Category Archives: Tips

Tua di Jalan? (Tips menikmati kemacetan)

Bosan deh hidup di Jakarta, tua di jalan. Begitu seorang rekan saya pernah mengeluh.

Bagaimana tidak. Dia menghabiskan sekitar enam jam tiap hari untuk perjalanan pulang-pergi ke kantor, dari Bekasi ke Jakarta, karena kemacetan. Tanpa kita sadari, Jakarta telah menempa warga yang tangguh, bisa bertahan melewati kemacetan dan polusi tinggi. Setiap hari kejadian yang sama berulang kembali, tak ada habisnya. Tak ada kapoknya! Jakarta dengan daya pukau yang luar biasa, telah membuat siapa saja rela jatuh bangun mengejarnya (seperti lagu dangdut deh).

Dan rekan saya itu tidak sendirian. Saya sendiri yang hanya perjalanan dalam kota, bisa tiga sampai empat jam di jalan untuk pulang-pergi bekerja. Itu artinya 4/24 jam atau 1/6 waktu saya terbuang di jalan tiap hari.

Empat jam terbuang di jalan? Sayang sekali. Empat jam itu bukan waktu yang sedikit. Kalau dipikir-pikir, empat jam itu juga adalah jarak tempuh Jakarta-Brebes, atau bolak-balik Jakarta-Bandung. Empat jam itu adalah separuh dari total jam kerja saya di kantor sehari. Empat jam itu dokter sudah bisa melakukan dua kali operasi bedah. Dalam empat jam saya sudah bisa melakukan satu paket komplit perawatan di salon (hehe…).

Nah, dalam kemacetan perjalanan selama empat jam, apa yang bisa kita lakukan?

  1. Membaca

Anda mungkin bisa membuka ponsel atau gadget, membaca berita terkini, mencari bacaan hiburan, informasi terbaru terkait pekerjaan, mencari bacaan tentang ide penghasilan tambahan, atau sekedar mencari resep masakan, dan sebagainya. Dalam empat jam anda bisa selesai membaca sebuah buku yang tipis. Beberapa buku atau novel tebal yang saya beli, kebanyakan habis saya baca beberapa hari dalam perjalanan ke kantor. Sebagai seorang ibu, saya tak punya waktu luang sebanyak itu di rumah. Pernah juga saya di jalan membantu PR anak saya dengan browsing internet. Teman saya bahkan tiap pagi menggunakan jam di jalan untuk membaca kitab suci dan merenungkan prinsip hidupnya.

2. Mendengarkan musik atau menonton via gadget

Bagi anda yang bisa mengakses internet, hiburan melalui media elektronik akan lumayan mengendurkan kepenatan. Favorit saya adalah mendengarkan radio yang penyiarnya humoris dan informatif. Tertawa adalah obat mujarab yang membuat sehat dan awet muda. Lagu dari radio atau youtube, atau film dari streaming bisa membuat kita lupa akan kemacetan. Teman saya penggemar drama pop, dalam empat jam bisa menonton beberapa season drama serial sekaligus!

3. Menulis

Memang tidak semua orang suka menulis. Padahal sekedar menumpahkan isi hati dalam bentuk tulisan bisa mengurangi beban psikologis lho, seperti menulis buku harian. Saat macet, mungkin kita bisa mengetik curhatan kita di ponsel (beberapa ponsel memiliki fitur notes). Bagi yang suka menulis blog atau jurnal, satu atau dua topik singkat bisa ditulis dalam empat jam ini.

4. Berbincang dalam komunitas online

Saya mengikuti beberapa grup online, dan ketika jam macet adalah saat paling tepat untuk bisa turut berbincang di sana, baik untuk saling berbagi info, atau sekedar saling bercanda. Mungkin anda juga punya grup chat yang anggotanya seperti teman-teman ‘gila’ saya. Sore-sore dalam kemacetan, akan terasa betapa nikmatnya saling mencela tanpa rasa sakit hati, dan penuh dengan tawa.

5. Berbincang dengan teman seperjalanan

Selain bercanda dengan teman-teman di media sosial atau grup chat, mungkin tak ada salahnya berbincang dengan orang di sebelah anda. Baik supir taksi, teman penumpang bus atau bahkan kenek. Saya pernah dapat nomor yayasan babysitter dari sopir taksi, tahu tentang tempat belanja murah-meriah dari sesama penumpang bus, dan tahu tempat makanan enak dari kenek. Berbincang dengan orang asing ini bisa juga ternyata menambah wawasan dan memperkental sentuhan kemanusiaan di tengah era digital ini. Saya pernah dapat supir taksi teladan yang selalu diutus membawa delegasi tamu pejabat asing (termasuk waktu KTT di Bali tahun lalu yang juga dihadiri kantor saya). Juga supir yang mengaku pernah ikut melakukan pembangunan galian lubang rahasia di salah satu pulau di Indonesia. Kisah yang wow!

6. Menikmati sekitar

Macet itu penuh cerita. Ada saja anak-anak sekolah yang selalu gaduh bergurau di angkutan umum. Dari mulai saling mencela ukuran badan sampai membawa-bawa nama Ahok untuk dijadikan tempat melaporkan pelecehan.  Saya suka senyum-senyum sendiri melihat mereka, bagai mengingat masa lalu.

Saya juga suka memandangi iklan di baliho di pinggir jalan. Kadang kita bisa terinspirasi oleh bintang iklannya yang cantik. Dengan iseng saya juga kadang cuci mata menghitung kenderaan mewah yang jarang terlihat.

Tetapi, yang paling mengesankan bagi saya adalah, suatu pagi ketika berangkat ke kantor, pernah ada penumpang bus patas di sebelah saya, seorang ibu bekerja, sedang merajut sweater di dalam bus. Betapa sebuah kreatifitas tanpa batas! Saya kagum. Warga Jakarta memang luar biasa! Warga Jakarta yang tahan banting!

7. Membawa cemilan

Jika memungkinkan, bawalah cemilan kecil di dalam tas. Sebagai pengusir lapar dan jenuh, makanan kecil berupa permen karet, kacang, biskuit, coklat atau keripik bisa membuat anda lebih kebal pada kemacetan.

Berapa jam waktu yang anda miliki untuk diri sendiri (me time) setiap hari, di luar jam kerja, jam mengurus rumah/anak-anak, jam kuliah/belajar? Mungkin seperti saya, tak pernah lebih dari empat jam. Waktu di jalan lebih banyak daripada me time di rumah. Ironis bukan? Jadi, daripada jadi tua di jalan, mengapa tidak menjadikan jam macet ini sebagai me time yang efektif?

Ayo, warga Jakarta, tetap semangat!

🙂

-*-

 

Tips Masuk Prasekolah/PAUD untuk Keluarga Muda

Memilih institusi pendidikan anak usia dini (PAUD) susah-susah gampang atau gampang-gampang susah. Mengapa? Bayangkan yang akan menghadapi lingkungan baru adalah anak Anda dan bukan Anda. Anak Anda akan menjadi seseorang yang belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, bertemu dengan hal-hal yang baru.

Di bawah ini ada tips yang bisa membantu anda sebagai orang tua memilih institusi PAUD dan mempersiapkan  anak senang datang ke PAUD.

1. Ajak anak ketika  melakukan survei  institusi PAUD , terutama sebelum mendaftar.

2. Tanyakan kurikulum yang digunakan sekolah tersebut. (Montesori, Highscope, Multy Inteligence/kepandaian jamak dan/ atau gabungan dari beberapa kurikulum)

3. Ajak anak untuk bermain di kelas yang akan sesuai umurnya pada saat itu. Lalu orang tua sebisa mungkin menanyakan dan melihat fasilitas yang disediakan beserta guru2nya. Kalau memungkinkan berbicara dengan guru kelasnya untuk mendapat kesan pertama. Keselamatan dan kebersihan sekolah sangat perlu di perhatikan

4. Lakukan Free Trial u. melihat reaksi anak , aktifitas, dan aksi guru. Catatan Free Trial tidak menjamin seorang anak akan suka /tidak suka datang ke kelas. Beberapa PAUD menyediakan CCTV, sehingga orang tua atau pengasuh anak bisa memantau anak dalam kelas.

5. Tanyakan anak mengenai perasaannya/ hal yang dilakukan di kelas. Tanyakan juga gurunya, sehingga bisa melakukan kesimpulan dan keputusan yang tepat.

