Tag Archives: impian

Film “Coco”; Tentang Impian yang Dikekang

Mendengar judulnya, saya pikir film ini ada hubungannya dengan coklat. Coco. Cocolate, saya pikir. Ternyata bukan. Film kartun ini bercerita tentang impian, petualangan dan penyibakan rahasia masa lalu keluarga.

Tokoh utama film ini, Miguel, anak berusia 12 tahun diam-diam bercita-cita jadi musisi terkenal. Tak satupun keluarganya yang tahu bahwa dia menyimpan bakat musik.

Masalahnya, sang nenek buyut Miguel, yang konon trauma ditinggal pergi oleh kakek buyutnya yang musisi terkenal, melarang musik di rumahnya.

Padahal,

impian yang dikekang potensial akan mencetuskan pemberontakan.

Miguel, yang masih belia, tentu tak mudah dilarang. Dia mencari cara untuk mewujudkan impiannya, yang tentu saja jadi sikap yang menentang keluarga besarnya.

Hal ini tentu mengingatkan pada sejarah, kejadian kakek buyutnya, yang dulu kala, ingin go international, hingga meninggalkan keluarga, dan meninggalkan luka yang dalam di hati nenek buyutnya.

Film ini terinspirasi dari sebuah tradisi budaya Meksiko, yaitu sebuah hari khusus untuk mengenang para arwah. Foto arwah dipajang oleh keluarganya dan didoakan, sebab itulah yang konon menjadi ‘tiket’ agar mereka bisa berkunjung ke dunia orang hidup. Bagi arwah yang tak ada dipajang fotonya, tak bisa mengunjungi dunia orang hidup, dan arwahnya akan menghilang secara permanen dari dunia orang mati, dan sedihnya, itu adalah pertanda bahwa tak ada lagi yang mengingat atau mendoakan mereka.

Di rumah keluarga Miguel, foto wajah sang kakek buyut sengaja disobek di foto keluarga. Demikianlah cara sang nenek buyut untuk menyatakan bahwa sang kakek buyut bukanlah lagi bagian dari keluarga.

Betapa menyedihkan bila tak ada yang peduli pada kita, tak ada yang mengenang atau mendoakan kita.

Keluarga harusnya menjadi wadah pertama dan utama untuk berbagi kasih sayang, menerapkan kepedulian, menemukan dan mendukung potensi/bakat, dan tempat saling mendoakan.

Miguel yang tak lagi memiliki gitar (karena gitarnya dirusak oleh neneknya), tetap ingin mengikuti kontes, sehingga berniat mencuri gitar musisi terkenal idolanya, Ernesto De La Cruz, yang dia kira adalah kakek buyutnya. Saat itulah dia tanpa sengaja terpindah ke dunia arwah. Di sanalah dia bertemu dengan keluarga buyutnya, tanpa sengaja.

Supaya Miguel bisa kembali ke dunia orang hidup, dia harus mendapatkan restu dari keluarganya dari dunia orang mati. Nenek buyutnya memberi restu, tapi dengan syarat bahwa Miguel tak boleh lagi menyentuh musik.

Tentu saja Miguel tidak mau.

Apalah artinya hidup tanpa sesuatu yang kau cintai.

Musik adalah hal yang sangat dicintai Miguel. Hal ini menunjukkan bahwa

‘passion’ kitalah, yang membuat kita bisa lebih menikmati hidup. Hidup terasa hambar tanpa cita-cita.

Miguel mencari De La Cruz untuk meminta restu, dan menemukannya. Tapi rupanya, dia tidak seperti yang dikira Miguel. Pada pertemuan itulah akhirnya ketahuan kejadian yang sebenarnya mengapa kakek buyutnya tak pernah kembali ke keluarga. Bukan karena tak ingin kembali, tapi karena dibunuh, oleh musisi idola Miguel, De La Cruz, yang mencuri karya-karya kakek buyut Miguel.

Betapa seringnya kita salah mengidolakan seseorang. Kita tak tahu aslinya bagaimana, sebab yang terlihat hanya sisi baiknya yang kebetulan kita sukai. Kita hanya tahu segelintir saja.

