Tag Archives: uang

Memberi Uang pada Anak Jalanan, Anda Merampas Hak Mereka

“Saya enggak mau kembali ke jalan lagi. Sudah enak begini.” Febri, 12 tahun, mengatakan ini dengan nada yang terdengar mantab.

Wajah sumringah Febri menjelaskan semuanya. “Saya sekarang belajar dan bermain saja, nggak mau cari duit lagi. Kan, ibu sudah kerja,” katanya lagi.

Febri jadi salah satu kisah sukses anak jalanan yang berhasil “dikembalikan” menjadi anak yang memang tugasnya bermain dan belajar sesuai usianya. Di bawah binaan Yayasan Rumah Impian, Febri seperti menemukan kembali keceriaan.

Saat ditemui di sela-sela kegiatan Charity Expo yang diadakan Yayasan Rumah Impian, di Main Atrium Jogja City Mall, Yogyakarta, Sabtu (18/2), Febri sempat mengisahkan tentang bagaimana dia berjibaku mencari uang di jalanan.

“Saya cari uang di lampu merah di Bantul. Lupa saya Kak nama daerah lampu merahnya. Pagi, siang, malam ya di situ aja saya nggak kemana-mana, sama kakak dan ibu,” kata Febri.

Tap kini, anak terakhir dari lima bersaudara ini sudah tidak perlu lagi mencari uang receh dengan mengamen di lalu lintas Bantul. “Sekarang ibu sudah ada pekerjaan. Rumah Impian sudah kasih ibu kerjaan. Ibu dimodalin angkringan buat jualan di pinggir jalan,” katanya.

Yayasan Rumah Impian sendiri memang merupakan organisasi pendamping anak jalanan. “Kalau orang tua masih mengandalkan anak buat cari nafkah, kami dari Rumah Impian harus bisa mencoba buat memberi alternatif sumber mata pencaharian, supaya orang tua anak-anak jalanan ini punya penghasilan,” kata Founder Rumah Impian Samuel Lapudooh.

Dan ini yang paling penting: Jangan kasih uang ke anak jalanan! Dengan memberi uang, kita merampas masa depan anak jalanan.

Loh kok bisa begitu? “Memberi uang kepada mereka membuat mereka akan di jalan terus, orang tua mereka juga akan bergantung terus pada mereka. Seorang anak itu seharusnya belajar dan bermain, itulah dunia anak-anak. Dan, ini penting buat masa depan mereka,” kata Samuel.

Jadi jelas. Memberi uang pada anak jalanan tidak tepat, dan ini tidak pula membuat kita terlihat pelit.

Gunakan sumber daya kita untuk membantu anak jalanan lewat yayasan atau organisasi yang memang peduli akan nasib anak jalanan, seperti Yayasan Rumah Impian yang beroperasi di Yogyakarta ini misalnya.

 

Foto: Dok pribadi

Utak-atik Statistik, Yang Sedikit Mengalahkan Yang Banyak

Tahukah Anda bahwa hampir 90% uang di dunia ini hanya dimiliki oleh 1% orang saja. Sebanyak 10% sisa uang di dunia ini dibagi-bagi untuk 99% manusia lainnya.

Kalau membaca buku “The Secret” karangan Ibu Rhonda yang terkenal itu, ini disebabkan hanya 1% yang mengetahui rahasia itu, sementara yang lain tidak tahu, atau tahu tapi tidak percaya dan tidak menghiraukan.

Saya tidak ingin membahas buku tersebut, yang saya rasa Anda semua banyak yang sudah membacanya. Jangan-jangan nanti Anda menganggap saya, “enggak up-date banget sih, hari gini masih ngebahas ‘The Secret’.. gaul dong, mas”. Jadi saya tegaskan lagi, saya hanya mengutip sedikit saja kalimat di atas dan jika ada yang belum membaca, ah.. kamu gaul dong.

Kembali ke masalah antara 1%, 10% dan 99% tadi, saya juga sedang tidak tertarik membahas statistik dan presentase jumlah uang. Pertama, saya tidak suka angka dan selalu kesulitan dalam mata pelajaran matematika; Kedua, saya belum pantas membahas masalah keuangan jika dibanding dengan teman-teman di Singapura yang sangat melek dan canggih dalam masalah keuangan.

Tapi yang saya ingin sampaikan di sini adalah soal jumlah dan angka juga, walaupun tentu jangan harap sekali lagi saya menjelaskan kenapa yang 1% tadi bisa menguasai 90%. Jika Anda belum percaya, tanya ibu Rhonda saja, saya juga tidak bisa mengecek keakuratannya karena ini menyangkut jumlah uang yang amat luar biasa besar, dan tidak akan pernah benar-benar akurat.