6. Sebelum memulai hari pertama di PAUD, ciptakan percakapan bahwa ke sekolah itu menyenangkan, seperti di sekolah ada banyak hal yang menyenangkan, seperti bermain dengan teman, banyak teman, banyak mainan, dan kegiatan yang menyenangkan. Katakan segala hal yang membuat anak tertarik datang ke sekolah.

7. Kalau memungkinkan jangan paksa anak memakai baju seragam. Minta izin ke gurunya untuk memakai baju rumahan, agar ada kesan seperti di rumah.

8.  Kalau anak belum bisa menyesuailan dirinya dengan lingkungan yang baru dan itu ditunjukan dengan menangis, alangkah baiknya d temani oleh orang tua di dalam kelas, dan lihat kondisinya siap atau tidak siap dtinggal. Orang yang dikenal oleh anak bisa juga bisa menemaninya , kalau orang tuanya tidak bisa.

9. Perlu untuk orang tua menginformasikan yang penting diketahui oleh guru atau sekolah mengenai anak, seperti makanan, kebiasaan, kesehatan, karakter dll.

10. Ajak anak bercerita tentang aktifitas yang dilakukan pada hari itu. karena TK adalah Taman Kanak-kanak , taman bermain dan berteman banyak, maka tanyakan “Bermain apa hari ini? Bermain dengan siapa hari ini? Ibu Guru mengajak kamu main apa hari ini?” Setiap hari lakukan hingga anak ada mengalami rutinitas, dan akhirnya mau bercerita dengan sendirinya

Semoga berguna untuk keluarga muda dan sang anak senang terus datang ke sekolah.

“No Maid, No Cry” (Tips bertahan tanpa ART)

(Tips bertahan tanpa asisten rumah tangga)

Asisten rumah tangga sudah balik? Sudah? Waw. Selamat.
Ada yang belum balik? Waw. Selamat juga.
(‘Apaaa? Selamat?’ Mungkin ada yang protes.)
Bukan, bukan. Ini bukan sarkasme. Ini sungguh ucapan selamat.

ART kami juga belum kembali. Padahal baju-bajunya masih ditinggal dan janji kembali, tapi kemarin di SMS dia bilang bingung karena ditahan oleh ibunya. Jadi sekarang kami masih galau menyimpan tanya: Mau dibawa kemana hubungan kita…? 🙂
maid
Awalnya saya sungguh kuatir. Melebihi kuatir dari biasanya. Ibu-ibu memang sepertinya sudah dari sononya sering kuatir. Bahkan dalam sebuah film ada yang bilang: Tugas seorang ibu adalah untuk kuatir. Mengapa saya lebih kuatir?
Tahun kemarin neneknya masih ada. Rumah nenek dekat dengan rumah kami, jadi saya bisa titip anak-anak pada neneknya. Tapi tahun ini neneknya sudah tidak ada, tahun lalu berpulang. Hilanglah rasa aman terbesar saya!
Tapi sebenarnya masih ada kakek. Pastinya kakek tak bisa segesit nenek mengurus cucu, tapi justru si kakek perlu ditemani cucunya. Nah. Ini bisa mengurangi rasa kuatir tadi.

Tapi lalu saya ingat, setiap lebaran, selama ART mudik, anak-anak kami selalu turut membantu pekerjaan rumah (walaupun itu tidak selalu berjalan dengan mulus). Jadi, selamat yang maksudkan tadi adalah, selama ART tidak ada, anak-anak kita bisa belajar mandiri, belajar bekerja dan belajar memiliki tanggung-jawab, serta keakraban keluarga pun makin terasa dengan kerjasama.  Jadi, selamat menikmati kerjasama dengan anak-anak di rumah.

Tahun ini anak sulung saya masuk SMP. Artinya dia sudah lebih bisa diberikan tanggung-jawab yang lebih besar. Kali ini, anak saya sudah mulai bisa mengulek bumbu masakan. Tahun sebelumnya hanya mau menyeterika dan mencuci piring. Dia tidak suka menyapu dan mengepel. Jadi tugas ini saya serahkan pada adiknya. Adiknya yang masih kelas 2 SD mau melakukan tugas itu walau hasilnya jauh dari memuaskan. Bukannya bersih, rumah makin berantakan dan becek, hahaha…

Tapi saya senang. Sekalipun yang diseterika anak saya hanya baju-baju mereka dan hanya mencuci sendok-piring-gelas (mencuci alat yang besar seperti panci presto tidak mau), itu sudah sangat membantu saya.

