Dokter Lintas Batas: Memenuhi Panggilan Jiwa dan Kemanusiaan di Wilayah Konflik

Seorang gadis kecil berlari-lari kecil mengekor di belakang ibunya yang tergesa melintas di depan puing bangunan yang hancur dihantam bom lewat serangan udara di satu kota kecil yang mereka tinggali di Afrika. Sebentar ia berhenti, menengok ke kanan, matanya sembab dan berair, ada riak di pipinya yang berkilat disorot kamera, tangan kanannya teracung.

Sebuah kalimat berjalan tak jauh dari kakinya, tepat saat jarinya menunjuk ke mata saya yang terpana di depan layar … WHAT’S WRONG WE HAVE DONE?

Mata itu menatap penuh tanya dan harap; menyedot energi yang melesak ke dalam sorotnya. Mengingatkan pada tatap tak berdosa anak -anak Nyanga dalam Black Butterflies, juga sorot mata anak-anak dan perempuan dalam Sometimes in April.

Visualisasi penggalan kisah perjalanan James Maskalyk saat bertugas sebagai dokter Médecins Sans Frontières (MSF) di Abyei, Sudan di buku A Doctor without Borders yang saya baca beberapa tahun lalu. Buku berisi catatan-catatan James yang sebelumnya dituangkan dalam blog pribadinya Six Months in Sudan.

Apa yang dialami oleh gadis kecil dan ibunya, serupa dengan yang terjadi dan dirasakan oleh mereka yang tinggal di beberapa bagian dunia yang sehari-hari was-was karena pertikaian yang masih saja berlangsung di negaranya. Potongan film dokumenter di atas bukan di Abyei tapi Abs, Yaman Utara, saat rumah sakit yang dikelola oleh MSF terkena serangan udara pada Senin, 15 Agustus 2016 lalu.

Dr Lukman Hakim, salah seorang dokter MSF asal Indonesia yang bertugas di Abs sejak Juni 2016 mengisahkan, pk 15.00 waktu setempat ketika selasar UGD rumah sakit Abs yang selalu ramai dengan pasien dihantam bom menyebabkan 11 orang meninggal termasuk seorang staf MSF dan 19 orang luka-luka.

Dirinya hari itu sedang berada di kantor MSF, 10 km dari rumah sakit. Mereka hanya diberi waktu 3 (tiga) jam untuk mengecek kondisi di rumah sakit pasca pengeboman. Esoknya, semua staff MSF dievakuasi ke kota dan pelayanan di rumah sakit diambil alih oleh staf pemerintahan setempat.

Dalam aturan dasar Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law) disebutkan bahwa lambang palang merah harus dihormati sebagai tanda perlindungan. Karenanya dilarang menyerang petugas medis atau kendaraan atau tempat yang mengenakan lambang palang merah.

Dalam setiap misinya MSF sendiri telah memasang lambang tersebut di setiap tempat yang mudah untuk dilihat. Entah kenapa dan siapa yang telah menjatuhkan bom di atas rumah sakit di Abs sampai hari ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab.

Atas beberapa serangan yang terjadi terhadap fasilitas medis yang dialaminya, MSF pun melancarkan protes EVEN WAR HAS RULES. Menggalakkan kampanye untuk menarik perhatian, mengajak dunia membuka mata agar menghormati hukum humaniter; mereka bekerja untuk kemanusiaan dan berada pada posisi netral untuk membantu siapapun yang membutuhkan bantuan kesehatan.

Médecins Sans Frontières (MSF)/Doctors without Borders/Dokter Lintas Batas adalah organisasi kemanusiaan medis internasional yang didirikan di Perancis pada 1971 dengan misi pertama ke Nikaragua pada 1972.

Kegiatan MSF mencakup perawatan kesehatan dasar, layanan kesehatan ibu dan anak, pembedahan, upaya menangani wabah, merehabilitasi dan mengelola rumah sakit dan klinik, vaksinasi massal, mengoperasikan pusat-pusat gizi, layanan kesehatan jiwa, serta memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan setempat.

MSF adalah organisasi independen yang menjalankan misinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender maupun pandangan politik. Tidak pula bergantung pada pendanaan pemerintah dan institusi. Pendanaan MSF 92% berasal dari donatur individu dan 7% dari donasi lembaga publik.

Staf MSF dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok besar, pekerja di lapangan dan pekerja di kantor. Mereka adalah gabungan dari tenaga medis dan juga tenaga dari berbagai disiplin ilmu yang saling menopang satu dengan yang lain. Mereka berasal dari berbagai negara yang terpanggil untuk memberikan layanan kemanusiaan dan kesehatan secara profesional.

Dr Lukman Hakim adalah salah satu tenaga medis asal Indonesia, mulai bergabung dengan MSF pada misi pertamanya di Karachi, Pakistan pada 17 Oktober 2013. Abs, Yaman menjadi tempat penugasan ketiganya di Juli 2016 setelah menyelesaikan tugas di Lamkien, Sudan Selatan.

Tak hanya terjun ke wilayah konflik, karena pada dasarnya kegiatan MSF menyediakan layananan kesehatan berkualitas yang dibutuhkan di satu daerah baik dalam situasi non-darurat maupun kondisi stabil.

Di Indonesia, MSF pun telah mengambil bagian dalam penanganan medis yang dilakukan di beberapa provinsi sejak 1995 hingga 2009 seperti membantu kegiatan tanggap darurat pasca gempa di Jambi, penanganan wabah Malaria dan kesehatan ibu anak di Papua, penanganan tuberkulosis (TBC) di Ambon, serta tanggap darurat dan rehabilitasi tsunami Aceh.

Pada kegiatan MSF & Bloggers Meet Up yang diadakan di Jakarta Sabtu (26/11/2016) lalu, Intan Febriani, Communication Manager MSF Indonesia mengatakan, ada satu kondisi di satu tempat seseorang dianggap berbahaya namun di sisi lain dia adalah pahlawan bagi kelompoknya. Dalam kondisi seperti inilah perlunya organisasi netral.

