Kimchi, ramen, kimbab, dan bibimbab. Siapa yang tak kenal kuliner khas dari Korea itu? Kalau belum kenal, berarti kamu kurang banyak bergaul, atau kurang banyak menonton film dan televisi.
Ya karena melalui berbagai program televisi dan tayangan film dari Negeri Ginseng, banyak kuliner dan tradisi Korea yang disebarluaskan ke seluruh dunia. Termasuk juga keindahan alam negeri mereka.
Coba lihat berbagai film serial atau pendek dari Korea. Selain story line yang khas, mereka juga ‘menjual’ berbagai macam kuliner, yang selalu ditampilkan dengan citarasa enak sekali (lihat betapa serunya saat aktor Korea ‘menyedot’ ramen yang masih panas dengan suara mendecap-decap). Belum lagi pemandangan alam yang cantik.
Dari sanalah kemudian kita mengenal ramen, kimchi, kimbab, atau bibimbab. Dari sanalah kita mengenal kota Seoul yang metropolis, distrik Gangnam yang nyentrik, atau Pulau Jeju yang indah.
Saya bergaul dengan orang Korea sejak kuliah. Tapi apa yang disajikan oleh film-film layar lebar, film pendek, serial, video-video di YouTube dan Internet, membuat saya lebih mengenal Korea.
Maaf kalau akhirnya saya kurang menyukai film atau sinetron India, karena lebih menjual ‘drama’ macam Uttaran dan kawan-kawannya itu, yang kemudian diadopsi mentah-mentah oleh banyak sinetron dan film Indonesia. Wajar juga, mengingat banyak produser sinetron Indonesia memang berdarah India, bukan?
Mengapa kurang sekali film, sinetron, atau program hiburan negeri kita ini menjual kekayaan kuliner dan alam negerinya sendiri? Padahal, kurang indah apa pemandangan di Indonesia? Kurang enak apa dan beragamnya kuliner di negeri kita? Kurang unik apa tradisi budaya di Indonesia?
Ada banyak daerah indah di Indonesia yang pasti akan keren banget bila ditampilkan di layar televisi atau bioskop di sinetron atau film-film lokal kita. Masa sih enggak ada yang layak jual dari antara belasan ribu pulau di nusantara?
Saya pernah berkendara dari Mataram, menyeberang ke Sumbawa Besar sampai ke Tambora. Pemandangan alam saat menyusuri pesisir utara NTB itu luar biasa indah. Lautnya tenang, jernih, dan memantulkan warna hijau yang keren banget. Lalu hutan-hutannya? Luar biasa.Pasti di daerah lain tak kalah indah.
Untuk berbagai pertanyaan itu, saya tak punya jawaban pasti. Saya bukan salah satu pelaku industrinya. Dugaan saya, produser-produser film atau sinetron kita itu ‘malas’ banget mencari latar yang indah? Mereka sibuk pada dramaturgi, yang kadang menurut saya enggak layak dikonsumsi segala umur.
Lalu kulinernya. Coba sebut film-film atau sinetron yang mempertontonkan keanekaragaman kuliner kita. Sedikit sekali, kalau tak mau menyebut tak ada. Dugaan saya, produser atau pelaku industri hiburan kita minder untuk menjual keunikan kuliner lokal.
Belum pernah saya melihat aktor kita beradegan di meja makan sambil menikmati rendang Padang (misalnya), sambil berkomentar betapa enaknya rendang itu. Pedas, gurih, dan nikmat. Atau tetiba meminum kuah soto Lamongan langsung dari piringnya karena nikmatnya. Norak? Ya biarin!
Foto: Sharonang/Pixabay