Saya suka takjub sekaligus agak jengah, apabila dalam sebuah pesta misalnya, tiba-tiba ada saja tamu besar yang datang.
Mereka ini biasanya dikenali dari sejumlah prevelese atau hak istimewa yang mereka dapatkan mendadak dalam perhelatan itu.
Namanya disebut dengan ‘megah’ berikut jabatan dan gelar-gelarnya. Mereka akan berhak memotong antrean panjang. Itu pun lengkap dengan kata “berkenan”.
“Mohon kiranya Bapak Kepala blablabla berkenan memberikan restu kepada mempelai..”. “Sudi kiranya Ibu Ketua blablabla berkenan berfoto dengan keluarga mempelai..”.
Bukan berarti bahwa itu salah lho ya. Kan saya bilang, saya hanya jengah saja. Tapi kenapa saya yang jengah yak?
Bisa saja memang begitulah tata krama kita terhadap orang yang dianggap penting, dianggap besar, dianggap very very important.
Tapi bagaimana dengan orang-orang yang memang pada dasarnya ingin dianggap penting, ingin dianggap besar, atau bahkan yang hebatnya, ingin menjadikan dirinya sendiri besar? Bukankah akhir-akhir ini kita melihat orang-orang macam begini?
Saya ingat perumpamaan yang disebutkan Yesus Kristus pada Lukas 14: 8-10
“Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Kisah ini dipicu kejadian pada hari Sabat, ketika Yesus diundang ke rumah seorang pemimpin Farisi dan ia melihat ada banyak tamu yang berusaha menduduki tempat kehormatan.
Kalau dibayang-bayangkan kocak juga suasana ‘rebutan’ tempat terhormat itu. “Sori, bro, jabatan gue lebih tinggi dari lo, gue lebih berhak di sini,” kata mereka satu sama lain.
Suasana rebutan kursi kehormatan itu menjadi begitu riuh, begitu menarik perhatian. Sampai-sampai Yesus melihat dan akhirnya menegur mereka.
Kalimat akhir, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan,” itu makjleb banget.
Saya tentu tak mau jadi yang dipermalukan macam begitu. Saya yakin, kalian juga.