Apa Sebenarnya yang Perlu Dipersiapkan untuk Natal?

Ada tahun-tahun di mana hari natal datang dan berlalu begitu saja bagi saya. Sibuk mempersiapkan segala hal yang bersifat lahiriah, tanpa sadar tiba-tiba natal sudah berakhir tanpa kesan. Tiba-tiba sudah tahun baru. Belum sempat membenahi diri, belum sempat introspeksi untuk membenahi persiapan hati menuju tahun baru.

Dan saya tak ingin hal itu terjadi lagi.

Dulu di jaman belum ada internet, budaya berkirim kartu natal sungguh menarik. Sebelum natal, yang paling saya persiapkan adalah kartu natal. Awalnya saya cenderung akan memilih kartu natal yang tulisannya kocak dan unik. Lama-kelamaan, karena ucapan seorang penatua di gereja, saya memilih kartu yang ada gambar Tuhan Yesus sebagai bayi di palungan. Bagi saya itu adalah lambang natal yang hakiki. Natal adalah tentang kelahiran bayi Yesus, bukan sekedar pohon dan kado-kado. Natal adalah tentang Yesus. Bukan aksesori pohon natal, tulisan di kartu, atau kado, bahkan sinterklas!

Pernah, dalam sebuah kepanitiaan natal saya sebagai sie acara, sebelum menutup acara gladi resik, kepada semua peserta dan panitia saya ucapkan: “Mari melakukan pelayanan natal ini dengan mengingat tujuan kita adalah merayakan kelahiran Yesus, maka Yesuslah yang jadi fokus dan tujuan dari acara natal ini, mari melakukan dan mempersiapkan yang terbaik sebagai kado ulang tahun pribadi kita untuk yang berulang tahun, yaitu Tuan Rumah; Yesus Kristus.”

Selesai saya bicara, mendadak semuanya terdiam. Saya jadi agak bingung. Lalu seseorang berkata, di kepanitiaan sebelumnya, belum pernah ada yang mengatakan hal seperti itu (padanya) dan itu membuatnya sadar akan fokus pelayanannya.

Saya juga pernah seperti itu, jadi sangat mengerti bahwa kita sering dengan mudahnya lupa tujuan merayakan natal, sebab yang terlihat bukan BAYI YESUS, tapi dekorasi, kemeriahan dan penampilan fisik yang jadinya menutupi YANG LAHIR itu.

Natal terbaik yang pernah saya nikmati secara pribadi setelah dewasa adalah waktu mahasiswa. Di kampus dulu, konon acara natal adalah yang paling saya tunggu dan nikmati.

Kala itu, semua persiapan material tak terlalu saya pikirkan. Natal menjadi saat yang paling ditunggu karena saat itu adalah saat pesta rohani. Saya tak hanya mengikuti perayaan natal di fakultas, tapi juga di Kampus UI, dan di persekutuan wilayah Jakarta Selatan. Ada pesta rohani dalam pemberitaan firman Tuhan yang menguatkan dari pendeta. Setelah pulang natalan, terasa lega. Terasa kekosongan jiwa sudah terisi.

Seperti kata seorang rohaniwan, dalam diri tiap manusia ada lubang yang kosong. Natal adalah berita pengharapan yang membawa sukacita dan mengisi kekosongan jiwa.

Kemudian ada tahun-tahun di mana desakan memenuhi kebutuhan lahiriah membutakan kesadaran akan kebutuhan batiniah. Sibuk memikirkan persiapan natal yang tak ada hubungannya dengan natal itu sendiri, justru membuat kita buta akan makna kelahiran Yesus. Apa hubungannya pohon natal dengan kelahiran Yesus? Apa hubungannya sinterklas dengan kelahiran Yesus? Apa hubungannya makanan enak dengan kelahiran Yesus? Apa hubungannya baju baru dan kado natal, dengan kelahiran Yesus?

Natal seharusnya menjadi saat di mana kita bisa mengosongkan diri, membawa kekosongan itu untuk diisi dengan firman tentang Juruselamat yang menjadikan hidup kita berarti. Seharusnya setelah merayakan natal, jiwa kita menjadi lahir kembali, dipenuhi sukacita menjalani hidup ini.

Sebenarnya apa yang perlu kita persiapkan untuk natal?
“Seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” Lukas 3:4-6:

Apa yang diperintahkan nats ini kepada kita? Yaitu untuk mempersiapkan hati bagi sang raja yang akan datang, artinya, meluruskan hati kita. Seperti tertulis di Matius 3:2; “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”

Jadi, apa yang perlu kita persiapkan untuk natal?

Hati kita! Pertobatan kita.

-*-

Foto : Pixabay

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *