Santa Claus Datang ke Bekasi

You better watch out
You better not cry
You better not pout
I’m telling you why
Santa Claus is coming to town

Syair pembuka dari lagu “Santa Claus Is Coming To Town” ini terdengar jelas dari tengah Metropolitan Mall Bekasi di mana telah berdiri panggung bernuansa Natal. Saat itu sedang beraksi di “laga pembuka” para penyanyi remaja dari kelompok vokal Voice of Indonesia.

Sebanyak 12 penyanyi remaja beraksi di panggung dengan membentuk dua barisan. Mereka terdiri dari dua remaja pria yang berdiri di tengah barisan, dan sepuluh remaja putri dengan berpakaian atasan putih dengan rok merah.

Semuanya memakai topi ala Santa Claus. Waaah, Santa Claus datang ke Bekasi, setidaknya lewat syair lagu dan topi yang dikenakan para penyanyi remaja.

Mendengar lagu ini dinyanyikan dengan pengeras suara, kami sekeluarga langsung menonton dengan mencari tempat berdiri di bagian yang berhadap-hadapan dengan panggung. Kedua anakku malah langsung duduk manis di lantai.

Pengunjung mal pun mulai ramai mengerubungi di depan panggung. Keadaan mulai berdesakan karena kerumunan ini juga harus memberi jalan kepada orang yang lalu-lalang.

“Pak permisi, boleh tukar posisi berdiri enggak?”

Tiba-tiba seorang ibu dengan hijab cokelat muda mencolek bahu saya. Rupanya si ibu sedang berusaha mencari posisi terbaik untuk merekam kelompok vokal yang sedang beraksi di panggung itu.

Saya pun bergeser, mempersilakan si ibu merekam gambar. “Ini ibu tahu apa tidak ya kalau kelompok vokal ini sedang menyanyi lagu-lagu bertema Natal?” Begitulah saya membatin.

“Sebentar kak, Mama lagi merekam ini buat tantemu. Mama mau kasih tahu tante … (tak terdengar jelas) pertunjukan Natal-nya sudah mulai,” kata si ibu itu ke anak perempuannya.

Hoho, saya ngaco. Ternyata si ibu tahu ini pertunjukan Natal. Dan setelah diperhatikan, kerumunan orang yang menonton panggung yang melantunkan lagu-lagu Natal itu banyak juga yang dari tampilannya bisa diduga warga muslim.

Yang sudah pasti ya para ibu berhijab. Mereka tidak beranjak dan terlihat senang-senang saja menyaksikan tembang Natal dilantunkan.

Saya tak mendengar ada nada-nada keberatan yang keluar dari pengunjung atas aksi pertunjukan Natal di tengah mal di Kota Bekasi ini. Kita tahu, Kota Bekasi beberapa kali mencuat namanya karena ribut-ribut soal pendirian gereja. Baru-baru ini, Gereja Santa Clara diprotes massa yang keberatan dengan pembangunan gereja.

Saya pribadi masih sangat meyakini bahwa toleransi umat beragama di tingkat akar rumput–baik di Kota Bekasi atau di seluruh Indonesia bahkan–sebenarnya didominasi oleh suasana baik-baik saja, tidak ada saling curiga atau benci pada yang agama berbeda.

Namun sepertinya ada sekelompok orang yang sangat ingin kita saling membenci, saling curiga, dan berusaha membuat renggang hubungan antarumat beragama. Di media sosial pun serupa. Ada segolongan orang yang memproduksi berita-berita berbumbu kecurigaan dalam hidup beragama.

Masalahnya, kalau kita ikut mengomentari–meski dengan nada kesal tingkat dewa dengan dengan berita-berita atau tulisan-tulisan hoax yang menebar kebencian itu–artinya kita pun sedang ikut “menari di gendang yang ditabuh” sekelompok orang tersebut.

Jadi, saran saya: cukup Anda cegah tampil di wall medsos Anda–Facebook memiliki opsi “tidak ingin melihat” yang sewaktu-waktu bisa diaktifkan–, disetop dengan jangan dibagikan, atau Anda abaikan saja. Jangan dikomentar-komentari, karena baik atau buruk komentar kita, tetap saja yang sedang dibicarakan konten kelas “penebar kebencian” ini.

Jadi, seperti juga kisah Santa Claus yang dinyanyikan di tengah panggung mal di Bekasi dan yang selalu menjadi simbol keceriaan dalam perayaan Natal. Semoga kita bisa melawan “virus saling curiga” dengan suka cita Natal.

Karena bagaimana pun, kehadiran bayi Yesus adalah membawa damai di Bumi. Jika damai Natal telah menyelubungi kita, tak akan ada satu berita hoax pun yang akan sanggup mengganggu kita.

 

Foto: dok pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *