Tag Archives: Petra

7 Tips Mengatasi Hoax yang Wajib Kamu Coba

Berita palsu alias hoax yang beredar akhir-akhir ini telah menimbulkan keprihatinan kita. Dunia maya dan media sosial menjadi saluran penyebaran hoax yang sulit sekali dikendalikan.

Sebetulnya, untuk menangkal hoax bisa kita mulai dari diri sendiri. Sebab tak bisa dicegah, kita semua bisa terpapar hoax. Yang bisa kita lakukan adalah mencegah hoax itu tersebar lagi dengan berhenti menyebarkannya ke lingkaran pertemanan kita.

Ada beberapa tips untuk menghentikan peredaran hoax di Internet, berdasarkan survei kecil-kecilan yang dilakukan PETRA di komunitas alumni persekutuan mahasiswa Kristen Fakultas Ilmu Budaya UI, baru-baru ini:

1. Pastikan kebenarannya
Cukup mudah memastikan kebenaran sebuah informasi di era googling saat ini. Kita tinggal mengetik di kolom pencarian. “Baca baik-baik, lihat sumber beritanya,” kata Dyah Kristiani. Kalau sudah pasti hoax, “Langsung saya hapus,” ujar Sury Waruwu.

2. Kalau ragu
Kamu bisa memanfaatkan komunitasmu, keluarga, orang dekat, atau siapa saja yang kemungkinan besar punya informasi yang lebih bisa dipercayai mengenai sebuah berita, kalau kamu meragukan kebenarannya.

3. Jangan terpikat kata pancingan
Kata “Ini bener enggak ya?” bisa jadi pemancing yang baik dan pembuat hoax tahu itu. Karena itu tepat seperti kata Job Palar, “Saya enggak bakal teruskan atau share meskipun dengan embel-embel kalimat itu, saya akan delete.”

Terlepas dari adanya pancingan, Aster Silalahi memilih membaca saja hoax yang ada, “Sambil nyela-nyela beritanya, tapi dalam hati saja.”

4. Cuekin
Langkah ini paling banyak dipilih oleh responden Petra dan ini ampuh untuk membuat berita hoax berhenti di kamu, tidak tersebar ke mana-mana lagi.

5. Tegur pengirimnya
Cara ini dipandang ampuh untuk membuat si pengirim hoax tak meneruskan aksinya, khususnya kalau si pengirim adalah orang yang kamu kenal. Ingat, sampaikan teguran melalui jalur pribadi, kata Sury.

6. Unfollow
Kalau penyebar hoax ada di jejaring sosialmu, langkah ini dipandang efektif untuk menghindarkan kamu dari hoax dan tak terjebak ikut menyebarkannya. “Sedang berita hoax-nya, abaikan saja, tidak diteruskan,” kata Sarwendah Palupi.

7. Tertawakan
Tips ini lucu dan menarik juga. “Tertawa ngakak atau tertawa miris lalu lupakan,” kata Eva Sinaga.

***

Kamu bisa baca tulisan saya yang lain soal hoax di:  http://bangdeds.com/2017/01/09/melawan-hoax/

Kimchi, Rendang, dan Mindernya Kita

Kimchi, ramen, kimbab, dan bibimbab. Siapa yang tak kenal kuliner khas dari Korea itu? Kalau belum kenal, berarti kamu kurang banyak bergaul, atau kurang banyak menonton film dan televisi.

Ya karena melalui berbagai program televisi dan tayangan film dari Negeri Ginseng, banyak kuliner dan tradisi Korea yang disebarluaskan ke seluruh dunia. Termasuk juga keindahan alam negeri mereka.
Coba lihat berbagai film serial atau pendek dari Korea. Selain story line yang khas, mereka juga ‘menjual’ berbagai macam kuliner, yang selalu ditampilkan dengan citarasa enak sekali (lihat betapa serunya saat aktor Korea ‘menyedot’ ramen yang masih panas dengan suara mendecap-decap). Belum lagi pemandangan alam yang cantik.
Dari sanalah kemudian kita mengenal ramen, kimchi, kimbab, atau bibimbab. Dari sanalah kita mengenal kota Seoul yang metropolis, distrik Gangnam yang nyentrik, atau Pulau Jeju yang indah.
Saya bergaul dengan orang Korea sejak kuliah. Tapi apa yang disajikan oleh film-film layar lebar, film pendek, serial, video-video di YouTube dan Internet, membuat saya lebih mengenal Korea.
Maaf kalau akhirnya saya kurang menyukai film atau sinetron India, karena lebih menjual ‘drama’ macam Uttaran dan kawan-kawannya itu,  yang kemudian diadopsi mentah-mentah oleh banyak sinetron dan film Indonesia. Wajar juga, mengingat banyak produser sinetron Indonesia memang berdarah India, bukan?
Mengapa kurang sekali film, sinetron, atau program hiburan negeri kita ini menjual kekayaan kuliner dan alam negerinya sendiri? Padahal, kurang indah apa pemandangan di Indonesia? Kurang enak apa dan beragamnya kuliner di negeri kita? Kurang unik apa tradisi budaya di Indonesia?
Ada banyak daerah indah di Indonesia yang pasti akan keren banget bila ditampilkan di layar televisi atau bioskop di sinetron atau film-film lokal kita. Masa sih enggak ada yang layak jual dari antara belasan ribu pulau di nusantara?
Saya pernah berkendara dari Mataram, menyeberang ke Sumbawa Besar sampai ke Tambora. Pemandangan alam saat menyusuri pesisir utara NTB itu luar biasa indah. Lautnya tenang, jernih, dan memantulkan warna hijau yang keren banget. Lalu hutan-hutannya? Luar biasa.Pasti di daerah lain tak kalah indah.
Untuk berbagai pertanyaan itu, saya tak punya jawaban pasti. Saya bukan salah satu pelaku industrinya. Dugaan saya, produser-produser film atau sinetron kita itu ‘malas’ banget mencari latar yang indah? Mereka sibuk pada dramaturgi, yang kadang menurut saya enggak layak dikonsumsi segala umur.
Lalu kulinernya. Coba sebut film-film atau sinetron yang mempertontonkan keanekaragaman kuliner kita. Sedikit sekali, kalau tak mau menyebut tak ada. Dugaan saya, produser atau pelaku industri hiburan kita minder untuk menjual keunikan kuliner lokal.
Belum pernah saya melihat aktor kita beradegan di meja makan sambil menikmati rendang Padang (misalnya), sambil berkomentar betapa enaknya rendang itu. Pedas, gurih, dan nikmat. Atau tetiba meminum kuah soto Lamongan langsung dari piringnya karena nikmatnya. Norak? Ya biarin!

Foto: Sharonang/Pixabay