Untuk mengenal lebih dekat kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh MSF, MSF Indonesia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengunjungi Photo Exhibition & Film Screening yang akan diadakan pada 8-16 Desember 2016 di Grand Indonesia, Jakarta. Pameran ini terbuka untuk umum dan GRATIS.

msf_no-borders

Jika kamu penasaran seperti apa keseharian staf MSF di lapangan, silakan untuk melihat keseharian Vincent Pau, seorang perawat dari Hongkong yang bergabung dengan MSF sejak 2012 lewat film dokumenter A Day on the Front Line: Doctors without Borders berikut.

Risiko akan selalu ada di mana pun kita berkegiatan. Pada salah satu tulisan dalam blog pribadinya, Dr Lukman menuliskan mimpinya yang sederhana, mengabdi di tempat-tempat yang jauh, di mana perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat bukanlah kendala tapi jembatan untuk memahami keberagaman.

Meski perang menakutkan, sebelum meninggalkan Abs Agustus lalu, dirinya berjanji akan kembali ke sana menyelesaikan misinya bersama MSF bila kondisi sudah memungkinkan mereka untuk masuk kembali ke Yaman. Somebody has to do it!

Setiap kita punya pilihan. Dr Lukman dan dokter-dokter lintas batas memilih untuk mengabdikan diri di wilayah konflik. Bagaimana dengan kamu? Apa yang sudah kamu lakukan untuk sesamamu? Bila pergi jauh dari rumah adalah halangan, cobalah buka mata dan lihat sekelilingmu, sudahkah kita menghargai keberagaman? saleum.

 

Laman asli tulisan ini lihat di:

https://obendon.com/2016/11/29/dokter-lintas-batas/

Foto: doctorswithoutborders.org

Siapkan 7 Hal Ini Sebelum Merayakan Natal

Minggu pertama Desember 2016 sudah lewat nih. Itu berarti Hari Natal sudah semakin dekat.
Bagi umat Kristen, Natal menjadi salah satu momen yang sangat dinanti untuk dirayakan. Lewat Natal, kita merajut silaturahmi kembali dengan keluarga besar kita yang bisa saja cuma kita temui setahun sekali.

Bagi anak-anak, Natal selalu berarti keceriaan, banyak kue, dan kado. Masa kecil kita dipenuhi dengan suka cita Natal.

Selain menghias pohon Natal, ada banyak hal yang harus dipersiapkan sedini mungkin karena ini kan momen spesial. Yuk, kita tengok, apa saja sih yang harus disiapkan dari sekarang menjelang Natal.

1. Kado Natal
Inilah yang pertama harus kita siapkan. Karena Natal itu selalu membawa sukacita, jadi wajar saja kita bersiap memberi kado spesial sebagai tanda kita mengasihi orang lain. Kado spesial mungkin perlu dipersiapkan untuk sanak saudara, terutama anak-anak kecil.

Supaya tidak lupa, alangkah baiknya Anda mendaftar siapa saja yang perlu diberikan kado pada hari Natal nanti. Satu lagi yang terpenting, jangan berburu kado Natal saat sudah dekat 25 Desember, tetapi berburulah di bulan November atau di awal Desember supaya lebih tenang dan tidak ada yang terlewat.

2. Ayo Bersihkan Rumah
Natal akan semakin nyaman jika Anda sudah siap dengan rumah yang bersih. Bersih-bersihnya lebih baik dilakukan dari jauh hari. Anda dapat memulainya dari sudut rumah yang paling jarang diakses, misalnya gudang atau sudut-sudut rumah.

Selain itu, membersihkan rumah dari jauh hari akan membuat sejumlah pernak-pernik Natal seperti pohon Natal dan semua aksesorisnya bisa enak dilihat saat diletakkan di berbagai sudut ruang.

Apalagi kalau rumah Anda akan menjadi tempat berkumpul keluarga besar, membersihkan rumah sudah jadi kewajiban supaya tamu-tamu spesial yang datang menjadi nyaman.

3. Menghias Rumah
Sudah pasti suasana dan dekorasi rumah harus berubah. Mendirikan pohon Natal saja sudah jelas-jelas akan membuat keadaan di rumah jadi beda. Sekeluarga menghias pohon Natal pasti menjadi momen yang indah.

Lalu, Anda bisa memasang lampu di pekarangan atau teras rumah. Warna-warni lampu yang menyala tentunya akan menambah semarak perayaan Natal di rumah. Warga sekitar rumah pun akan ikut merasakan sukacita Natal melihat kemeriahan pekarangan rumah Anda.

4. Belanja
Belanja kebutuhan Natal bersama orang yang kita sayang, seperti keluarga dan anak-anak tentu tidak boleh dilewatkan. Sisihkan anggaran untuk membeli pakaian dan beberapa aksesori untuk menghias rumah serta pohon Natal. Buat daftar belanja, biar kantong enggak jebol duluan dan semua hal penting terbeli.

Karena ini momen setahun sekali, pilihlah baju yang nyaman dan sesuai selera, dan sepertinya enggak perlu mahal-mahal. Yang terpenting, enak dipakai seharian nanti saat Hari Natal.

5. Menu Khusus
Nah, karena belanja merupakan salah satu hal penting dalam mempersiapkan Natal, tentu belanja menu makanan khusus untuk dihidangkan juga harus ada dalam daftar belanja Anda.

Nastar dan kastengel okelah, wajib itu. Nah, jika Anda biasa menjadi tempat berkumpul keluarga besar, menu-menu makan khusus pastilah harus disiapkan.

6. Rute Kunjungan
Karena Natal bukan sekadar perayaan, tapi juga saat tepat menjalin silaturahmi, penting buat Anda sekeluarga menentukan rute kunjungan sepulang dar gereja. “Kita ke rumah oma dulu, ke tante itu, om ini..”

Daripada berdebat sepulang dari ibadah di gereja karena belum sepakat hendak ke mana, lebih baik dibicarakan  jauh-jauh hari. Sekalian Anda mengecek apakah orang-orang yang mau dituju benar ada di rumah saat akan dikunjungi.

Buat Anda yang masih jomblo, ini dia. Cari waktu yang tepat ya buat ketemu calon mertua alias camer.

7. Rencanakan Liburan
Dan, setelah semua kemeriahan Natal kita jalani, satu hal yang wajib dipersiapkan oleh Anda dan keluarga adalah pergi berlibur. Karena ini juga menentukan dari segi anggaran, jadi Anda wajib mempersiapkan jauh-jauh hari rencana liburan Anda, tentu setelah dibagi-bagi dengan anggaran merayakan Natal.

Setelah perayaan Natal, jalan-jalan bersama keluarga merupakan salah satu kenangan yang juga tak terlupakan. Buat rencana kapan akan berangkat, di mana menginap, transportasi dan sebagainya.

Jadi, setelah “baterai energi” Anda mulai lemah karena menjalani sukacita Natal, Anda bisa menyegarkan kembali fisik dan psikis dengan berlibur bersama keluarga dengan tenang dan nyaman karena sudah direncanakan jauh hari.

Dan jangan lupa, merencanakan liburan di jauh-jauh hari terasa lebih hemat karena hotel biasanya belum menaikkan harga lebih tinggi, tiket pesawat juga belum tinggi-tinggi amat, tiket kereta tidak berebut dan banyak keuntungan lainnya.

 

Tim Penulis PO FIB UI

Foto: Pixabay

Belajar dari Cerita Tuhan pada Hari Natal

Cerita selalu bisa jadi pembelajaran, apalagi ceritanya Tuhan. Termasuk cerita Tuhan yang disiarkan melalui peristiwa Natal, cerita tentang kelahiran Yesus Kristus. Melalui Natal, Tuhan sebetulnya telah menuliskan cerita-Nya dalam hidup kita masing-masing.

Begitulah semangat yang ingin kami hadirkan pada perayaan Natal Persekutuan Oikumene Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tahun lalu.

Perayaan Natal 2015 ini menjadi penting artinya, sebab sebelum 2015 tak ada perayaan itu, dengan alasan tertentu. Natal kami tahun kemarin bertemakan “HiStory“. Kami bermaksud menceritakan bagaimana cerita Dia dalam hidup kita.

Melalui Natal itu, jemaat diajak untuk semakin percaya bahwa Tuhan telah menuliskan cerita-Nya untuk dalam kehidupan pribadi masing-masing. Sekitar 90 jemaat hadir di natal PO FIB yang diadakan di Auditorium Gedung X.

Tahun ini jelas kami akan mengadakan kembali perayaan Natal itu. Rencananya diadakan pada Jumat, 9 Desember 2016. Total ada 22 orang panitia yang mempersiapkan dan mengadakan acara ini.

Panitia menggambarkan persekutuan yang erat dari para mahasiswa Kristen dari angkatan 2015, 2014, dan 2013. Panitia sudah dibentuk pertengahan Oktober 2016.

Tahun ini, Natal PO FIB akan mengupas soal pentingnya hubungan pribadi antara kita dengan Juru Selamat. Natal adalah penggenapan janji Allah di mana Kristus menjadi satu-satunya juru selamat untuk menebus dosa manusia.

Setelah percaya hal itu, jemaat akan diajak untuk memaknai Natal bukan sekadar perayaan tahunan, tapi momentum kelahiran baru mereka dan menjadi pribadi yang sesuai kehendak Tuhan dengan cara selalu memiliki relasi yang intim dengan Tuhan dan punya waktu pribadi denganNya.

St. Eustorgio, Milan : Makam 3 Orang Majus

Setiap Natal, kisah tentang kelahiran bayi Yesus yang dikunjungi oleh tiga orang majus menjadi cerita yang seragam dilantunkan di gereja di seluruh dunia.

Namun apakah orang majus itu nyata? Siapakah mereka, dimana mereka sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu memenuhi benak saya sampai suatu ketika calon suami saya (saat ini sudah menjadi suami) mengajak saya mengunjungi Basilica St. Eustorgio, sebuah gereja tua yang terletak di Piazza Sant’Eustorgio No.1, Milan.

Saya masih ingat, Januari 2009, hari itu awan mendung menggelayut, warna langit kelabu cenderung menyedihkan. Saya yang kala itu tengah mengunjungi Milan sebagai turis menjadi gundah, sebab cuaca kurang mendukung. Calon suami saya paham betul tidaklah nyaman berjalan-jalan di hari yang mendung.

Namun, ia mencoba menghibur saya dengan mengatakan : daripada gundah gulana karena cuaca kurang menggembirakan, mendingan kita jalan-jalan ke St. Eustorgio. Saya oke-oke saja, meskipun dalam hati bertanya-tanya memangnya ada apa di sana, nama gerejanya juga tampaknya kurang begitu “beken”.

Sambil berpayung kami berjalan kadang meloncat kecil menghindari genangan air. Kami membeli tiket kereta bawah tanah metropolitana sampai ke pusat kota Milan di Piazza Duomo.

Bersamaan dengan hentinya metropolitana, saya lihat orang-orang menghambur keluar dalam ritmik pacu jalan kaki yang sulit saya tandingi. Mereka terbiasa berjalan cepat. Keluar dari koridor bawah tanah, saya lihat orang orang mengembangkan payung, warna-warni alat pelindung tubuh dari percik air hujan itu menjadi dekorasi indah menghiasi pandangan mata sepanjang trotoar.

Hujan bulan Januari di Milan itu kejam sekali, suhu menukik sampai 3°C, calon suami saya berkata : untung saja suhu tidak turun sampai 0°C, karena pada suhu tersebut air hujan bisa berubah menjadi salju. “Oh” dalam hati, “sayang sekali, saya justru ingin melihat salju”.

Meskipun dingin menggigit, orang Milan lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan pribadi. Terima kasih kepada pemerintah kota Milan bersama perusahaan daerah dan swasta yang bekerja sama membangun transportasi dalam kota serta juga kepada warga Milan yang rela menyisihkan 40% penghasilannya sebagai pagu pajak sehingga transportasi publiknya sangat memadai, nyaman, efektif dan efisien.

Dari sana kami melanjutkan perjalanan dengan trem. Tak lama, calon suami saya memencet bel untuk memberi tanda bahwa kami akan berhenti di perhentian yang akan datang. Trem tidak berhenti di sembarang tempat, ada semacam stanplat yang menandai dimana trem bisa berhenti.

Tiba di stanplat kami melompat saja, jalan sedikit kemudian oh, sebuah gereja berwarna terracotta dengan menara di belakangnya, tua namun indah. Calon suami saya kemudian menunjuk kepada menara gereja : “Kamu lihat itu di atas menara, ada semacam arah mata angin dengan hiasan bintang besar”. “Ya ya, aku bisa melihatnya, ” sahutku.

Oke, mari masuk ke dalam katanya sambil membuka pintu utama gereja. Aku turut masuk ke dalam, gelap. Beberapa berkas cahaya dari jendela di atas gedung memberikan sedikit sinar. Kulihat beberapa pengunjung tampak duduk di bangku-bangku, mereka terdiam, sunyi dalam pikiran masing-masing.

Aku berjalan agak ragu, kemudian di altar aku terpesona, sebuah salib berwarna keemasan, tampaknya memang dilapisi emas.

Ternyata bukan itu yang menjadi alasan calon suamiku membawaku ke tempat itu, ia menjentikkan tangannya padaku dan mengajakku berjalan ke arah kanan gedung. (Kebanyakan gereja di Eropa berbentuk salib, sehingga setelah gang yang panjang terhadap ruangan di sisi kiri dan sisi kanan yang juga kadang digunakan untuk misa kecil).

Ternyata di sebelah kanan ruangan terdapat sebuah bangunan aneh berwarna putih, semacam peti tetapi besar sekali. Apakah ini? Tanya saya padanya.

“Ini adalah makam tiga orang Majus, beberapa bagian tubuh ketiga orang majus ini dimakamkan di sini,” ujarnya.

Saya terpana, terharu dan tak menyangka. Di Milan ternyata ada makam tiga orang Majus! Jadi cerita Alkitab yang selalu bergaung setiap Natal di gereja itu, benar adanya, bukan fiksi, bukan sekedar kisah yang indah untuk dijadikan produksi drama di gereja.

Dalam hati saya berteriak, “Oh mereka eksis! Tiga orang tokoh pintar yang hebat, penuh dedikasi dan melakukan perjalanan jauh karena jeli melihat kuasa Tuhan saat berbicara melalui alam semesta pada dua ribu tahun lalu itu ada! Oh, saya lega sekali!”

Pada salah satu kolom terlihat semacam relief yang menggambarkan lembu yang sedang mengangkut peti mati dari batu (sarcopagus). Ahli sejarah menyebutkan, lembu tersebut dikemudikan oleh Santo Eustorgio yang membawa peti mati ketiga orang Majus tadi dari Constantinopel.

Berdasarkan literatur pada abad ke tiga setelah masehi, atau sekitar 300 tahun setelah Yesus wafat, Ratu Helena yang adalah bunda dari Kaisar Konstantin dari Konstantinopel pernah berziarah ke Yerusalem pada dan mengumpulkan tulang-belulang para orang Majus.

Kabarnya ketiga orang Majus ini turut berjalan ke Golgota dan menyaksikan penyaliban Yesus, mereka kemudian menetap disana dan meninggal di sana. Itulah mengapa Ratu Helena bisa mendapatkan tulang-belulang ketiga orang Majus.

Konstantin sang putera, kemudian menyerahkan hasil pengumpulan bundanya tersebut kepada Eustorgio saat ia berkunjung ke Konstantinopel sebelum menjabat sebagai Uskup Milan, sekitar tahun 344 Masehi.

Eustorgio kemudian membawa hadiah berupa peti mati berisi tulang-belulang tiga orang Majus dari Konstantinopel tersebut dengan menggunakan lembu. Setelah memasuki kawasan pintu Gerbang Milan yang bernama Porta Ticinese, lembu tidak dapat bergerak karena terjebak lumpur.

Eustorgio menyatakan, inilah tempat dimana Tuhan berkenan dan kemudian ia menempatkan sarcopagus dan membangun gereja di lokasi tersebut, hingga kini gereja tersebut dinamai sesuai nama sang Uskup.

Sayangnya delapan abad kemudian atau pada tahun 1164, kota Milan diserang oleh pasukan Frederick I Barbarosa dari Jerman yang merampas juga sarkopagus ketiga orang majus tersebut dan menyerahkannya kepada Rainald von Dassel di Cologne, Jerman. Semua usaha untuk mengembalikan peti mati dan kerangka ketiga orang majus tersebut gagal.

Baru pada tahun 1904, Kardinal Ferrari, archbishop Milan kemudian berhasil memboyong sebagian dari kerangka ketiga orang majus, yaitu masing masing bagian fibula (tulang di bagian betis), tibia (tulang kering) dan vertebrata (tulang punggung) yang diserahkan oleh archbishop Cologne Mgr. Fischer pada sebuah pesta epifani yang masih terus dirayakan hingga sekarang.

Keluar dari gereja tersebut, sekali lagi aku memandangi menara gereja. Di ujung menara tersebut bukan bentuk salib yang saya lihat melainkan sebentuk bidang berujung delapan, sebuah simbol yang mengingatkan kembali pada bintang yang diikuti oleh para orang majus.

