Is This Christmas Really My CHRISTmas or Only Christmas Without Christ? (Part II)

Apakah benar selama ini aku telah merayakan kelahiran-Nya? Apakah ternyata selama ini aku merayakan Natal tanpa kelahiran Sang Mesias tersebut di hatiku?

Tuhan terus mengingatkanku tentang pentingnya memiliki hubungan baik dengan Dia. Kali ini Tuhan menegurku juga lewat evaluasi kepanitiaan yang aku pegang di natal ini.

Tanpa aku sadari, ternyata selama ini aku telah mencuri kemuliaan Allah yang  telah menganugerahkan pelayanan itu kepadaku, dan aku juga kehilangan makna natal itu di dalam hatiku.

Apakah artinya natal, tanpa lahirnya Sang Juruselamat di hatiku?  Apakah natal hanya berarti kemewahan? Pohon Natal? Pernak-pernik natal? Acara Natal yang sukses dan diakui keren oleh teman-teman dari gereja/persekutuan lain? Ataukah natal hanya menjadi ajang untuk tukar kado dan pamer baju serta pernak-pernik baru? Ke mana kesederhanaan natal yang Yesus ajarkan?

Tuhan Yesus lahir di kandang domba yang hina, hanya dengan sebuah palungan dan hanya  ditemani oleh Maria dan Yusuf. Hanya sebuah kesederhanaan yang Ia bawakan dalam kelahiran Sang Mesias Yang Agung, tanpa ada baju baru, pernak-pernik, dan kemewahan.

Bahkan Ia tidak lahir dalam sebuah hotel ataupun rumah, tapi di kandang domba. Tempat yang sangat sederhana untuk kelahiran seorang Raja.

Tapi itukan 2000 tahun yang lalu? Berbeda dengan zaman sekarang, yang serba modern dan canggih. Iya, memang benar itu 2000 tahun yang lalu, memang benar pula zaman itu berbeda dengan zaman sekarang.

Namun, apakah ada perbedaan tujuan kelahiran Yesus ke dunia ini 2000 tahun yang silam dengan sekarang? Apakah Yesus lahir 2000 tahun yang silam hanya untuk mengajarkan kesederhanaan, dan Yesus yang lahir masa kini mengajarkan kemewahan? Atau apakah Yesus lahir 2000 tahun yang silam hanya untuk diketahui orang-orang majus dan gembala, dan Yesus lahir pada masa kini agar semua orang dapat membeli baju baru, menghias rumah/gereja dengan pohon natal, dan membeli pernak-pernik lainnya?

Jawabannya adalah TIDAK. Ia lahir 2000 tahun yang silam untuk menebus dosa-dosa kita dahulu, sekarang, dan yang akan datang. TIDAK ADA YANG BERUBAH DARI TUJUAN YESUS LAHIR KEDUNIA INI 2000 TAHUN YANG LALU SAMPAI SEKARANG.

Perlu sekali bagi kita untuk terus mengingat akan rema ini. Dan tentu saja ini adalah moment yang  tepat untuk bertanya pada diri kita sendiri,“ APAKAH BENAR YESUS TELAH LAHIR DI HATIKU ATAU SELAMA INI AKU HANYA IKUT-IKUTAN MERAYAKAN  NATAL SEBAGAI TRADISI TAHUNAN?” Cobalah untuk merefleksikannya sejenak dan Tuhan akan berbicara pada kita.

Seiring dengan perkembangan zaman, makna natal pun makin kian teriris dan bahkan tergantikan maknanya dengan kebudayaan-kebudayaan serta tradisi-tradisi buatan manusia. Hal ini merupakan pengalaman yang Tuhan boleh izinkan terjadi dalam hidupku.

Begitu banyak acara natal yang ku hadiri, begitu banyak perayaan natal yang hebat dan dibelakang acara natal yang hebat itu pasti ada sebuah kepanitiaan yang menyusun rangkaian acara ini.

Kepanitiaan yang hebat pasti terdiri dari orang-orang hebat dan berkomitmen dalam pelayanannya dan aku tergabung dalam panitia yang hebat tersebut.

Beberapa hal yang aku pelajari, seberapa hebat pun kita, kita harus tetap berhati-hati terutama pada saat kita melayani Tuhan dalam sebuah acara. Karena tanpa kita sadari sering kali kita menjadi orang-orang Farisi, menganggap diri paling benar, dan menganggap semua pelayanan kita harus terlihat hebat di depan orang lain (misalnya: acara ibadah dan perayaan natal).

Kita lebih mementingkan pujian orang lain akan kehebatan acara kita, bukan pujian yang dari Tuhan, dan lebih parahnya lagi terkadang kita tidak sadar bahwa kita telah mencuri kemuliaan Tuhan dan menggantikannya dengan memuliakan diri sendiri.

Hal ini sangat rawan terjadi bagi kita para panitia dan pelayan ibadah. Dosa kesombongan yang sering kali menguasai hati manusia, untuk itulah maka setiap hari kakak rohani atau pun saudara kita yang seiman selalu mengingatkan kita untuk tetap menjaga hubungan dengan Allah, agar kita tidak terjatuh dalam dosa kesombongan itu.

Kita adalah pelayan Allah, kita melayani Allah jangan sampai kita mencuri sedikitpun kemuliaan Tuhan kita.

Selain itu, hal terpenting yang harus kita evaluasi sebelum, sewaktu, dan sesudah acara berlangsung adalah motivasi hati kita, tujuan kita melakukan ini semua. Memang penting bagi kita untuk evaluasi teknis acara kita, namun lebih penting lagi agar kita tetap mengevaluasi hati kita juga, bukan hanya hal teknis saja.

Ingat Tuhan selalu melihat hati kita. Apakah kita melakukan ini semua untuk kehebatan diri sendiri? Pengakuan orang lain? Atau kita telah melakukannya untuk Bapa sebagai ucapan syukur kita atas kasih-Nya yang besar?

Itulah sedikit pengalaman berharga yang aku pelajari.

Kembali ke pertanyaan awal lagi apakah benar selama ini aku telah merayakan kelahirannya? Apakah ternyata selama ini aku merayakan Natal tanpa kelahiran Sang Mesias tersebut di hatiku?

Jawabannya adalah YA. Selama ini aku hanya merayakan natal tanpa turut memaknai kelahirannya di hatiku. Namun, aku sungguh mengucap syukur ketika Tuhan masih mau menegurku lewat Firman dan pengalaman serta perenunganku saat bersamaNya. Aku benar merasakan kasihNya dalam natal tahun ini.  Kasihnya begitu besar dan Ia sungguh Allah yang setia!

Pada saat natal ini, tidak ada salahnya apabila kita kembali merenungkan dari sekian banyak perayaan natal yang mungkin kita hadiri, atau bahkan mungkin kita adalah salah satu panitia pelaksana acara tersebut, “ APAKAH BENAR YESUS TELAH LAHIR DI HATIKU ATAU SELAMA INI AKU HANYA IKUT-IKUTAN MERAYAKAN  NATAL SEBAGAI TRADISI TAHUNAN?”

Tidak ada salahnya untuk mengecek dan merefleksikan semua motivasi yang telah kita lakukan, dan jika memang salah, akuilah karena Dia adalah kasih dan maha Pengampun, dan kita akan beroleh pengampunan dan lebih dibentuk lagi.

Kiranya melalui perayaan natal tahun ini, kita dapat lebih memaknai pentingnya Yesus lahir dan berkuasa dalam hati kita. Bukan hanya sekadar mengejar tradisi, baju baru, pernak-pernik, atau tukaran kado dengan orang terkasih. Memang tidak ada salahnya melakukan hal seperti itu, sangat-sangat tidak salah, namun, jangan sampai makna natal sebenarnya tergantikan dengan hal seperti itu.

Tetap waspada dan berdoa, karena Iblis adalah raja penipu yang selalu punya banyak cara untuk menipu kita dan membuat hubungan kita dengan Allah menjadi buruk. Dan ingatlah untuk tetap merenungkan: “SUDAHKAH YESUS LAHIR DI HATIKU ATAU SELAMA INI AKU HANYA IKUT-IKUTAN MERAYAKAN  NATAL SEBAGAI TRADISI TAHUNAN?”

Selamat Natal Tuhan Yesus memberkati ☺

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *