Tag Archives: macet

Siap-siap Jakarta Padat Lagi, Ini Kiat Usir Stres Saat Macet

“Loh, ini Bundaran HI ada kembang-kembangnya? Sejak kapan? Kok aku lewat setiap hari nggak sadar ada bunga-bunga di sekeliling Bundaran HI?”

Ya, ampun. Segitu abainyakah bapak ini dengan lingkungan sekitar? Si bapak yang berujar di atas padahal mengaku kerja di kawasan Jalan MH Thamrin, setiap hari lewat, tetapi baru sadar kalau Bundaran HI dikelilingi dengan berbagai jenis tanaman dan bunga-bunga sungguhan.

“Maklum deh, lewat sini selalu macet, jadi ya di mobil cuma fokus lihat mobil di depan, terus maju sedikit-sedikit,” kata bapak itu lagi membela diri, saat saya tanya kok bisa anda lewat sini tiap hari tapi enggak tahu ada perubahan di lingkungan sekitar.

Perbincangan ini terjadi saat saya dan beberapa teman hobi fotografi meniatkan diri untuk memotret lansekap kota Jakarta yang sedang sepi ditinggal warganya, Senin, 26 Juni 2017, tepatnya hari kedua Lebaran. Beberapa foto saya sertakan di tulisan ini.

Bundaran HI adalah tempat kami berkumpul, dan seperti yang sudah kami duga, ruas-ruas Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin sepi banget, apalagi saat kami berkumpul sekitar pukul 07.00-08.00 WIB.

Sesekali bus Transjakarta lewat, lalu para pesepeda memanfaatkan Jakarta sepi. Mobil dan motor pun lewat, tetapi terasa hanya satu-dua saja yang lewat dan itu pun memacu kendaraan dengan kencang. Mumpung sepi.

Ya, saya maklum. Di tengah kemacetan Bundaran HI di jam-jam sibuk kantoran, pastilah pikiran kita cuma tertuju ke pertanyaan “kapan mobil ini terbebas dari antrean kendaraan’.

Jika sudah waktunya mobil berjalan di tengah ketersendatan, mata kita hanya menatap ke depan, ke bemper mobil di depan kita. Terus-menerus begitu sampai kita mesti berbelok ke gedung atau kantor yang kita tuju.

Pantaslah bapak itu tak tahu kalo Bundaran HI mempercantik diri.

Manusia Jakarta kadang memang sering kali menjadi serupa dengan mesin. Fokus saat harus berjalan karena ada ruang di tengah macet, lalu setop lagi. Memajukan kendaraan inci demi inci. Semua dilakukan dengan berbatas ruang karoseri mobil yang ditumpangi.

Saat three in one sudah tidak berlaku, dan diganti sistem ganjil-genap, makin banyaklah kendaraan yang hanya diisi satu-dua orang saja, padahal kapasitas mobil 7 seats atau 5 seats. Akibatnya, interaksi antarindividu di dalam mobil berkurang, tetapi pertanyaannya: kalau sendirian di mobil, kenapa bisa nggak sempat ya lihat-lihat suasana Jakarta.

Jawabannya: apa yang mau dilihat! Bangunan-bangunan menjulang tinggi, kemacetan yang enggak kelihatan “ekor” dan “buntut”-nya, sangat tidak menarik buat dipandang. Bikin tambah stres.

Nah, karena hari Senin, 3 Juli 2017, seminggu setelah Lebaran sepertinya akan jadi “hari normal” kemacetan di Jakarta. Ada baiknya kita bersiap-siap menghadapi kemacetan. Ingat-ingat kembali kiat-kiat menghindari stres saat macet.

Langkah-langkah ini bisa Anda lakukan ketika terjebak di kemacetan :

1. Bila Anda merasa mulai stres, segera tarik napas dalam dari hidung dan keluarkan dari mulut. Lakukan ini minimal 5 kali. Tujuannya agar oksigen tersuplai ke otak dan Anda dapat berpikir jernih.