Ah, suatu saat saya juga ingin ke Cologne, Jerman dan melihat juga sebagian peninggalan ketiga tokoh luar bisa tersebut.

*Referensi tambahan : Secret Milan, Massimo Polidoro, Jonglez Publishing, 2012.

Rieska Wulandari

Catatan: Tulisan ini dikutip sudah seizin penulis. Laman asli tulisan ini lihat di

http://www.kompasiana.com/rieskawulandari/st-eustorgio-milan-makam-3-orang-majus_552a6154f17e61a504d623c0

Penulis adalah lulusan jurusan jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Universitas Padjajaran dan menetap di Italia.

Foto: museomilano.it

Menggali Keberanian dan Keteguhan Hati dari Kisah Moana

Saya termasuk orang yang selalu berusaha menemukan makna di balik sebuah film yang bisa diaplikasikan untuk hidup. Begitu pun saat menjelang akhir pekan ini, saya menonton Moana, sebuah film animasi 3D terbaru dari Walt Disney Pictures.

Film animasi ini mengisahkan perjalanan Moana Waialiki (disuarakan oleh pendatang baru Auli’i Cravalho), anak kepala suku Motunui, dalam mencari Maui yang mencuri jantung Te Fiti, sang Dewi Pulau. Mereka harus mengembalikan jantung itu.

Perjalanan yang membahayakan sejak mula. Moana belum pernah berlayar. Menyentuh laut pun dilarang oleh sang ayah yang over protective. Belum lagi ketakutan yang dibangun bahwa samudera di balik karang sangat mengerikan.

Apalagi misi yang akan diemban. Maui (disuarakan oleh Dwayne Johnson) adalah manusia setengah dewa yang jago mengubah diri berkat senjata kailnya. Dengan kesombongan dan kedegilannya, apa dia mau dipaksa oleh seorang mortal (manusia) macam Moana?

Dan banyak lagi hal-hal mengerikan lain yang menantinya dalam perjalanan itu. Kamu akan kerap menahan nafas menonton film ini. Tapi jangan kuatir. Bumbu jenaka juga tak kalah banyaknya. Percayalah.

Apakah Moana bisa menyelesaikan misinya? Apa pelajaran yang bisa dipetik darinya? Kamu harus menonton film ini untuk lebih jelasnya.

***

Kisah Moana belum tentu akan memberikan ‘pelajaran’ pada semua orang. Tapi yang jelas, saya mendapat banyak pelajaran dan inspirasi darinya.

Pelajaran tentang keberanian, tentang keteguhan hati. Meski ada tantangan sebesar lautan, yang sama sekali belum dikenali, di balik karang. Pun meski misi yang diemban nyaris mustahil untuk dimenangkan.

“Kamu harus menjewer kuping Maui dan membawanya menyeberangi samudera untuk mengembalikan jantung Te Fiti, sang Dewi Pulau,” tutur Tala, sang nenek yang sedang sekarat.

Tak hanya nenek yang sekarat. Pulau suku Motunui pun sedang ‘sekarat’. Kelapa tak lagi berbuah baik. Ikan-ikan juga tak ada lagi. Dan semuanya kini tergantung pada usaha si kecil Moana untuk memulihkan kembali Te Fiti, sang Dewi Pulau.

Apa boleh buat. Maui, si manusia setengah dewa, harus dicari apapun risikonya. Sebab jantung mesti dikembalikan. Itu semua butuh kekuatan, keteguhan hati, dan keberanian.

Tapi kekuatan nyata itu lahir dari kesadaran diri. Pada kasus Moana, dia sadar bahwa dirinya adalah Moana, manusia yang terpilih untuk menjemput Maui, dan sejatinya di darahnya mengalir darah suku penjelajah lautan, bukan suku penakut.

“Aku yang mencintai laut dan rakyatku. Aku sudah pergi jauh dan pengalaman mengajariku, itu yang akan menuntunku. Aku tahu jalanku (karena) aku Moana.”

***

Moana adalah film animasi tipikal Disney, dalam hal karakter tiga dimensi dan jalinan ceritanya. Moana menambah panjang deretan para ‘princess’ dalam dunia dongeng Disney. Meski Moana tegas-tegas mengatakan, dia bukanlah Putri.

Tak banyak kritikan pada film yang disutradarai oleh Ron Clements and John Musker ini. Kritik yang ada kebanyakan seputar sosio-kultural. Sosok Maui dinilai tak seperti mitologinya yang sangat kuat dan super. Penggambaran Maui yang gemuk juga terlalu men-stereotyping orang Polinesia.

Soundtrack-nya: How Far I’ll Go, I Am Moana (Song of the Ancestors), dan We Know the Way, juga tak serenyah Let It Go dari Frozen (juga terbitan Disney). Apalagi kuat pengaruh musik khas Polinesia di dalam soundtrack Moana.

Tapi saya sepakat, film ini bisa menjadi tontonan segar dan inspiratif bagi siapa saja. Terutama bagi anak-anak menjelang akhir tahun, setelah sekian lama terharu biru oleh Anna dan Ratu Salju Elsa dari kisah Frozen.

Beberapa Fakta Film Moana

1. Pengisi suara Moana adalah aktris baru asli Hawaii bernama Auli’i Cravalho, 16 tahun.

2. Moana dan pengisi suaranya, Cravalho, sama-sama berusia 16 tahun saat film ini dirilis. Cravalho mulai mengisi suara Moana saat berusia 14 tahun.

3. Berbeda dengan kebanyakan karakter Disney, Moana bukanlah Putri bangsawan. Tapi seperti kata Maui: “Kalau kamu memakai dress dan punya teman binatang, kamu adalah putri.” Dalam petualangannya, Moana tak sengaja membawa ayam jantannya: Heihei.

