Keadilan itu Imparsial dan Impersonal.
Rektor UGM ramai dikecam karena sikapnya yang dianggap lunak atas kasus perkosaan mahasiwi oleh mahasiswa di lingkungan kampusnya.
Ternyata memang, sederet gelar akademis yang dimiliki seseorang, tidak berbanding lurus dengan pembentukan sikap intelektual yang seharusnya tegas dan pro keadilan tanpa melihat siapa pelaku dan siapa korban; yang menempatkan persoalan hukum dan moral secara imparsial; tak berpihak karena alasan apapun selain demi keadilan dan kemanusiaan.
Juga di lingkungan lembaga-lembaga agama syarat tersebut seharusnya berlaku.
Agamawan/rohaniawan cabul, tak layak dilindungi karena alasan “bisa membuat malu institusi agama” hingga ditutup-tutupi dan malah menjadikan korban pelecehan seksual korban dua kali! Pelaku tak dihukum, dituduh pula korban “mencemarkan nama baik” pelaku.
Saya tak perlu ungkap di lembaga-lembaga agama apa saja itu terjadi. Pembaca tentulah pernah atau kerap mendengar.
Demi “menjaga nama baik” seringkali kasus perundungan dan kejahatan syahwat lelaki ditutupi, malah korban yang disudutkan. Sangat tak adil. Bayangkan itu terjadi pada dirimu, diriku, pada putra putri atau sanak saudara sendiri. Sangat menyakitkan, bukan?
Jadi, karena tak bisa menerima diperlakukan tak adil, bersikaplah tegas mengenai keadilan dan ketidakadilan. Bila anda ikut mendiamkan kasus-kasus pelecehan seksual pada perempuan, atas nama apapun atau karena dalih apapun, jangan pernah menuntut keadilan dalam pelbagai hal.
Sikap adil itu harus dibangun sejak dini di benak dan jiwa tiap insan, agar patut disebut waras. Ya, manusia waras. Hanya yang tidak waras pikiran dan kejiwaan yang bisa menganggap soal biasa persoalan kekejaman maupun kejahatan.
Jangan pernah toleran atau kompromistis atas kasus keatidakadilan atau kejahatan yang menimpa orang lain karena alasan melindungi/membela korps, sejawat, agama, suku, gender, orientasi seksual, status sosial, atau karena pelaku kerabat atau kawan.
Bersikaplah fair, just, adil, impersonal dan imparsial bila menyangkut keadilan-ketidakadilan.
Mari renungkan: seperti apakah sikap kita menyangkut kasus yang terjadi di UGM dan di berbagai institusi atau lokasi bila terjadi atau menimpa diri atau keluarga sendiri. Sangat pedih dan menyakitkan bila ketidakadilan yang kau alami atau yang kualami disepelekan orang-orang karena pelbagai alasan atau dalih!