Selamat menyambut dan memasuki tahun baru 2017!
Dalam hitungan beberapa jam lagi, kita akan meninggalkan tahun 2016 dan memasuki tahun yang baru, 2017. Teringat beberapa puluh tahun yang lalu sewaktu masih di huta (desa), pergantian tahun seperti ini selalu menjadi momen yang istimewa, dimana tepat jam 12:00 malam, keluarga akan berkumpul bersama, melihat ke belakang (kilas balik), mengucap syukur, serta menatap dan menyatakan harapan untuk tahun yang akan datang.
Kebaktian keluarga seperti ini selalu kami awali dengan nyanyian, dilanjutkan renungan singkat, kemudian “mandok hata” dan ditutup dengan doa. “Mandok hata”, adalah momen dimana setiap anggota keluarga diberi kesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata, baik kilas balik ke tahun lalu, harapan untuk tahun depan, dan juga, kesempatan untuk meminta maaf untuk kesalahan di masa lalu. Momen mandok hata menjadi sesuatu yang menyenangkan buat sebagian orang, tapi menjadi momok buat sebagian lagi yang kurang pede berbicara di hadapan banyak orang. Jadilah kadang kadang ada yang pura pura tidur ketika hampir tiba giliran 🙂 .
Tapi bukan soal mandok hata ini sebenarnya yang saya ingin tulis. Sesuatu yang istimewa bagi saya juga adalah lagu-lagu (ende) khas tahun baru yang selalu kami nyanyikan. Setiap lagu punya makna yang sangat dalam.
Lagu “Namoru do muse sataon” mengajak kita refleksi kehidupan di tahun yang baru saja lewat. Lagu berikutnya “Boha do au nasai laon, ture do pangalahongki” sungguh mengangkat kembali setiap sikap dan perbuatan kita selama ini, memutarnya seperti film dalam benak kita. “Bagaimana hidupku selama ini, apakah kelakuanku sudah baik?”. Begitu kira kira terjemahan bebasnya. Tentu bisa diperluas interpretasinya menjadi: Apakah aku telah berbuat seperti yang Tuhan kehendaki dariku? Apakah aku telah mempergunakan waktu dengan bijaksana? Apakah aku telah memakai talenta dan potensi yang Tuhan beri buatku?
Bukankah ini suatu pertanyaan yang sangat tepat sasaran untuk menutup tahun yang lalu dan memasuki tahun yang baru?
Lagu berikutnya yang selalu kami nyanyikan adalah “Naung salpu taon na buruk i”. Lagu ini adalah lagu ucapan syukur untuk penyertaan Tuhan di masa lampau sampai sekarang. Merenungi apa yang Tuhan telah lakukan dalam kehidupan kita, untuk kemudian bersyukur dan berterima kasih padanya di akhir tahun ini, bukankah itu suatu hal yang sangat istimewa?
Dan satu lagi lagu yang pasti kami nyanyikan juga adalah “Debata baen donganmi”. Jika pada lagu pertama adalah lagu refleksi masa lalu, lagu kedua adalah lagu ucapan syukur untuk penyertaan Tuhan, maka
lagu ini adalah lagu ajakan untuk menyertakan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita di masa yang akan datang. Lagu yang mengajak untuk menaruh iman padaNya dan merendahkan hati.
Sungguh dalam maknanya.
Buat keluarga dan teman teman yang sebentar lagi memasuki tahun yang baru 2017, saya mau mengucapkan Selamat menyambut tahun yang baru, dengan refleksi, pengucapan syukur dan doa serta harapan akan penyertaan Tuhan di tahun yang akan datang ini.
Debata baen donganmi (Sertakanlah Tuhan)
Lao mangula ulaonmu (dalam pekerjaanmu)
Baen Ibana haposanmu (buatlah Ia jadi harapanmu)
Sai paserep rohami (rendahkanlah hatimu)
Debata baen donganmi
Debata baen donganmi
Debata baen donganmi
Molo Debata donganmu (Jika Tuhan bersamamu)
Ndang tarbahen ho be lilu (Kau takkan tersesat)
Sai ture do langkami (Jalanmu akan lancar)
Debata baen donganmi
Debata baen donganmi
Debata baen donganmi
Sai nasaut do ulaonmu (pekerjaanmu akan sukses)
Sai na tulus do sangkapmu (cita-citamu akan tercapai)
Jala sonang rohami (Hatimu pun senang)
Debata baen donganmi
Debata baen donganmi
(Buku Ende 66:1-3)
oleh Tomos Butarbutar
IT Engineer
Rijswijk, Netherland
-*-
Foto: Pixabay