Beberapa hari ini saya merenungkan peristiwa Ahok. Dalam duka saya merenung dan terus berusaha supaya tidak benci pada yang menjadi aktor-aktor kunci di balik peristiwa ini (saya enggak tahu persisnya siapa) atau yang berteriak-teriak kalau Ahok itu penista agama.
Saya lalu mencoba fokus pada Ahok dan bukan pada para pemain yang memanas-manasi kasus penistaan agama ini. Di penjara tentu beliau merasa kesepian karena jauh dari keluarga, ruang gerak dibatasi, tidur pun konon hanya di dipan.
Lalu saya teringat Rasul Paulus yang dulu juga mengalami pengalaman di penjara di Roma karena memberitakan Firman Tuhan. Dari balik jeruji penjara, justru lahir surat kepada jemaat di Filipi yang menurut saya pribadi sangat powerful terutama dua ayat ini:
Janganlah hendaknya kamu kuatir akan apapun juga, tetapi nyatakanlah keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memenuhi hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:6-7).
Saya sebenarnya bukan tipe orang yang sedikit-sedikit posting ayat Alkitab, karena suka merasa, posting ayat tapi benar enggak saya sudah melakukan ayat tersebut, takutnya malah jadi omdo alias omong doang, tapi sungguh, hari ini saya merasakan urgensi untuk menuliskan perenungan saya selama beberapa hari ini, semoga sedikit menguatkan kita semua.
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memenuhi hati dan pikiran Ahok dalam Kristus Yesus, dan memenuhi hati kita semua, sepanjang kita percaya, Ia yang berdaulat dan pegang kendali atas segala sesuatunya.
Selamat menyongsong akhir minggu dengan terus berdialog dengan Tuhan, diri sendiri, dan sesama. God bless us, everyone! (Berlaku untuk semua orang, tidak hanya nasrani saja)