Jangan salah. Meminta anak-anak untuk membantu di rumah bukanlah hal mudah. Untuk memanggilnya keluar kamar saja mungkin saya perlu 573 kali panggilan (lebay, hehe). Lalu untuk memintanya mencuci piring misalnya, saya perlu beberapa cara (Jika cara nomor 1 tidak berhasil, lanjut ke cara nomor berikutnya, dan seterusnya) seperti berikut:
1. Meminta. (Tolonglah, Sayang…)
2. Membujuk. (Nanti uang jajanmu ditambah...)
3. Memaksa. (Kamu pilih, mau menyapu atau mencuci piring, atau menyikat kamar mandi?)
4. Mengancam. (Kalau kamu tidak mau, kamu tidak boleh main HP lagi!)Kebetulan cara-cara ini, pada akhirnya, selalu berhasil. Hehehe…Setelah anak mau membantu pekerjaan rumah tangga, jangan lupa berikan pujian dan ucapan terima kasih. Juga kalau ada iming-iming atau janji, harus ditepati. Itu akan memotivasi mereka lebih rajin membantu lagi.

Saya dan suami bekerja. Jadi otomatis kami berempat harus bangun pagi. Anak-anak ke sekolah, orangtua ke kantor. Untuk menghindari bangun terlalu pagi, saya menyiapkan semua bumbu dan bahan masakan di malam hari, dan tinggal diolah besok paginya.

Tempat bekal makan siang kita semua, juga sudah saya siapkan di atas meja dapur, tinggal diisi besok paginya. Seragam anak-anak sudah disiapkan di malam hari termasuk baju dalaman, kaus kaki dan sepatu. Demikian juga tas sekolah dan segala isinya.

Menyiapkan bahan masakan di malam hari memang lebih hemat waktu. Sebenarnya ada cara lain yang lebih efisien, yaitu katering sehat. Kebetulan saya punya kenalan yang biasa memasak katering dalam jumlah kecil. Kita bisa pesan beberapa jenis lauk, misalnya pepes ikan, nugget dan daging kecap untuk stok beberapa hari dan disimpan di freezer. Dikeluarkan secukupnya untuk dikonsumsi tiap hari dengan menu berbeda.

Kalau musim libur lebaran kita masih bisa cuci sendiri, tapi mungkin akan terasa berat jika sudah mulai bekerja. Pulang kantor, mencuci dan menyeterika bisa dilakukan tapi akan melelahkan. Solusi yang lebih efisien untuk hal ini adalah cuci kiloan. Murah dan praktis. Memang butuh waktu beberapa hari, tapi kita bisa atur baju mana yang perlu cepat dipakai, yang bisa kita cuci sendiri.

Tinggalkan nomor telepon kantor dan ponsel, yang ditulis besar-besar di dekat meja telepon, agar anak bisa menghubungi kita kapan saja. Jika anak sudah punya ponsel, akan lebih praktis. Jika memungkinkan, usahakanlah menelepon anak minimal dua kali dalam sehari, untuk mengecek apakah mereka sudah di rumah, sudah makan/mandi dan sudah mengerjakan tugas.

Tips lainnya lagi, jika ART belum balik,  untuk bisa turut menjaga rumah dan anak-anak, milikilah hubungan yang baik dengan tetangga dan penjaga lingkungan (contohnya satpam kompleks). Menitipkan rumah kepada satpam atau tetangga yang kenal baik akan sangat membantu.
Kalau pulang kantor malam hari anda sudah kelelahan dan belum sempat merapikan rumah, ibu-ibu, janganlah terlalu galau. Biarkanlah rumah sesekali kurang rapi. Duduk saja dengan anak-anak dan suami, singkirkan ponsel, bertukar cerita kejadian di sekolah hari ini sebelum tidur. Atau jika sempat, mari menemani mereka belajar.
Seorang Ibu memang bangun paling dulu dan tidur paling akhir. Makan paling belakang dan selesai paling dulu. (Nah kalimat terakhir ini adalah tambahan dari pengalaman pribadi :)).
Seperti kata Kitab Amsal: Istri yang cakap, bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.