4. Cravalho hampir saja gagal mengisi suara Moana karena dia anak baru di sekolah dan gagal mengikuti audisi acapella. Tapi ada direktur casting Disney di audisi itu dan dia menghubungi mama Cravalho. Dia akhirnya datang ke audisi hari terakhir dan mendapatkan peran itu.

5. Cravalho dan Dwayne Johnson benar-benar menyanyi dalam beberapa lagu di film itu.

6. Karakter Disney biasanya punya teman binatang. Kalau Cinderella punya tikus, putri duyung Ariel dengan kepiting Sebastian, Moana punya babi bernama Pua dan ayam jantan Heihei.

7. Sepintas terlihat mirip antara Cravalho dan Moana. Tapi karakter Moana diciptakan jauh sebelum Cravalho dipilih jadi pengisi suaranya.

8. Kalau di film Cravalho yang menyanyikan lagu How Far I’ll Go ciptaan Lin-Manuel Miranda, maka untuk versi rekaman radio, lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi asal Kanada, Alessia Cara.

Foto: movies.disney.com

Ditulis ulang dan lebih lengkap dari tulisan sendiri di: http://bangdeds.com

Orang Indonesia Makin Kaya Saja, Ini Buktinya

Siapa bilang Indonesia secara ekonomi susah? Faktanya kekayaan rumah tangga dan pribadi di Indonesia itu naik setiap tahun.

Kekayaan rumah tangga di Indonesia tumbuh 6,4 persen pada tahun ini. Kekayaan orang per orang dewasa juga naik lho.

Fakta itu adalah hasil riset Credit Suisse Research Institute (CSRI) yang diterbitkan dalam laporan tahunan Global Wealth Report. Ini adalah tahun ketujuh CSRI melakukan riset itu.

Menarik, bahwa di saat pertumbuhan kekayaan secara global kurang begitu baik, pertumbuhan kekayaan rumah tangga di Asia Pasifik justru naik 4,5 persen.

Sejak 2013, pertumbuhan kekayaan global tak memperlihatkan angka yang memuaskan. Ini dipicu krisis finansial pada 2008. Sebelumnya, menurut laporan CSRI itu, kekayaan global bisa bertumbuh sampai dua digit.

Di balik pertumbuhan kekayaan Asia Pasifik yang menjanjikan, Indonesia juga fantastis. Kekayaan rumah tangga di Indonesia tumbuh 6,4 persen pada 2016 dengan nilai total US$1,8 triliun. Rupanya, krisis finansial dunia tak berpengaruh besar pada kekayaan di Indonesia.

Laju kekayaan rumah tangga di Indonesia sejak 2008 adalah rata-rata 5,9 persen. Diproyeksikan, kekayaan rumah tangga di Indonesia akan meningkat 7,9 persen per tahun selama lima tahun ke depan ini, dan akan mencapai US$2,6 triliun pada 2021.

Sedang kekayaan orang per orang dewasa dalam rupiah juga meningkat 6 kali lipat selama kurun waktu 2000-2016 (12,2 persen per tahun). Ini sejalan dengan pertumbuhan PDB per orang dewasa di Indonesia yang mencapai 12,3 persen antara 2000-2016.

Kalau rumah tangga Indonesia terbilang kaya, apa saja kekayaannya? 88 persen aset bruto adalah aset riil lho. Sedang utang hanya 6 persen.

Sebanyak 84 persen orang dewasa kita itu memiliki kekayaan senilai US$10.000 atau sekitar Rp130 juta. Rata-rata di dunia, hanya 74 persen orang dewasa.

Sedang yang di atas rata-rata (kita bicara soal kaum miliuner), jumlahnya juga bertumbuh pesat 13 persen. Saat ini sudah ada 112.000 miliuner di Indonesia dengan total kekayaan mereka US$500 miliar.

CSRI memprediksi, jumlah miliuner kita akan bertambah 9,1 persen per tahun dan akan mencapai 173.000 orang pada 2021.

Bagaimana CSRI menghitung kekayaan? Menurut mereka sih, kekayaan itu dihitung berdasarkan nilai aset finansial dan aset riil (berupa properti), setelah dikurangi utang.

China, Korea, dan Indonesia, adalah negara-negara di Asia Pasifik yang kekayaan penduduknya menanjak di piramida kekayaan dunia.

Foto: Pixabay/Stevepb

 

Makan Malam Bersama Yesus

Desember telah kembali. Orang Kristen pun mulai bersiap-siap untuk merayakan hari Natal, hari kelahiran Yesus. Tahun ini di rumah kami Natal akan sedikit berbeda, karena perempuan tercantik di rumah kami sedang menunaikan cuti sabatnya yang telah terlalu lama tertunda. Tanpa dia Natal jelas akan berbeda, karena tidak akan ada masakan lezatnya, dan terlebih lagi, ide-ide cemerlangnya.

Di antara Natal yang pernah kami rayakan di rumah, ada satu Natal yang tidak akan pernah terlupakan. Itu adalah Natal sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu istriku mengusulkan untuk memberi hadiah Natal yang istimewa kepada Yesus. Dia mengundang Yesus untuk makan malam di rumah kami.

Sejak pagi, kami menyiapkan makan malam istimewa itu. Memilih beras yang terbaik, menyiapkan ayam panggang, sayur-sayuran yang paling segar, dan minuman yang paling memuaskan dahaga.

Beberapa teman datang membantu. Ada yang membantu menyiapkan makanan, ada yang membantu membersihkan rumah dan menyiapkan tempat.

Anakku pun tidak ketinggalan. Dia meminta membelikan snack dan kue-kue untuk Yesus yang akan datang ke rumah kami. Tidak lupa dia menyiapkan mainan kesukaannya dan film kartun favoritnya untuk dinikmati bersama Yesus.

Menjelang malam, Yesus pun datang ke rumah kami. Ah, ini bukan tulisan metafisis atau gaib. Injil Matius mencatat perkataan Yesus: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Jadi, kami mengumpulkan 30 anak jalanan untuk menikmati makan malam istimewa di hari Natal itu.

Mereka pun datang. Gembira, ramai, dan bahkan berisik (setidaknya keesokan harinya kami harus menjelaskannya kepada para tetangga). Dimulai dengan sedikit permainan, kemudian makan-makan, dan ditutup dengan nonton dan bermain bersama; ah, aku tidak akan bisa melupakan hari Natal itu.

Itu adalah hari Natal yang paling melelahkan, namun luar biasa. Istriku puas karena makanan yang disediakannya licin tandas. Anakku gembira karena bisa bermain dan bahkan berteriak bersama dengan begitu banyak anak.

Dan aku, suaraku menjadi serak, karena harus terus berbicara selama beberapa jam, termasuk beberapa kali memisahkan pertengkaran di antara tamu-tamu istimewa kami itu.

Ya, di hari Natal itu kami makan malam bersama Yesus. Aku akan selalu mengingat malam itu. Malam itu begitu istimewa sehingga sejak waktu itu, anak-anak jalanan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kami. Terima kasih Tuhan, Engkau mau datang, sudah datang. Haleluya!

 

Foto: Dok Pribadi

 

Imagine

Di masa kecil, di kampung saya yang ketika itu minim edukasi, minim pengetahuan tentang Tuhan dan agama, hanya sejumlah kecil orang yang berkesempatan mengenyam pendidikan, juga hanya sebagian kecil orang yang benar-benar menjadi pemeluk agama (kebanyakan hanya sekadar formalitas di KTP), saya justru menikmati banyak hal yang indah….

Di bulan Ramadhan, saya ikut berkeliling, dari rumah ke rumah, mengincar kue-kue lebaran. Saya ikut menunggu bedug, membunyikan petasan bambu, bahkan ikut merayakan lebaran di sekolah dan di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah. Saya bahkan masih ingat beberapa lirik dan lagu yang dulu kami nyanyikan sambil bermain rebana di sekolah.

Teman-teman saya yang muslim juga tidak menolak ketika di sekolah ditawarkan ikut tarian “Malam Kudus” dan ikut bersukacita merayakan Natal.

Kami memang tidak pernah merayakan hari raya agama lain selain yang dua itu karena memang penganutnya juga tidak ada di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal kami. Di sisi lain, kami juga tidak memahami bagaimana merayakannya. Kalaupun pernah ada siswa beragama Hindu atau Budha, hanya satu atau dua orang saja di satu sekolah.

Di masa-masa itu, kami tidak pernah tahu, satu dengan yang lain beragama apa, kecuali bertanya langsung ke yang bersangkutan. Pokoknya, kami sama-sama berburu kue-kue Natal dan Lebaran. Kami sama-sama menikmati perayaannya, lagu-lagunya, dan sukacitanya.

Saat ini, ketika 95 persen orang Indonesia sudah mengenyam pendidikan dan semakin paham tentang Tuhan dan agama, begitu juga di kampungku, semua jadi terasa berbeda…

Saya jadi teringat lirik sebuah lagu tahun 70-an, “Imagine” karya John Lennon.

“Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today… Aha-ah…

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, too
Imagine all the people
Living life in peace… You…

You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world… You…

You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one”

Terlepas dari iman saya pada Tuhan dan agama yang saya anut, saya mulai berpikir dan berkhayal… mungkin seperti khayalan John Lennon ketika ia menuliskan lagu itu.

Alangkah indahnya jika kita bisa hidup tanpa dinding-dinding pembatas bernama agama, suku, bangsa, ras atau apapun itu.

Alangkah indahnya jika kita bisa mengulurkan tangan tanpa harus memikirkan apakah tangan yang saya raih itu berwarna putih atau hitam, najis atau halal, kawan atau lawan.

Alangkah indahnya….

Foto: Pixabay/Alexas_Fotos

Dosakah Menjadi Orang Kaya?

Siapa yang tak ingin jadi orang kaya? Jadi orang kaya itu dosa nggak, sih?

Tidak masalah bila seseorang mempunyai banyak uang atau kekayaan. Masalahnya terletak pada bagaimana mengelolanya. Yang salah adalah jika menjadi tamak.

Siapa itu orang tamak?

Pertama, dia adalah orang yang mengira dapat menggantungkan hidupnya pada kekayaannya, dan bukan pada Tuhan (Luk 12:15).

Kedua, kalau hartanya makin banyak maka yang dia pikirkan hanyalah bagaimana cara menyimpannya, dan bukan mencari orang yang sedang kekurangan untuk ditolong (Luk 12:18).

Ketiga, visi hidupnya adalah bagaimana bisa menyimpan hartanya begitu rupa agar tahan bertahun-tahun, supaya bisa bersenang-senang (Luk 12:19).

Keempat, hartanya hanya terfokus untuk kepentingan diri sendiri. (Luk 12:21)

Ajaran Rasul Paulus tentang hal ini, adalah:

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. 1Tim. 6:17

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. 1Tim. 6:18

Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. 1Tim. 6:19

Amsal juga mengajarkan tentang harta, demikian:

Amsal 3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

Amsal 3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Di tanah Palestina ada danau Galilea dan Laut Mati. Di sekeliling pantai Galilea ada banyak kota. Dan Danau itu berisi banyak ikan dan menjadi berkat dan sumber hidup bagi kota-kota sekelilingnya. Sedangkan di Laut Mati, sekelilingnya gersang dan tak ada yang sanggup hidup di situ karena kadar garamnya terlalu tinggi.

Apa beda antara Galilea dan Laut Mati?

Laut mati hanya menyimpan air yang masuk dan tak keluar lagi, sedangkan Galilea hanya menjadi penyalur saja. Air yang masuk langsung keluar lagi. Dan air yang masuk dari mata air Gunung Hermon itu tak pernah berhenti.