2. Pikirkan segala hal positif. Cara ini membantu untuk mengalihkan pikiran dari pemicu stres tersebut. Bila Anda di mobil bersama keluarga atau teman, cari topik obrolan ringan sebagai pengalih pikiran terhadap situasi lalu lintas yang macet.

Nah, jika Anda langganan lewat Bundaran HI, nikmatilah pemandangan penghilang stres berupa tanaman-tanaman warna-warni dan tanamann berbunga yang memang diletakkan untuk mempercantik kota, sekaligus menenangkan jiwa.

3. Lakukan kegiatan yang menyenangkan, misalnya dengan mendengarkan musik dan ikut bernyanyi. Terlebih bila lagu yang Anda nyanyikan adalah kesukaan. Selain itu juga bisa melakukan stretching ringan sambil duduk di belakang kemudi.

4. Menjaga jarak aman saat macet. Dengan menjaga jarak aman kemungkinan stres dapat diminimalkan, karena Anda sebagai pengemudi jadi tidak terpancing oleh kesalahan pengemudi di depan yang bisa rem mendadak.

 

Foto: Dok Pribadi

  1. Foto Head: Suasana Bundaran HI yang sepi kendaraan pada Senin, 26 Juni 2017, Hari Kedua Lebaran
  2. Foto Tengah: Suasana sepi di Jalan Jenderal Sudirman
  3. Foto Bawah: Suasana sepi di Jalan MH Thamrin

Tua di Jalan? (Tips menikmati kemacetan)

Bosan deh hidup di Jakarta, tua di jalan. Begitu seorang rekan saya pernah mengeluh.

Bagaimana tidak. Dia menghabiskan sekitar enam jam tiap hari untuk perjalanan pulang-pergi ke kantor, dari Bekasi ke Jakarta, karena kemacetan. Tanpa kita sadari, Jakarta telah menempa warga yang tangguh, bisa bertahan melewati kemacetan dan polusi tinggi. Setiap hari kejadian yang sama berulang kembali, tak ada habisnya. Tak ada kapoknya! Jakarta dengan daya pukau yang luar biasa, telah membuat siapa saja rela jatuh bangun mengejarnya (seperti lagu dangdut deh).

Dan rekan saya itu tidak sendirian. Saya sendiri yang hanya perjalanan dalam kota, bisa tiga sampai empat jam di jalan untuk pulang-pergi bekerja. Itu artinya 4/24 jam atau 1/6 waktu saya terbuang di jalan tiap hari.

Empat jam terbuang di jalan? Sayang sekali. Empat jam itu bukan waktu yang sedikit. Kalau dipikir-pikir, empat jam itu juga adalah jarak tempuh Jakarta-Brebes, atau bolak-balik Jakarta-Bandung. Empat jam itu adalah separuh dari total jam kerja saya di kantor sehari. Empat jam itu dokter sudah bisa melakukan dua kali operasi bedah. Dalam empat jam saya sudah bisa melakukan satu paket komplit perawatan di salon (hehe…).

Nah, dalam kemacetan perjalanan selama empat jam, apa yang bisa kita lakukan?

  1. Membaca

Anda mungkin bisa membuka ponsel atau gadget, membaca berita terkini, mencari bacaan hiburan, informasi terbaru terkait pekerjaan, mencari bacaan tentang ide penghasilan tambahan, atau sekedar mencari resep masakan, dan sebagainya. Dalam empat jam anda bisa selesai membaca sebuah buku yang tipis. Beberapa buku atau novel tebal yang saya beli, kebanyakan habis saya baca beberapa hari dalam perjalanan ke kantor. Sebagai seorang ibu, saya tak punya waktu luang sebanyak itu di rumah. Pernah juga saya di jalan membantu PR anak saya dengan browsing internet. Teman saya bahkan tiap pagi menggunakan jam di jalan untuk membaca kitab suci dan merenungkan prinsip hidupnya.

