Punya anak yang “ndut” alias gendut memang lucu dan menggemaskan. Anak-anak seperti ini sering menjadi “pemecah kebekuan” saat mereka bertingkah. Namun, kita sama-sama telah mengetahui, bahaya kesehatan mengintai di balik obesitas anak.
Obesitas pada anak berisiko berlanjut hingga usia dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, dan kanker, demikian penjelasan dari Direktur P2PTM, Kemenkes dr. Lily S. Sulistyowati, MM.
Nah loh, masakan kita mau anak kita terkena gejala diabetes di usianya yang masih kecil. Nih, secara data kita bisa lihat. Jumlah anak yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) semakin meningkat.
Data menyebutkan pada tahun 2014, terdapat sebanyak 41 juta anak obesitas.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, ada sebanyak 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan 10,8% menderita obesitas. Riskesdas 2013 juga menyatakan prevalensi obesitas pada anak yang disertai dengan komorbiditas erat kaitannya dengan kejadian obesitas pada orang tua.
Ini dia penyebabnya anak kita bisa berlebih berat badan, seperti kebiasaan mengonsumsi jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak dan gula, kurang serat), jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil, serta teknik pengolahan makanan (banyak menggunakan minyak, gula, dan santan kental).
Memang sih, obesitas anak bukan melulu masalah pola makan. Ada juga beberapa faktor lain, seperti faktor genetik, yaitu adanya riwayat obesitas pada anggota keluarga yang kemungkinan diwariskan kepada keturunan.
Faktor lainnya adalah konsumsi obatan-obatan tertentu dan faktor usia. Ketika usia bertambah, maka sistem metabolisme akan menurun sehingga menyebabkan lemak lebih cepat tersimpan di dalam tubuh.
Nah, masih menurut dr Lily, ada sembilan hal yang bisa dibuat oleh orangtua untuk mencegah anak dari obesitas.
1. Tidak makan sambil menonton
Paling enak memang makan sambil nonton film bareng anak, namun karena keasyikan menonton orang tua dan anak bisa enggak kontrol sudah berapa banyak makanan masuk ke mulut.
2. Batasi penggunaan gadget
Banyak orang tua malah yang buru-buru memberi gadget biar anak diam. Akibatnya, anak jadi mager alias malas gerak. Kalau sudah begitu ya menumpuklah kalori tidak terpakai di badan.
3. Perbanyak aktivitas di luar ruangan
Banyak aktif di luar ruang artinya juga banyak gerak. Banyak gerak pastilah membuat banyak lemak tubuh terbakar.
4. Biasakan makan dengan keluarga
Menarik sekali anjuran ini. Ya makan bersama keluarga dengan suasana kebersamaan akan membuat nafsu makan terkontrol, karena kalau anak rakus, pasti anggota keluarga akan mengingatkan.
5. Biasakan sarapan sehat, membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah
Sarapan sehat menentukan kesegaran dalam bergerak dan beraktivitas. Kita sama-sama tahu makanan jajanan di sekolah sering kali mengandung banyak vetsin atau unsur-unsur nggak sehat yang bisa merusak keseimbangan berat tubuh.
6. Batasi konsumsi makanan siap saji
Makanan siap saji diolah dengan tinggi lemak. Makanan seperti ini memiliki asupan energi berlebih karena tinggi lemak dan gula, tetapi kurang serat.
7. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
Buah dan sayur kaya akan serat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Buah dan sayur antara lain mengandung vitamin seperti A, C, dan E yang baik untuk kesehatan mata dan kulit, serta menjaga daya tahan tubuh.
8. Tidak merokok dan minum minuman beralkohol
Sebenarnya, tak ada orang tua yang menginginkan anaknya merokok, namun ego orang tua terkadang tetap saja ngotot merokok di depan anak, ditambah lagi minuman beralkohol. Asap rokok jelas merusak tubuh si kecil saat terhisap oleh mereka.
9. Hindari konsumsi minuman ringan dan bersoda
Minuman seperti ini penuh dengan pemanis buatan. American Journal of Clinical Nutrition telah melakukan penelitian, dalam satu kaleng soft drink terdapat 12 sendok teh gula. Kadar gula tinggi yang masuk ke dalam tubuh bisa meningkatkan risiko obesitas.