Berbahagialah menjadi ibu yang sibuk dan letih. Nikmatilah ‘kekacauan’ ini, karena ini tak lama. Sebentar lagi mereka akan beranjak dewasa dan kita akan rindu masa-masa menggemaskan ini.

Dan tetap bersyukurlah pada Tuhan. Kau repot mengurus rumah, tandanya kau punya rumah. Pontang-panting mengurus anak, tandanya punya anak. Semua itu berkat Tuhan. Semua itu layak disyukuri.  Jadi nikmatilah. Relax and enjoy.

NB. Tapi Si mbak kira-kira balik nggak, ya? 🙂

Almino Situmorang

Foto: jarmoluk/pixabay

Berbagi Tips Membangunkan Anak

Anak-anak sudah mulai sekolah. Mulai deh rutinitas harian orangtua saban pagi, yaitu membangunkan mereka untuk bersiap-siap berangkat sekolah.

Rutinitas ini ada yang mudah bagi sebagian orangtua, ada juga yang sulit. Tiap-tiap keluarga punya cara yang berbeda-beda untuk membangunkan putra-putrinya. Simak yuk cerita mereka:

Shanty Gloria
Tinggal di Jakarta, punya anak yang baru masuk SMA.

Saya membangunkan anak jam 05.00, tapi tak apa kalau kemudian dari tempat tidur dia pindah tidur sebentar di kursi, setelah itu dia saya suruh mandi. Setelah mandi, anak akan pakai baju sendiri, lalu sarapan. Kalau diantar dengan mobil, enggak apa-apa dia tidur sebentar di mobil kalau lalu lintas macet.

Samuel Lapudo’oh
Tinggal di Yogyakarta, ayah dari PJ yang duduk di kelas 8 Jogja Patriae Academy (semi home-school)

Saya tidak menyarankan anak dibangunkan terlalu pagi. Orangtua saja tidak suka, apalagi anak-anak kan? Biasanya sih anak bangun paling cepat jam 06.30. Sekolahnya sendiri dimulai jam 08.00. Karena tinggal di Yogyakarta, semua bisa dilakukan dalam range waktu 30 menit. Kecuali kalau musik mudik atau long weekend.

Sarwendah Palupi
Tinggal di Pekayon, Bekasi. Ibu dari Dani, kelas 4 di SDK Marsudirini.

Kalau sekolahnya menyenangkan, anak pasti mau bangun pagi. Seperti Toto Chan. Heheh

Rachel Rosalyn
Tinggal di Jakarta, ibu dari William Benjamin umur 2,5 tahun dan baru masuk PAUD.

Anakku tidak kukasih bobo siang biar tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi. Soalnya kalau dikasih bobo siang 2-3 jam, malamnya dia tidur terlalu larut, bisa sampai jam 01.00, atau bahkan pernah sampai jam 02.00. Jadi bangunnya malah kesiangan.

Linda Saerang
Tinggal di Bekasi, ibu dari Azarya yang duduk di kelas 3 SMP.

Anakku susah bangunnya terutama hari Senin karena hari Minggu biasanya full kegiatan, seperti ibadah dan main dengan teman-temannya di gereja. Jadi perlu tiga tahap. Dibangunkan, dia pindah ke sofa. Dibangunkan lagi, pindah ke kamarku. Akhirnya, diancam dengan kata-kata: “Jemputan datang, ditinggal ya!” baru benar-benar bangun.

Natalia Tobing
Tinggal di Jakarta, Guru TK Tutor Time Kebon Jeruk.

Pastikan anak tidur paling lambat jam 21.00 sehingga durasi tidurnya cukup. Jangan main game selama 5 hari kecuali Sabtu dan Minggu. Bisa bangunkan anak dimulai dengan mematikan AC dan lampu, buka jendela. Lakukan sambil memanggil nama anak untuk membangunkannya. Contoh: “Nuel, bangun yuk.” Berkali-kali sampai si anak bosan mendengarnya. Hehe

Seru ya berbagai pengalaman orangtua dalam membangunkan anak. Apa pengalamanmu?