Berkat adalah untuk disalurkan, bukan disimpan. Harta kekayaan adalah berkat Tuhan.

-*-

Foto: Pixabay

Perempuan dengan HIV di Mata Putrinya

Iyya akui, Umi itu seorang wanita hebat. Iyya selalu pengen jadi kayak Umi tapi bukan berarti Iyya harus jadi seorang perempuan dengan HIV. Umi itu tangguh, Iyya tau HIV bukan penyakit yang mudah untuk diakui dan diberitahukan kepada orang lain, tapi Umi sanggup menerima semua ini. Semenjak Iyya kecil mungkin Iyya jauh dari Umi, tapi Iyya tau semua Umi lakukan demi Iyya, Umi bertahan merasakan sakit demi Iyya.

[Sampai sini, mataku sudah membasah. Heh! Dasar gue penulis yang gampang nangis. Aku teruskan wawancara dengan Iyya … putri Hartini, narasumber naskahku.]

Umi selalu berusaha kasih yang Iyya mau. Sekalipun itu membuat Umi lelah, tapi Umi gak pernah ngeluh di depan Iyya.

Iyya salut sama Umi, selama ini Umi bertahan buat Iyya dan keluarga. Awalnya Iyya gak percaya Umi kena HIV tapi setelah Umi perjelas apa itu HIV, Iyya bisa lebih tenang. Bahkan sosok Umi buat Iyya  selalu belajar tegar, karena Iyya sendiri rapuh.

Melihat Umi yang tegar Iyya jadi lebih semangat untuk hidup lebih baik buat Umi dan buat keluarga.

Umi wanita yang terhebat. Beliau bisa sabar dalam keadaan apa pun. Bahkan di saat penyakitnya saat ini. Umi selalu jadi motivator buat Iyya.

[Aku membayangkan, di ujung WhatsApp sana, Iyya sedang diaduk-aduk emosinya, melebihi diriku yang lancang terus bertanya demi naskah ini tuntas, aku ambil pena dan membuat note untuk mengoreksi tuturan Iyya, bukan penyakit].

Cukup lama Iyya jauh dari Umi , ketemunya kalau lebaran dan liburan sekolah.

[Iyya sejak kecil diasuh oleh neneknya di luar Jawa, sedangkan Hartini, Uminya ada di Jakarta.]

Sedari umur 4 tahun Umi udah pergi ke arab. Dua tahun kemudian baru pulang.  waktu itu Iyya kelas 1 Sekolah Dasar. Setelah itu Umi merantau ke Jakarta. Ya, sejak itu kami berjauhan terus, Ketemunya lebaran dan kalau Iyya liburan sekolah.

Peristiwa yang paling tak terlupakan adalah ketika Umi pulang dari Arab. Sekalipun dibilangin Umi gak jadi pulang hari itu, Iyya tetep nunggu Umi dateng walaupun udah larut malam.

Tapi penantian Iyya gak sia-sia akhirnya Umi jadi pulang malam itu dan beliin pesanan-pesenan Iyya. Karena Umi berangkat ke Arab demi beliin apa yang Iyya mau.

Umi korbanin diri sendiri demi kebahagiaan Iyya dan sikap Umi itu gak pernah berubah. selalu seperti itu.

[Air mata saya meleleh lagi. Mengimajinasikan Iyya kecil duduk di teras rumah neneknya di Lampung menanti Uminya datang hingga larut malam. Dan Umi beneran datang, ia secara khusus sewa mobil agar lekas sampai di tempat Iyya dan bisa bawa oleh-oleh yang banyak.]

Apa yang harus saya khawatirkan, Pak? Umi sekarang sehat-sehat aja. Penyakitnya juga kan gak mudah untuk menular, Pak ….

[Tepok jidat. Bodohnya aku menanyakan kekhawatiran itu pada Iyya!]

Iyya masih pengen banyak hal …. Iyya mau, orang-orang dengan HIV bisa punya semangat hidup seperti Umi dan pengen mengubah anggapan orang yang selalu beranggapan buruk tentang HIV. Tidak semua orang yang memiliki virus HIV itu adalah mereka yang melakukan hubungan (seks) bebas, narkoba, dll. Bisa saja kan mereka korban ….

[Iya. Umimu udah cerita tempo hari, tiga jam kami mengobrol di food court. Umimu dapat virus HIV dari seseorang yang dia nikahi. Dan pria itu awalnya selalu menyangkal sebagai biang penurunan kekebalan tubuh Umimu, Iyya.]

Makasih ya Iyya … kalau ada kisah yang mau dibagikan lagi, kirim pesan WA ke sini ya. Buku deadline besok. Senang dapat cerita dari Iyya.

[Aku closing wawancara. Padahal masih pingin dapat cerita seru lainnya.]

Iya, Pak sama-sama. Terima kasih juga udah mau terima cerita-cerita Iyya. Oh iya tadi ada yang belom dijawab …. Soal yang Iyya bantu buat kesehatan Umi. Mungkin Iyya gak bisa bantu apa-apa karena Iyya belom terlalu banyak tau tentang HIV apa lagi obat-obatnya.  Yang Iyya bisa lakuin sekarang berdoa dan semangatin Umi biar gak bosen minum obat dan bertahan demi keluarga.  Iyya selalu ingetin Umi minum obatnya.

[Aku bersyukur, wawancara itu aku lakukan saat sendiri di rumah, artinya istriku dan anakku yang suka mem-bully aku tidak melihatku bercucuran air mata. Besok naskah harus tuntas, kepercayaan dari Andy F. Noya dan Penerbit Buku Kompas padaku untuk menyusun naskah ini harus aku kerjakan dengan sepenuh hati. Mungkin, buku akan aku beri judul Hartini: Memoar Seorang Perempuan dengan HIV.]