Sebuah penemuan arkeologis terbaru dilakukan oleh arkeolog Israel di bukit berbatu di barat Qumran, di barat laut Laut Mati. Mereka menemukan sebuah gua tersembunyi dan diyakini sebagai gua Gulungan Laut Mati yang ke-12. Penemuan ini diumumkan ke publik pada awal pekan ini.
Peneliti yang menemukan gua itu meyakini bahwa itu adalah gua ke-12. Dan ini menjadi penemuan baru sejak penemuan gua ke-11 pada kurang lebih 60 tahun lalu. Gua itu disebut berasal dari masa Second Temple.
Namun, tak seperti gua lainnya, tak ditemukan gulungan naskah di gua itu. Diduga, naskah itu sudah hilang sejak kaum Bedouins menemukan naskah-naskah Laut Mati pada pertengahan abad ke-20.
Tapi tim yang dipimpin Dr. Oren Gutfeld dan Ahiad Ovadia dari Hebrew University di Yerusalem beserta Dr. Randall Price dan mahasiswa Liberty University di Virginia, menemukan jejak-jejak gulungan itu.
Mereka menemukan sejumlah kendi tanah liat bertutup yang tipenya mirip dengan kendi dari periode Second Temple (tahun 530-70 SM). Kendi-kendi itu tersembunyi di relung-relung di dinding gua.
Tapi kendi-kendi itu sudah pecah dan isinya tak ada, kecuali satu kendi yang berisi gulungan perkamen kosong tanpa tulisan. Gulungan lain diduga sudah diambil kaum Bedouins modern karena ditemukan sepasang kepala kapak penggali dari tahun 1950-an di dalam terowongan.
“Walaupun sampai akhir tak ditemukan gulungan kecuali segulung perkamen kosong, temuan ini mengindikasikan tanpa keraguan bahwa gua ini sebelumnya mengandung gulungan yang sudah dicuri,” kata Gutfeld.
Bukti bahwa di situ pernah ada gulungan, selain temuan pecahan kendi, kata Gutfeld, adalah tali kulit untuk mengikat gulungan, kain untuk membungkus gulungan, tendon, dan potongan-potongan kulit yang menghubungkan fragmen, dan lain-lain.
Di samping temuan dari era Second Temple, juga ditemukan peninggalan prasejarah di sana. Berupa sebuah stempel batu dari bahan batu akik.
Apa Arti Naskah Laut Mati
Gulungan Laut Mati memberikan sumbangan penting karena banyaknya naskah Alkitab yang ditemukan. Sebelumnya, naskah Perjanjian Lama yang tertua, disalin pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi oleh sekelompok penyalin Yahudi yang disebut kaum Masoret.
Sedangkan naskah Laut Mati disusun oleh penyalin dari daerah Qumran, 1000 tahun sebelumnya. Identiknya naskah yang disusun di Qumran dengan Perjanjian Lama mengindikasikan betapa sungguh-sungguhnya penyalin Yahudi selama berabad-abad dalam menyusun Alkitab secara akurat. Sehingga diyakini bahwa Perjanjian Lama benar-benar menggambarkan kata-kata yang diberikan kepada Musa, Daud, dan para nabi.
Naskah Laut Mati pertama kali ditemukan pada Januari 1947 oleh seorang penggembala dari kaum Bedouin bernama Juma. Kambing-kambingnya memanjat tebing terlalu tinggi sehingga dia harus menjemputnya.
Saat memanjat, Juma melihat dua celah kecil. Dia melemparkan batu ke dalam celah dan mendengar ada yang pecah. Dia segera memanggil sepupunya untuk menggali temuannya, karena mengira bakal menemukan harta karun.
Sayangnya, bukan harta karun yang mereka temukan, melainkan tujuh naskah pertama dari Gulungan Laut Mati yang terkenal sedunia. Naskah-naskah yang berasal dari masa ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Berikutnya ditemukan gua-gua lain yang mengandung ruang penyimpanan, saluran air, pemandian ritual, ruang pertemuan, dan ruang kitab tempat sebagian besar naskah Gulungan Laut Mati diduga disalin oleh penyalin kitab.