Nah, berkenaan dengan jumlah atau angka, ternyata di Alkitab memiliki keberpihakan kepada jumlah yang sedikit. Yang sedikit menjungkirbalikan yang banyak. Jumlah besar menjadi tidak signifikan dengan keberhasilan, dan jumlah sedikit tidak selalu menjadi kecil dan menjadi “pihak yang kalah”.

Kalau Anda nanti membaca Alkitab, ada banyak cerita tentang jumlah tentara Israel yang sedikit melawan jumlah tentara bangsa lain yang lebih banyak, tapi diberi kemenangan oleh Allah. Mulai sejak jaman Musa, Yosua, Gideon , Deborah dan lain lain; jumlah tidak penting, kecil dan sedikit mengalahkan yang besar dan banyak.

Tuhan ingin membuka mata manusia, bahwa kekuatan Tuhan itu tidak terbatas dan lebih kuat dari apapun, jika manusia mau mendekat kepadaNya.

Masalahnya, manusia dari dulu lebih banyak yang buta. Kembali ke soal angka, dari 12 pengintai yang disuruh Musa mengintai Tanah Kanaan, hanya 2 yang sanggup “melihat”, yang 10 lagi “buta”.

Dari 10 penderita kusta yang disembuhkan Yesus, hanya 1 yang sanggup “melihat” kebesaran Tuhan, yang 9 lagi walau sembuh tapi tetap “buta”, sehingga tidak pernah kembali kepada Yesus bahkan untuk mengucapkan sepatah kata terima kasih.

Jadi apa yang saya maksud 1% manusia yang menguasai uang di awal tulisan ini sanggup “melihat” dan saya yang termasuk di 99% ini adalah “buta”? Sabar dulu, bukan itu maksud saya. Ini terlalu menyederhanakan keadaan. Nanti saya dimarahi oleh banyak orang karena menganggap mereka “buta”.

Maksud saya adalah, ternyata dari dulu sampai sekarang komposisi sedikit menguasai yang banyak itu masih tetap saja terjadi.

Yosua, 1 dari 2 pengintai yang sanggup melihat Kekuatan Tuhan dari pada persoalan yang ada, akhirnya dipilih Tuhan menjadi pengganti Musa untuk memimpin Bangsa Israel dan sangat sukses dalam kepemimpinannya; ke 10 orang pengintai yang lain tidak pernah terdengar lagi kabarnya.

Saya juga yakin kehidupan 1 orang kusta yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur dan memujiNya, pasti lebih baik dari pada 9 orang yang hanya ngeloyor pergi begitu saja walaupun sudah disembuhkan. Nuh yang melihat dan mendengar Tuhan selamat, sementara manusia yang lain mati karena “buta” dan hanya terbatas melihat dengan mata jasmani ini saja.

Susahnya, kalau 9 orang buta menilai 1 orang yang melihat, bisa jadi nanti yang salah adalah yang 1 orang itu. Sayangnya pula, dari zaman dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar lagi kisah, 9 orang kusta kembali untuk bersyukur dan hanya 1 orang yang ngeloyor pergi.

Belum ada yang berubah sampai sekarang. Coba Anda berbuat baik ke 10 orang, berapakah yang membalas kebaikan saudara? Yuk, coba deh. Apakah hanya 1 yang kembali ? Atau malah banyakan yang mengomentari dan menganalisis tindakan anda.

Syukur-syukur Anda tidak digosipi, “eh itu orang ngapain sih bikin begituan? cuiihh, biar dibilang asyik tuh.”

Saya kebayang saat Yosua kembali ke Musa dan memberitahukan kabar baik dari tanah Kanaan, yang 10 lagi akan nge-gosip di belakang. “Halahh, Yosua paling cuma mau menjilat doang tuh. Dasar buta tuh orang. Sok asyik banget seehh..”

Kata orang pintar, statistik menggambarkan keadaan dan kenyataan. Statistik sederhana tadi mengatakan 2 dari 12, 1 dari 10.

Kalau masih tetap berlaku sampai sekarang, berarti jangan kaget untuk yang merasa bagian dari yang 1 atau 2. Dari dulu juga begitu ceritanya, tabah saja sekarang dan nantikan akhirnya yang selalu happy ending.

Bagi yang merasa masih bagian dari yang 10, cepat-cepat mengubah sikap, nanti akhirnya pasti sad ending. Jangan sampai nanti ramai-ramai menertawakan dan menganalisis tindakan orang lain dan menganggap orang lain buta, padahal matanya sendiri buta.

Saya masuk yang mana ya? Yang pasti saya belum masuk dalam 1% manusia yang menguasai 90% uang di dunia ( lagipula nanti saya bingung menguasai uang sebanyak itu).
Ucok Gultom

 

Penulis adalah pemerhati kesedihan, pecinta kopi yang tak pandai menabung, sekarang berkantor di Panggang Ucok, Jl Otista Raya no 149.

 

Foto:StockSnap