalam kehidupan anda. Rahasianya adalah menjaga mata anda terarah pada tempat tujuan anda.

Pendapat orang lain tak menentukan potensi anda. Apa yang mereka katakan atau pikirkan tentang anda tak mengubah apa yang Tuhan telah tempatkan dalam diri anda.

Jangan biarkan penolakan menjatuhkan anda. Dari penolakan terbesar terhadap kita, biasanya akan keluar tujuan terbesar kita.

Alasan mengapa begitu banyak orang tidak bahagia dan tidak mempunyai antusiasme adalah karena mereka tidak sedang memenuhi takdir mereka. Tuhan menyimpan suatu karunia, harta karun dalam diri anda, dan anda harus memunculkannya!

Belajarlah menyukai diri anda sendiri.

Saat anda memperlihatkan kasih, anda sedang memperlihatkan Tuhan kepada dunia.

Terimalah kritik. Bagaimana cara mengatasi kritik:

  1. Rayakanlah kemenangan orang lain
    2. Jangan habiskan seluruh waktu anda dengan berusaha memenangkan hati para pengkritik anda, berlarilah saja dalam perlombaan anda sendiri
    3. Takdir anda tidak ditentukan oleh para pengkritik anda
    4. Menjaga diri anda tetap bersukacita

Kembali ke teman yang tadi merasa tak dihargai itu, pada akhirnya, di tempat yang lebih bagus, dia mendapatkan pekerjaan yang sungguh menunjukkan potensinya dan mendapatkan penghargaan keren karenanya.

Bagi saya pribadi, membaca buku tadi sungguh bermanfaat! Juga bagi teman saya tadi. Dia merasa diubahkan oleh buku itu. Menjadi lebih baik.

Selamat menjadi pribadi yang lebih baik! Dan ingatlah, jangan pernah merasa tidak berharga, sebab anda berharga di mata Tuhan!!!

-*-

Foto: Pixabay

Anak-Anak Muda Penuh Karya

Sumpah Pemuda mestinya diperingati dengan karya, biar tak terkesan omong belaka. Dan anak-anak muda kita, sudah membuktikannya.

Di balik sebagian generasi muda yang sibuk bernarsis tak penting di media sosial, ada banyak juga yang sadar bahwa mereka harus berbuat sesuatu untuk negeri tercinta.

Beberapa waktu lalu, kami di CNN Student menurunkan laporan khusus mengenai sosok anak-anak muda yang keren itu di rubrik Student Topik “Yang Muda yang Berkarya”.

Kami temukan mereka di beberapa ajang kompetisi sains, seperti Lomba Karya Ilmiah Remaja dan National Young Inventors Award 2016 yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan lomba karya tulis Ilmiah Nasional di Universitas Negeri Malang.

Saya rangkumkan untuk kita semua di Petra Online:

1. Nur Bella Turcica Anibah dan Zahira

20160926_154650-1-1
Karya kedua siswa SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan ini benar-benar menarik. Keduanya mendapati bahwa tanaman kebiul (Caesalpinia bonduc L.) yang endemik di daerah mereka, ternyata mengandung senyawa yang bisa membantu menghambat pertumbuhan sel kanker. Tanaman ini memang sudah dipercaya berkhasiat oleh warga setempat dan mereka membuktikan, ada khasiat lain yang pasti sangat berguna bagi kita, terutama bagi penderita kanker payudara.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161019105429-445-166476/siswi-sma-asal-bengkulu-temukan-ekstrak-penghambat-sel-kanker/)

2. Okti Nurhidayah

p60926-144324
Tubuhnya boleh mungil, tapi hasratnya untuk melakukan penelitian dan penemuan sangat besar. Okti, siswi kelas 11 SMA Negeri 1 Sampang, Cilacap, Jawa Tengah ini, telah menemukan sampo dari rumput bandotan yang ampuh membunuh jentik nyamuk, dan teko tanah liat yang ampuh membersihkan air. Rahasianya, kata dia, adalah selalu kepo alias ingin tahu.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/student-star/20161017105546-463-165982/penemu-mungil-dari-cilacap/)

3. Hanun Dzatirrajwa dan Izza Aulia Putri Purwanto

p60926-150510
Keduanya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Hanun kelas 4 SD IT Bina Amal Semarang Izza di kelas 5 SD IT Al Islam Kudus. Keduanya adalah saudara sepupu.

Karya kedua anak ini luar biasa, bersumber dari jiwa sosial mereka yang tinggi. Mereka membuat permainan papan Ular Tangga khusus untuk anak-anak tuna netra.

