Tag Archives: puber

Anak Sekarang Terlalu Cepat Dewasa?

Seorang anak kelas 2 SD Angkasa IX Halim Perdanakusumah menceritakan kisah “Bang Maman dari Kali Pasir” dengan detail. Kisah ini termuat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).

Dalam kisah itu diceritakan bang Maman meminta seorang perempuan bernama Patme untuk mengaku-aku sebagai istri simpanan Salim. Tindakan itu dilakukan agar putri bang Maman yang bernama Ijah mau menceraikan Salim. Bang Maman ingin Ijah cerai dari Salim karena sang menantu sudah jatuh miskin.

Apen, sang orangtua dari murid kelas 2 ini, terkejut dan khawatir anaknya dewasa terlalu cepat. “Saya khawatir ya khawatir. Takutnya anak saya berpikir lebih dewasa dari sebelum waktunya,” ujar Apen.

Apen membandingkan dirinya saat bersekolah dulu. Istilah-istilah seperti “istri simpanan” itu adalah tabu saat itu.

“Dulu waktu zaman saya sekolah, istilah istri simpanan itu tabu untuk dibahas, tapi sekarang saya enggak tahu ya. Ya saya sih belum tahu ceritanya kaya apa,” jelas Apen.

Peristiwa ini mencerminkan kekhawatiran para orangtua terhadap gejala anak-anak terlalu cepat menjadi dewasa pada usia muda.

Karena asupan gizi yang lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin mudah dijangkai kita menjumpai anak-anak mengalami pertumbuhan badan yang lebih cepat dibandingkan zaman kita. Tubuh mereka lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan tubuh kita saat seusia itu.

Selain itu ada juga kecenderungan anak-anak sekarang lebih dini dalam memasuki masa puber. Saat ini anak-anak perempuan usia kelas 6 SD sudah mendapat menstruasi yang pertama. Anak laki-laki juga mulai memproduksi hormon progesteron lebih cepat dari zaman kita.

Secara sosial, anak-anak juga cenderung mengalami percepatan menjadi dewasa. Karena kemajuan teknologi komunikasi maka anak-anak sekarang mudah sekali mengakses informasi yang berkaitan dengan orang dewasa. Dalam pergaulan, mereka juga mulai tertarik pada lawan jenis sejak usia muda.

Ada juga anak yang terlalu cepat menjadi dewasa karena dipaksa oleh keadaan. Misalnya karena ayah meninggal, anak sulung harus mengambil alih peran ayah dalam keluarga itu. Dia tidak sempat menikmati masa anak-anak karena harus memikirkan kebutuhan keluarga agar bisa bertahan hidup.

Di sisi lain, ada anak yang dipaksa menjadi dewasa lebih cepat karena ambisi orangtua. Mereka mengikutkan anak kepada berbagai macam kegiatan agar talenta anak mengalami perkembangan secara maksimal. Misalnya, mengikutkan anak untuk mengikuti audisi bintang sinetron, kemudian anak ditekan dengan jadwal shooting yang padat.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Apabila anak kita lebih cepat memasuki masa puber karena faktor gizi, tentunya kita perlu mensyukurinya. Yang perlu kita lakukan adalah memberi pendidikan seks yang benar.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas London pada tahun 2003 menunjukkan bahwa 68 persen anak-anak mencari informasi seks dari media, 66 persen bertanya kepada ibu mereka, dan hanya 34 persen anak-anak berkonsultasi dengan ayah mereka tentang hal-hal yang berbau seksual.

Berdasarkan penelitian ini, kaum ibu perlu membekali diri dengan belajar tentang seks. Banyaklah membaca buku tentang pendidikan seks.

Orangtua memang perlu memberi bekal pendidikan dan keterampilan pada anak sehingga anak kelak bisa menjadi orang yang sukses. Namun demikian hendaknya diberikan dengan takaran yang wajar. Jangan sampai masa kecil yang menyenangkan itu justru terampas oleh ambisi orangtua.

Saat ini sudah ada Undang-Undang Perlindungan Anak. Di dalamnya terdapat aturan yang mencegah agar anak-anak tidak dieksploitasi. Kita perlu mempelajari dan menyebarluaskan undang-undang ini sehingga semakin banyak orang dewasa yang menghormati hak-hak anak.

Purnawan Kristanto

Catatan: Tulisan ini dikutip sudah seizin penulis.

Laman asli tulisan ini lihat di: http://renungan.purnawan.web.id/?p=541

Penulis adalah writer | trainer | humanitarian volunteer | video & photo hobyist | jazz & classic lover | husband of priest | father of two daughters |