Tak ada yang mau celaka

Siapa yang mau celaka? Tentu tak ada yang mau. Tetapi tahukah Anda bahwa perbuatan Anda yang tercela akan mengganjar Anda dengan respons yang sepadan atau malah celaka?

Itulah yang mau kita renungkan dari secuplik Firman Tuhan yang ada di Mikha 2:1-3.

Tiga ayat ini merupakan bagian dari pasal 2 Kitab Mikha yang secara garis besar bicara tentang dosa-dosa umat Allah yaitu bangsa Israel. Ayat 1-5 berbicara tentang hukuman untuk dosa keserakahan dan keangkuhan.

Pada ayat 1-3 Nabi Mikha menyebutkan tentang malapetaka bagi orang yang berkuasa tapi mereka memeras orang lain untuk kepentingan mereka sendiri.

Di ayat 1 dikatakan orang-orang yang serakah ini sudah merancangkan kejahatan sejak fajar. Artinya hidupnya penuh dengan kejahatan. Pikirannya dipenuhi dengan kejahatan. Padahal mereka itu orang yang memiliki kekuasaan.

Lalu di ayat 2 diceritakan, tak hanya merancangkan jahat, mereka juga serakah. Mereka menginginkan apa yang bukan haknya, mereka menginginkan ladang dan rumah orang lain. Dan untuk memilikinya mereka merampas, mereka menyerobot. dan mereka juga tega menindas dan menyakiti pemiliknya.

Ganjaran bagi mereka, kata Nabi Mikha mengutip firman TUHAN, adalah malapetaka. Mereka akan celaka! Keangkuhan mereka akan berakhir dan itu tidak terhindarkan. Ini bicara tentang hukuman Tuhan yang kelak dijatuhkan melalui kedatangan bangsa Asyur, yang mengakhiri segala kejahatan bangsa itu, merampas tanah dan harta mereka, lalu membawa mereka ke tanah pembuangan.

Saya suka dengan ungkapan orang Jawa yang berbunyi: “Gusti ora sare”. Tuhan tidak tidur!

Ungkapan ini kabarnya muncul karena orang Jawa percaya, bahwa Tuhan memiliki sifat Maha Mengetahui, Maha Memberi dan memiliki sifat tidak tidur. Sehingga segala pengaduan atau permohonan kita akan selalu didengar-Nya.

Di dalam kekristenan, Alkitab juga mengajarkan sifat TUHAN yang seperti itu. Di keluaran 3:7 Dan TUHAN berfirman: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.

Di Ayub 34:28-29 firman TUHAN berkata: sehingga mereka menyebabkan jeritan orang miskin naik ke hadapan-Nya, dan Ia mendengar jeritan orang sengsara. –Kalau Dia berdiam diri, siapa akan menjatuhkan hukuman? Kalau Dia menyembunyikan wajah-Nya, siapa akan melihat Dia, baik itu sesuatu bangsa atau orang seorang?

Firman ini disampaikan Allah kepada bangsa Israel melalui perantaraan utusan-Nya. Sehingga bangsa Israel yang seharusnya paling tahu dan paling mengalami sifat TUHAN ini. Tapi di kitab Mikha kita tahu bahwa kini bangsa Israel menjadi pelaku penindasan dan pemerasan.

Mereka lupa betapa TUHAN mendengar jeritan orang yang teraniaya. Mereka lupa pada malapetaka yang akan menimpa para penindas. Dan itulah yang kemudian akan terjadi pada bangsa itu.

Apa artinya firman ini bagi hidup kita sekarang? Kita harus tahu salah satu atribut Allah adalah bahwa Allah itu tidak berubah.

Maleakhi 3:6 berkata: Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.

Lalu rasul Yakobus juga berkata di Yakobus 1:17 “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”

Allah tidak berubah, sehingga sikapnya terhadap kejahatan manusia pada ribuan tahun yang lalu, masih sama terhadap kejahatan manusia pada masa kini. Sejak semula Allah tidak bisa menolerir dosa.

Dan dosa sejak zaman Adam sampai zaman kita sama saja dampaknya. Dosa itu merusak hubungan kita dan TUHAN. Dosa itu menjerumuskan kita dalam jurang kekelaman.

Tetapi Allah kita juga adalah Allah yang kasih. Sehingga sejak semula Dia telah merancangkan sebuah jalan keluar, yaitu dengan membatasi diri-Nya sendiri berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, sehingga kita bisa keluar dari jerat dosa melalu kasih dan pengampunan.

Hal inilah yang sudah diserukan dan diharapkan oleh Nabi Mikhadi Mikha 7:18. nabi Mikha berkata: Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?

Nabi Mikha tahu bahwa Allah adalah Kasih, yang mau mengampuni dosa. Apa yang didoakan Mikha itulah yang dijawab Tuhan dalam karya penebusan Yesus Kristus, beratus-ratus tahun kenudian.

Allah menyatakan kasih dan pengampunan-Nya dalam karya Yesus Kristus. Dan yang terpenting adalah Yesus Kristus menjadi korban penebusan tunggal atas dosa-dosa manusia dari segala abad dan zaman. Barang siapa percaya pada-Nya, tidak akan binasa karena dosa mereka. Itulah yang membuat keadilan dan kasih Tuhan selalu relevan bagi kita di zaman sekarang.