Kali lain, mereka mendesain sarung tangan khusus petani tomat. Dengan sarung tangan itu, petani bisa memanen tomat dengan mudah dan tepat.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161003035633-445-162796/anak-sd-ciptakan-sarung-tangan-pemanen-tomat/)

4. Lusia Estihito Estuningrum dan Clara Parahita Nareswari

img-20160930-wa0009
Keduanya adalah siswi SMA Negeri 3 Yogyakarta yang memenangi lomba karya tulis ilmiah nasional di Universitas Negeri Malang. Mereka menemukan ide pembuatan briket daun kering dari daun Ficus elastica yang banyak ditemukan di sekolah mereka. Biasanya daun ini dijadikan kompos saja, padahal akan memakan waktu yang lama. Sebaliknya, kalau dijadikan briket, prosesnya tak lama dan briket bisa dimanfaatkan untuk banyak keperluan.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161006151750-445-163746/duet-siswi-sman-3-yogyakarta-ini-ubah-sampah-jadi-briket/)

5. Ghina Eroz Rasman dan Mega Meulia

img_7817
Siswi dari SMA Negeri 63 Jakarta ini menemukan manfaat lain limbah kulit nanas Palembang alias Ananas comosus.

Limbah nanas itu kalau diolah akan menghasilkan bahan plastik yang ramah lingkungan. Mereka sukses menemukan sumber lain untuk plastik biodegradable yang masih sangat sedikit penelitiannya di Indonesia.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161004135354-445-163192/limbah-nanas-jadi-plastik-ramah-lingkungan/)

6. Albertus Andito

p60926-142246
Siswa kelas 12 SMA Asisi Jakarta ini merancang hal yang unik dan menarik, yaitu gantungan alias hanger kulkas. Tujuannya untuk menjadikan kulkas sebagai alat pengering pakaian.

Dia terinspirasi kebiasaan sebagian orang menjemur pakaian basa di dekat kulkas yang mengeluarkan panas. Nah, supaya gampang, Albertus merancang hanger yang memudahkan orang menjemur.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929134535-445-162093/hanger-sayap-kulkas-pengering-baju-dalam-semalam/)

7. Angelica Grace

img_7994
Angelica masih bersekolah di kelas 12 SMA Santa Laurensia, Jakarta. Dia berhasil menemukan manfaat limbah plastik untuk menghasilkan energi listrik.

Angelica memanfaatkan kemampuan penguraian plastik bakteri B, subtilis dan teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) untuk menghasilkan voltase listrik sambil mengurai plastik.

Plastik yang telah diradiasi UV dan plastik yang belum diradiasi UV digunakan sebagai sumber karbon bakteri dalam MFC. Penemuan ini dapat membantu mengurangi polusi secara global.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929110550-445-162049/limbah-plastik-jadi-listrik-buah-karya-angelica/)

8. Mikha Christevan Tanihatu dan Daniel Prathito

p60926-154417
Kedua siswa SMA Katolik Ricci II Jakarta ini membuat alat yang lucu bin unik. Mereka menamakannya Guntal alias gunting kuku anti terpental.

Ide awal mereka dari rasa malas membersihkan potongan kuku yang berserakan sehabis kita memotong kuku. Nah alat ini akan memotong kuku sekaligus menampung potongannya. Jadi kita akan mudah membuang potongannya. Sederhana idenya, tapi bermanfaat kan?

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929112950-445-162055/guntal-si-pemotong-kuku-anti-terpental/)

9. Widi Jati Laksono

p60927-114631
Siswa SMA Negeri 1 Purworejo ini berurusan dengan lintah. Dia menjadikan lintah sebagai alat pendeteksi cuaca.

Ternyata, lintah memang punya kemampuan itu. Dia berkaca pada sebuah buku yang menyatakan lintah pernah dipakai untuk mendeteksi badai oleh orang Eropa pada abad ke-19.

Lintah, oleh Widi, dimasukkan ke dalam wadah berisi air yang telah dipasangi sensor infra merah. Posisi lintah di dalam wadah menjadi penentu cuaca.

Jika cuaca cerah, lintah akan berada di permukaan air. Ketika mendung, lintah akan berada di tengah menuju ke bawah. Sedang saat hujan, lintah akan berada di dasar wadah.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929154122-445-162154/berkat-lintah-jadi-finalis-lomba-karya-ilmiah/)

10. Sang Ayu Prischa Astarina dan Ni Kadek Ayunda Sarini Dewi

p60926-134412-copy
Sepasang siswi SMA Negeri 4 Denpasar, Bali, ini menemukan bahwa mendalang itu ternyata bisa meningkatkan memori otak.

Saat mendalang, si dalang menggunakan hampir seluruh anggota tubuhnya. Otak akan bekerja mengingat cerita, mengeluarkan suara yang berbeda untuk tiap karakter, tangan yang aktif dan terampil, dan kaki yang ikut memainkan alat musik.

(Cerita lengkapnya di: http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161004110143-445-163139/siswi-bali-ini-buktikan-mendalang-tingkatkan-memori-anak/)

Foto-Foto: Courtesy CNN Indonesia Student