 

Foto: condesign/pixabay

Mempersiapkan Anak Masuk TK

Senin ini (18/7) adalah hari pertama sekolah. Anak Anda mungkin ada yang baru masuk Taman Kanak-Kanak.

Coba cek, apakah Anda sudah melakukan hal-hal berikut ini untuk mempersiapkan anak masuk TK:

1. Ajak anak touring sekolah, terutama sebelum mendaftar.

2. Ajak anak untuk bermain di kelas yang akan sesuai umurnya pada saat itu. Lalu orang tua sebisa mungkin melihat fasilitas dan guru-gurunya. Kalau memungkinkan berbicara dengan guru kelasnya untuk mendapat kesan pertama.

3. Lakukan Free Trial untuk melihat reaksi anak, aktivitas, dan aksi guru. Catatan free trial tidak menjamin seorang anak akan suka atau tidak suka datang ke kelas. Tapi ini penting.

4. Di rumah katakan pada anak bahwa di sekolah ada banyak hal yang menyenangkan, seperti: bermain dengan teman, banyak teman, banyak mainan. Katakan segala hal yang membuat anak tertarik datang ke sekolah.

5. kalau memungkinkan jangan paksa anak memakai baju seragam. Minta izin kepada gurunya untuk memakai baju rumahan, agar ada kesan seperti di rumah.

6. kalau anak belum bisa menyesuailan dirinya dengan lingkungan yang baru dan itu ditunjukan dengan menangis, alangkah baiknya anak ditemani oleh orang tua di dalam kelas, dan lihat kondisinya siap atau tidak siap dtinggal. Orang yang dikenal oleh anak bisa juga menemaninya, kalau orang tuanya tidak sempat. Orang tua perlu menginformasikan yang penting diketahui oleh guru atau sekolah mengenai anak, seperti makanan, kebiasaan, kesehatan, karakter, dan lain-lain.

7. Ajak anak bercerita tentang aktivitas yang dilakukan pada hari itu, karena TK adalah taman bermain dan berteman banyak, maka tanyakan: Bermain apa hari ini? Bermain dengan siapa hari ini? Ibu Guru mengajak kamu main apa hari ini? Setiap hari lakukan hingga anak ada mengalami rutinitas, dan akhirnya mau bercerita dengan sendirinya.

Semoga sang anak senang terus datang ke sekolah.

NATALIA TOBING

Foto: OmarMedinaFilms/Pixabay

 

