Di masa kecil, di kampung saya yang ketika itu minim edukasi, minim pengetahuan tentang Tuhan dan agama, hanya sejumlah kecil orang yang berkesempatan mengenyam pendidikan, juga hanya sebagian kecil orang yang benar-benar menjadi pemeluk agama (kebanyakan hanya sekadar formalitas di KTP), saya justru menikmati banyak hal yang indah….
Di bulan Ramadhan, saya ikut berkeliling, dari rumah ke rumah, mengincar kue-kue lebaran. Saya ikut menunggu bedug, membunyikan petasan bambu, bahkan ikut merayakan lebaran di sekolah dan di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah. Saya bahkan masih ingat beberapa lirik dan lagu yang dulu kami nyanyikan sambil bermain rebana di sekolah.
Teman-teman saya yang muslim juga tidak menolak ketika di sekolah ditawarkan ikut tarian “Malam Kudus” dan ikut bersukacita merayakan Natal.
Kami memang tidak pernah merayakan hari raya agama lain selain yang dua itu karena memang penganutnya juga tidak ada di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal kami. Di sisi lain, kami juga tidak memahami bagaimana merayakannya. Kalaupun pernah ada siswa beragama Hindu atau Budha, hanya satu atau dua orang saja di satu sekolah.
Di masa-masa itu, kami tidak pernah tahu, satu dengan yang lain beragama apa, kecuali bertanya langsung ke yang bersangkutan. Pokoknya, kami sama-sama berburu kue-kue Natal dan Lebaran. Kami sama-sama menikmati perayaannya, lagu-lagunya, dan sukacitanya.
Saat ini, ketika 95 persen orang Indonesia sudah mengenyam pendidikan dan semakin paham tentang Tuhan dan agama, begitu juga di kampungku, semua jadi terasa berbeda…
Saya jadi teringat lirik sebuah lagu tahun 70-an, “Imagine” karya John Lennon.
“Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today… Aha-ah…
Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, too
Imagine all the people
Living life in peace… You…
You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world… You…
You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one”
Terlepas dari iman saya pada Tuhan dan agama yang saya anut, saya mulai berpikir dan berkhayal… mungkin seperti khayalan John Lennon ketika ia menuliskan lagu itu.
Alangkah indahnya jika kita bisa hidup tanpa dinding-dinding pembatas bernama agama, suku, bangsa, ras atau apapun itu.
Alangkah indahnya jika kita bisa mengulurkan tangan tanpa harus memikirkan apakah tangan yang saya raih itu berwarna putih atau hitam, najis atau halal, kawan atau lawan.
Alangkah indahnya….
Foto: Pixabay/Alexas_Fotos