Tag Archives: Pencipta

Detak Irama Hati Sang Pencipta

Bilamana jantung Anda berdetak dengan begitu cepat? Mungkin ketika Anda sedang dimabuk cinta. Ah, saya rasa jawaban ini terlalu biasa.

Saya sedang tidak ingin banyak bicara soal romansa. Memang sebagai pembaca Anda begitu menyukainya. Saya pun sebagai penulis begitu bersemangat ketika Anda berespon begitu giat terhadap tulisan yang telah saya buat.

Tunggu, saya pikir kita bisa membicarakannya sedikit. Tidak ada yang salah bukan membicarakan mengenai hati dan rasa?

Kalau Anda bisa membayangkan, bagaimana bunyi juga irama ketika Anda sedang mengalami romansa? Dug-Dug. Dug-Dug. Dug-Dug. Hmmm, bisa jadi demikian. Tapi saya pikir bunyi tersebut tidaklah begitu akurat.

Saya sedang membayangkan sejenak, dan menemukan. Mungkin bunyi inilah yang lebih tepat menggambarkan irama hati Anda ketika sedang jatuh cinta.

Dig-Dug. Ser-Ser. Bum-Bum. Dig-Dug. Ser-Ser. Bum-Bum. Ah! Sudahlah, berhenti membuang waktu.

Setelah saya memikirkan begitu rupa dan mencoba merasakan iramanya, saya malah menemukan tidak ada irama yang jelas di dalam romansa cinta. Suasananya lebih terasa seperti kondisi tubuh yang kesulitan bernafas.

Ketika itu, bernafas menjadi kegiatan yang begitu menuntut kesadaran penuh. Menarik nafas lalu melepaskannya. Menarik nafas lalu melepaskannya. Padahal biasanya kegiatan ini berlangsung begitu saja tanpa sadar. Tapi entah kenapa tubuh menuntut perhatian penuh dari kesadaran pusat syaraf.

Rasanya-rasanya di dalam keheningan hanya terdengar helaan nafas yang secara terus menerus untuk saling bertukar udara. Kembang-kempis, kembang-kempis, kembang-kempis.

Sesekali organ dalam menarik nafas begitu panjang lalu melepaskannya secara perlahan. Tak lama kemudian senyum merekah.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Kemudian, kondisi tubuh pun menjadi gerah. Pikiran mulai tidak terarah. Hingga mungkin sekali terdengar bunyi aliran darah. Kondisi ini terus terulang sepanjang manusia masih hidup di dalam sejarah.

Waktu terus berputar. Manusia terus berbahasa dalam mengungkapkan rasa. Semua perasaan juga kehidupan manusia ditopang di dalam kreasi Allah di dalam keteraturan yang sempurna. Begitu juga dengan Sang Pencipta, Ia juga memiliki rasa di dalam sinergi karya juga karsa.

Kini. Mari berpikir lebih jauh. Kalau saja Anda bisa mendengar bunyi detak irama hati Tuhan, apa yang Anda harap bisa dengar?

Mungkin Anda berpikir bunyinya akan begini: An-da. An-da. An-da…

Kalau saya serupa tapi tetap tak sama. Saya berharap akan mendengar detak irama hatiNya berbunyi begini: Sa-ya. Sa-ya. Sa-ya…

Mungkin Anda mengira saya sedang mengada-ada. Mungkin saja Anda mengira saya sedang menuliskan prosa yang jauh dari realita. Namun, tunggu dulu, saya akan tunjukkan buktinya.

Lebih dari sekedar desiran darah manusia kala sedang mengalami gejolak asmara. Tuhan Sang Pencipta memandang Anda juga Saya dengan penuh kasih mesra. Begitulah bunyi detak jantung Tuhan: An-da. An-da. An-da… Sa-ya. Sa-ya. Sa-ya…

Anda pasti sedang tersipu malu saat ini. Itu wajar sekali Anda rasakan. Tenang, Anda tidak sendirian. Saya saja telah lama tersipu malu oleh kebaikan hatiNya.

Ini adalah realita yang mengagumkan antara relasi sang Pencipta dengan manusia. Sang Pemazmur pun mengungkapkan kekagumannya dengan bertanya:

“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:4).

Serupa dengan pemazmur, Yesaya pun sempat bertutur:

“Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku” (Yesaya 49:16).

Kasih Allah kepada manusia terasa begitu memesona, khususnya ketika Anda membandingkannya dengan begitu banyak kekecewaan yang Anda terima ketika berhadapan dengan manusia.

Pengalaman berelasi dengan sesama yang terasa begitu sulit, melelahkan, terasa perih dan sering bisa membuat sakit kepala.

Manusia begitu mudah berubah. Kadang begitu baik dalam satu kesempatan, namun bisa berperilaku begitu buruk di kesempatan lain.

Faktanya, jatuh cinta merupakan awal mula dari kekaguman akan rupa dan sikap menawan dari seorang manusia. Hingga ada saatnya nanti Anda akan mengalami apa yang namanya kecewa, ketika menemukan sisi buruk dari dirinya. Namun tidak begitu dengan kasih Allah. KasihNya kental bernuansa setia.

Tindak nyata kasih Allah kepada manusia seharusnya bisa menjadi contoh yang bisa kita lihat dan rasakan dengan jelas. Ketika Anda bisa mendengar dan mengerti irama detak jantung Sang Pencipta, Anda akan mengerti bahwa Anda dikasihi penuh oleh Allah dan Ia ingin Anda juga mengasihi sesama. Meski kadang usaha untuk mengasihi manusia kedengarnya sia-sia.

Masalahnya selanjutnya, bagaimana Anda bisa mendengar dengan jelas detak jantungNya jika Anda berada begitu jauh dari tempat peraduanNya?

Kalau Anda berada begitu jauh bagaimana Anda bisa mengenali kehadiranNya? Jangankan detak jantungNya, suaraNya pun tidak akan bisa Anda reka.

Hampiri kediamanNya, rasakan kehadiranNya. Kemudian berilah diri Anda tenggelam terlelap di dalam dekapan kasihNya. Membiarkan diri berpadu menikmati begitu hangat dan nyaman perlindunganNya.

Hingga, Anda bisa mendengar kembali dengan jelas irama detak jantungNya mulai berirama dan mulai terdengar berbeda. Terdengar lembut. Awalnya berirama: An-da. Sa-ya. An-da. Sa-ya. An-da. Sa-ya. Lalu terdengar sayup, iramanya pun berubah demikian: Ma-nu-si-a. Ma-nu-si-a. Ma-nu-si-a…

Di dalam keintiman demikian Anda bisa mendengar lebih jelas bahwa kasihnya begitu luas dan tak terbatas. Detak jantungNya berirama dalam dinamika yang begitu luas, tidak hanya terbatas kepada An-da atau Sa-ya tetapi juga kepada Ma-nu-si-a.

Tunggu! Sekilas detak hati irama Sang Pencipta berubah seketika iramanya. Terdengar sayup, hingga saya berupaya mereka-reka. Masih sulit saya mengenalinya, hingga saya berusaha mendengar dan mengenali.

Demikianlah bunyinya: Ja-kar-ta. Bu-tuh. Ba-Dja… kira-kira begitulah Detak Irama Hati Sang Pencipta.
🙂