Sumpah. Hal-hal bersumpah sekarang sepertinya sudah menjadi hal yang biasa saja. Tak ada efek menggetarkannya. Sehingga ujung-ujungnya terjadi sumpah palsu di mana-mana.
Bagaimana kita menyaksikan kesaksian-kesaksian palsu di pengadilan. Padahal mereka sudah bersumpah (di atas kitab suci) untuk memberikan kesaksian sebenar-benarnya.
Bagaimana kita menyaksikan dalam birokrasi pemerintahan kita, banyak pejabat yang korupsi. Padahal mereka sudah bersumpah (juga di atas kitab suci) untuk jadi pemimpin yang amanah.
Bagaimana kita menyaksikan banyak sekali kasus perceraian. Padahal, pasangan itu sudah terang-terangan bersumpah di hadapan Tuhan dan umat untuk bersama sampai maut memisahkan.
Kalau secara hukum perundang-undangan, sumpah palsu itu hukumnya pidana. Sedang secara agama, sumpah palsu itu sama saja dengan menista kekudusan nama Tuhan.
Pada Imamat 19:12 ditulis: “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.”
Di Perjanjian Baru, tepatnya di Matius 5:33, Tuhan Yesus berkata: “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.”
Lantas apa yang membuat kita menganggap remeh “sumpah”?
Mungkin karena kita ini sudah terbiasa dengan kata sumpah itu sendiri. Dengan kata lain mendegradasi maknanya. Sehingga kita abai dengan konsekuensinya.
Atau, sumpah itu hanya sekadar romansa untuk bikin lawan jenis termehek-mehek. Semacam lagu I swear yang pernah dilantunkan All 4 One:
I swear by the moon and the stars in the sky
And I swear like the shadow that’s by your side
Padahal, Tuhan Yesus sendiri bilang, jangan bersumpah demi langit dan demi bumi. Sebab langit itu tahtaNya dan Bumi itu tumpuan kakiNya.
Jadi, gimana dong? Ya, jangan sembarangan bersumpahlah. Kalau sekadar untuk merayu, kan bisa pakai kata-kata yang lain? Carilah, kan kamu ingin mendapatkan sosok idamanmu. Mosok gitu aja bingung? Hehehe..
Ada baiknya sih kita ini mulai belajar saja menjawab “ya” kalau memang jawabannya “ya” dan “tidak”, kalau memang jawabannya “tidak”. Sebab, apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37).
Kalau terpaksa berada pada keadaan yang memaksa untuk bersumpah. Misalnya jadi saksi di pengadilan atau terpilih jadi pejabat, ya jangan dilanggar.
Juga kalau kamu dan pasanganmu udah sampai di depan altar dan resmi diumumkan jadi suami-istri. Jangan pernah lupa sumpahmu di sana ya.
Enggak repot kan? Kecuali, kamu ini memang sedang bersekongkol dengan Si Jahat. Siapa Si Jahat? Ah masa kamu enggak kenal?