Tips Berkemah dengan Keluarga

Sebentar lagi libur lebaran sepekan lebih. Bila tak mudik, ayah bunda sudah punya rencana ke mana? Bagaimana kalau ayah bunda mengajak anak-anak menikmati alam bebas, berkemah misalnya?
Berdasarkan pengalaman pribadi, mengenalkan anak ke alam bebas sejak dini ada banyak manfaatnya. Anak bisa belajar mencintai alam, mendapatkan ketrampilan baru, dan kalian bisa menikmati waktu-waktu berkualitas.
Pada zaman sekarang, sebetulnya sudah banyak tempat yang menyediakan fasilitas berkemah untuk keluarga. Bagi ayah bunda yang memang belum punya perlengkapan sendiri, bisa memilih paket-paket yang disediakan. Tinggal datang bawa badan dan duit. Perlengkapan seperti tenda, sleeping bag, bahkan makan, sudah disediakan.
Saya sendiri lebih memilih untuk membeli perlengkapan berkemah sendiri. Selain bisa dipakai kapan saja, anak-anak pun akan merasa memiliki kegiatan itu.
Berikut ini beberapa tips untuk menikmati aktivitas berkemah yang seru dan bermanfaat:
Persiapkan perlengkapan berkemah
Kalau ayah bunda ingin membeli sendiri, sekarang ini sudah banyak jenis maupun kualitas perlengkapan berkemah. Tapi di beberapa bumi perkemahan sudah tersedia kok penyewaan alat-alat berkemah, jika memang ayah bunda enggan membeli sendiri. Ayah bunda tinggal mengumpulkan informasinya.
Bila ingin membeli sendiri, beberapa perlengkapan standar yang harus ayah bunda persiapkan adalah: tenda, matras, kantung tidur, jas hujan, perlengkapan memasak portable, lampu badai atau baterai, dan senter.
Saya tidak menyarankan untuk membeli perlengkapan yang sekadarnya. Tenda misalnya, jangan membeli tenda mainan seperti yang dijual di pinggir jalan itu.
Belilah tenda doom yang memiliki pelindung ganda. Selain lebih mudah memasangnya, tenda ini juga relatif aman dari curahan hujan dan terjangan angin. Memang untuk perlengkapan yang bagus ada harganya. Tapi yakinlah ayah bunda, itu layak kok untuk tujuan kegiatan berkemah keluarga tersebut.
Mencari tempat berkemah
Agak gampang-gampang susah untuk menemukan tempat berkemah yang pas dan menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga, terutama yang memiliki anak kecil.
Saya lebih memilih camping ground yang arealnya rata, bukan yang berkontur miring atau dekat dengan sungai beraliran deras atau ngarai. Keselamatan anak, itu pertimbangan saya.
Lansekap yang rata seperti itu aman buat anak-anak yang suka bermain atau berlarian ke sana ke mari. Ingat, kita masih pada tahap awal mengenalkan alam pada mereka, bukan? Jadi biarkan mereka menyukai dulu aktivitas itu.
Pada waktunya nanti bisa dilanjutkan ke level yang lebih sulit, misalnya berkemah di lereng gunung. Atau bahkan naik gunung sekalian.
Untuk menemukan tempat yang relatif aman seperti ini, ayah bunda bisa berselancar di Internet. Atau bergabung saja ke komunitas berkemah keluarga yang mulai banyak bertebaran di dunia maya.
Saya dan keluarga punya tempat favorit di Bandung Selatan, yaitu bumi perkemahan Ranca Upas. Kawasan ini relatif datar arealnya, udaranya sejuk, dan ada banyak warung makanan kalau malas memasak sendiri.
Selain ada kolam renang air hangat, di sana juga ada penangkaran rusa. Anak-anak senang sekali memberi makan wortel muda pada rusa-rusa itu.
Tempat lain yang layak dicoba adalah bumi perkemahan Cibubur.
Aktivitas saat berkemah
Saat tiba di perkemahan, biasanya aktivitas pertama yang disukai anak-anak adalah memasang tenda dan perlengkapan kemah.
Anak-anak bisa dilibatkan dalam mengikat ujung tenda atau memasukkan tiang ke tendanya. Bisa juga diminta membersihkan bagian dalam tenda. Anak-anak akan dengan senang hati membantu. Ayah bunda cukup membimbing mereka supaya efektif.
Ajak juga mereka berkreasi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya membuat rak piring dari dahan-dahan pepohonan di bumi perkemahan. Atau membuat jemuran. Aktivitas memasak bersama juga mengasyikkan lho.
Tak ketinggalan mengajak mereka membuat api unggun. Pada saat ini, anak-anak bisa diajak menampilkan kebolehannya, storytelling, atau sekadar bernyanyi-nyanyi bersama.
Libatkanlah anak-anak dalam semua aktivitas saat berkemah, sehingga mereka merasa memiliki kegiatan tersebut. Berkemah akan menjadi momen yang takkan terlupakan oleh mereka.
Di akhir, bersihkan sisa-sisa aktivitas berkemah
Ini penting untuk mengajarkan anak mencintai alam dan menjaga kelestariannya. Seperti pesan yang kerap didengar para pendaki gunung, jangan tinggalkan apa-apa kecuali jejak kaki. Begitu pun untuk aktivitas berkemah.
Jangan meninggalkan sampah apa pun di lokasi bekas berkemah. Lakukan ‘operasi semut’, ajak seluruh anggota keluarga untuk memungut semua sampah yang tertinggal di bekas area kemah kalian dan membuang sampah itu ke tempatnya. Periksa juga jangan sampai ada bagian-bagian tenda yang tertinggal, misalnya pasak.
Bekas-bekas cangkulan, seperti parit tenda, juga harus ditimbun kembali sampai rata. Bekas api unggun pun dibersihkan, timbun dengan tanah.
Mudah-mudahan tips-tips ini membantu ayah bunda untuk merancang dan mengadakan aktivitas berkemah yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga. Selamat berlibur dan selamat berkemah.
Deddy Sinaga