2. Mendengarkan musik atau menonton via gadget

Bagi anda yang bisa mengakses internet, hiburan melalui media elektronik akan lumayan mengendurkan kepenatan. Favorit saya adalah mendengarkan radio yang penyiarnya humoris dan informatif. Tertawa adalah obat mujarab yang membuat sehat dan awet muda. Lagu dari radio atau youtube, atau film dari streaming bisa membuat kita lupa akan kemacetan. Teman saya penggemar drama pop, dalam empat jam bisa menonton beberapa season drama serial sekaligus!

3. Menulis

Memang tidak semua orang suka menulis. Padahal sekedar menumpahkan isi hati dalam bentuk tulisan bisa mengurangi beban psikologis lho, seperti menulis buku harian. Saat macet, mungkin kita bisa mengetik curhatan kita di ponsel (beberapa ponsel memiliki fitur notes). Bagi yang suka menulis blog atau jurnal, satu atau dua topik singkat bisa ditulis dalam empat jam ini.

4. Berbincang dalam komunitas online

Saya mengikuti beberapa grup online, dan ketika jam macet adalah saat paling tepat untuk bisa turut berbincang di sana, baik untuk saling berbagi info, atau sekedar saling bercanda. Mungkin anda juga punya grup chat yang anggotanya seperti teman-teman ‘gila’ saya. Sore-sore dalam kemacetan, akan terasa betapa nikmatnya saling mencela tanpa rasa sakit hati, dan penuh dengan tawa.

5. Berbincang dengan teman seperjalanan

Selain bercanda dengan teman-teman di media sosial atau grup chat, mungkin tak ada salahnya berbincang dengan orang di sebelah anda. Baik supir taksi, teman penumpang bus atau bahkan kenek. Saya pernah dapat nomor yayasan babysitter dari sopir taksi, tahu tentang tempat belanja murah-meriah dari sesama penumpang bus, dan tahu tempat makanan enak dari kenek. Berbincang dengan orang asing ini bisa juga ternyata menambah wawasan dan memperkental sentuhan kemanusiaan di tengah era digital ini. Saya pernah dapat supir taksi teladan yang selalu diutus membawa delegasi tamu pejabat asing (termasuk waktu KTT di Bali tahun lalu yang juga dihadiri kantor saya). Juga supir yang mengaku pernah ikut melakukan pembangunan galian lubang rahasia di salah satu pulau di Indonesia. Kisah yang wow!

6. Menikmati sekitar

Macet itu penuh cerita. Ada saja anak-anak sekolah yang selalu gaduh bergurau di angkutan umum. Dari mulai saling mencela ukuran badan sampai membawa-bawa nama Ahok untuk dijadikan tempat melaporkan pelecehan.  Saya suka senyum-senyum sendiri melihat mereka, bagai mengingat masa lalu.

Saya juga suka memandangi iklan di baliho di pinggir jalan. Kadang kita bisa terinspirasi oleh bintang iklannya yang cantik. Dengan iseng saya juga kadang cuci mata menghitung kenderaan mewah yang jarang terlihat.

Tetapi, yang paling mengesankan bagi saya adalah, suatu pagi ketika berangkat ke kantor, pernah ada penumpang bus patas di sebelah saya, seorang ibu bekerja, sedang merajut sweater di dalam bus. Betapa sebuah kreatifitas tanpa batas! Saya kagum. Warga Jakarta memang luar biasa! Warga Jakarta yang tahan banting!

7. Membawa cemilan

Jika memungkinkan, bawalah cemilan kecil di dalam tas. Sebagai pengusir lapar dan jenuh, makanan kecil berupa permen karet, kacang, biskuit, coklat atau keripik bisa membuat anda lebih kebal pada kemacetan.

Berapa jam waktu yang anda miliki untuk diri sendiri (me time) setiap hari, di luar jam kerja, jam mengurus rumah/anak-anak, jam kuliah/belajar? Mungkin seperti saya, tak pernah lebih dari empat jam. Waktu di jalan lebih banyak daripada me time di rumah. Ironis bukan? Jadi, daripada jadi tua di jalan, mengapa tidak menjadikan jam macet ini sebagai me time yang efektif?

Ayo, warga Jakarta, tetap semangat!

🙂

-*-