Filipi 4:4-7
4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! 4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Gembira atau bersukacita, alangkah indahnya itu. Mengapa kita harus bersukacita? Sebab sukacita itu sangat penting bagi kita. Orang yang kurang bersukacita biasanya kerjaannya hanya mengeluh saja atau mereka kerap mencari-cari alasan saja.
Amsal 17:22 berkata: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Tahukah kamu, penelitian modern telah mengkonfirmasi apa yang disampaikan oleh penulis Amsal ini? Menurut penelitian di bidang kesehatan, hati yang gembira akan meningkatkan asupan oksigen, merangsang jantung, paru-paru dan otot dan meningkatkan kadar hormone endorphin, yaitu painkiller alami dalam tubuh kita. Sukacita juga dapat meredakan stress dan meredakan denyut jantung dan tekanan darah yang tinggi, membuat otot rileks, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Tapi masalahnya, bersukacita bukan hal yang gampang. Bersukacita ketika keadaan baik-baik saja, itu sangat mudah! Tapi, bagaimana kalau keadaan kita sedang sulit?
Bagaimana cara kita bersukacita ketika sedang sakit? Bagaimana bersukacita ketika tugas-tugas sekolah atau kuliah makin lama makin menumpuk dan waktu 24 jam rasanya terlalu sedikit? Bagaimana bersukacita ketika gaji sudah habis padahal akhir bulan masih dua minggu lagi? Bagaimana bersukacita ketika pacar hati tiba-tiba berpaling kepada lain hati ketika kita sedang sayang-sayangnya?
Kebanyakan orang akan cenderung mengeluh dalam keadaan seperti itu? Tapi tidak dengan orang percaya. Paulus dengan tegas mengatakan dalam Filipi 4:4 “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Seakan-akan Paulus mengatakan ayat ini dengan mudah. Padahal, kalau kita tahu latar belakang bagian Firman Tuhan ini, kita akan menyadari bahwa Paulus sesungguhnya memiliki sejumlah alasan untuk tidak bersukacita.
Saya ambil contoh dua saja: Pertama, Paulus sedang berada di penjara. Siapa yang bisa bersukacita di penjara? Membayangkan penjara saja sudah bikin ngeri apalagi benar-benar menjalaninya? Kedua: jemaat yang dikasihinya, yang didirikannya bersama Silas dan Timotius, sedang dilanda bibit-bibit perselisihan. Di Filipi pasal 4 ayat 2 disebutkan ada perselisihan antara Euodia dan Sintikhe. Paulus pasti sangat mengasihi dan peduli pada kedua orang itu, sehingga nama mereka disebut dan Paulus meminta Sunsugos untuk menengahi mereka. Saya rasa wajar kalau kemudian Paulus gelisah, sebab dia jauh dari jemaatnya.
Ketika merenungkan situasi yang dihadapi oleh Paulus, rasanya sulit bersukacita, bukan? Tapi sebaliknya Paulus dengan tegas berkata, “Bersukacitalah senantiasa!”
Kok bisa Paulus berkata begitu? Bagaimana cara bersukacita dalam kondisi seperti itu?
Dari bagian Firman Tuhan yang kita renungkan ini, setidaknya ada tiga cara untuk bersuka cita meskipun keadaan kita tidak baik-baik saja.
Pertama: Bersukacitalah di dalam Tuhan!
Pada Filipi 4 ayat 4 Paulus berkata: Bersukacitalah di dalam Tuhan. Ayat ini jelas. Bahwa sebenarnya kita tidak bersukacita atas keadaan yang kita alami. Tapi kita bersukacita karena kita punya Tuhan. Kita harus selalu punya framing bahwa ada maksud Tuhan yang harus kita mengerti ketika kita mengalami segala sesuatu. Mengapa? Sebab Tuhan sangat mengasihi kita, karena itulah, seperti kata Paulus di Kitab Roma, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Kasih Allah sudah jelas. Salib buktinya. Tapi kita akan mengerti bahwa segala yang terjadi dalam hidup kita itu adalah baik, ketika kita sungguh-sungguh mengasihi Allah.
Kedua, bersukacitalah dalam pengharapan
Roma 12:12a berkata: Bersukacitalah dalam pengharapan. Pengharapan kepada siapa? Jelas kepada Tuhan. Di Ratapan 3, penulis Alkitab berkata “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; Besar kesetiaanMu!” Pengkotbah 3:11a juga berkata “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”
Ketiga, jangan kuatir dan berdoalah dengan benar
Filipi 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Jangan salah anggap. Tulisan ini tidak sedang mengajarkan bahwa orang Kristen tak boleh kuatir, tak boleh sedih. Yang Paulus maksudkan adalah: kita tak boleh dikuasai oleh kekuatiran dan kesedihan itu. Karena itulah dalam segala hal kita perlu berdoa dengan benar di hadapan Tuhan, yaitu doa yang penuh dengan ucapan syukur kepada-Nya.
Semoga renungan ini menguatkan kita dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Amin!