Di pihak lain, kakek buyut Miguel sudah kritis, nyaris musnah dari dunia orang mati, karena sudah lama tak lagi ada orang hidup yang memajang fotonya. Miguel harus menyelamatkannya. Tapi De La Cruz tentu tak akan membiarkan hal itu terjadi sebab akan mengakibatkan aibnya terbongkar.

Secara umum, film ini sungguh menghibur. Selain membuat tertawa, film ini juga potensial menguras airmata penonton, seperti pada adegan ketika sang nenek Coco, yang sudah tua dan pikun, nyaris melupakan kakek buyut Miguel, yang bisa membuat sang buyut musnah selamanya dari alam baka, karena tak ada lagi yang mengingatnya. Saat itu, hanya lagu dari Miguel yang bisa mengembalikan memori sang nenek. Rupanya, memang musik bisa membantu menyegarkan memori.

Banyak juga adegan yang jenaka. Salah satu adegan yang membuat terpingkal-pingkal, salah satunya adalah ketika Miguel bernyanyi pada sebuah kontes. Teks lagunya pun sudah lucu.

What color is the sky
You tell me that it’s red
Where should I put my shoes
Ay, mi amor! Ay, mi amor!
You say put them on your head
Ay, mi amor! Ay, mi amor!
You make me Un poco loco (You make me a little bit crazy)

Lagu bernuansa Mexico, ditambah dengan suara Miguel yang empuk dan masih terdengar belia, sungguh merdu dengan aksen khas Mexico di telinga.

Apa yang paling berkesan setelah menonton film ini?

Keluarga adalah tetap yang terutama. Kita tak boleh melupakan keluarga, terutama orangtua kita.

Luka masa lalu bisa membutakan kita akan potensi kita di masa depan. Kita tak bisa berkubang pada masa lalu, sebab memaafkan adalah cara untuk membebaskan diri kita dari luka dendam. Dendam itu tidak baik untuk kesehatan mental dan fisik kita.

Miguel tentu bukannya tak menomorsatukan keluarga dibandingkan cita-citanya, sama seperti kakek buyutnya. Cita-cita yang terbendung, kadang bisa terlihat membuat kita mengorbankan hal yang terutama dalam hidup ini, yaitu keluarga. Padahal mungkin saja itu karena kadang kita berharap, kalau bukan keluarga sendiri, siapa lagi yang paling bisa mengerti dan menerima impian dan cita-cita kita. Tapi memang sering kesalahpahaman terjadi dalam keluarga kita sendiri.

Pada akhirnya, hanya cinta yang bisa membuat kita memaafkan diri kita dan orang lain.

*-*

Film ‘Ballerina’, Tentang Usaha Menggapai Impian

Film Perancis-Kanada ini berkisah tentang seorang gadis kecil yatim piatu bernama Felicie, bersama temannya, Victor, dengan latar belakang tahun 1880an.

Keduanya melarikan diri dari panti asuhan di desa Brittany, ke Paris. Felicie suka menari dan ingin menjadi ballerina, sedangkan Victor bercita-cita menjadi penemu.

Awalnya Felicie hanya bisa menjadi pembantu seorang Cleaning Service wanita bernama Odette, dan Victor menjadi seorang office boy di bengkel Gustave Eiffel. Kemudian dengan identitas palsu (sebagai Camille), Felicie mendapat kesempatan untuk ikut audisi di sekolah ballet terkenal, untuk mendapatkan peran Clara di The Nutcracker pada Opera Ballet Paris.

Felicie menghadapi banyak tekanan, keletihan, kerja keras, kegagalan, kepahitan, penolakan dan tantangan. Tapi berkat kerja keras dan kemauan yang besar, ditambah bantuan Odette, dia akhirnya berhasil.

Apa yang saya fokuskan pada film ini adalah dua hal berikut ini:

Pertama.
Ibu Camille, menginginkan anaknya menjadi ballerina terkenal. Dia sampai menyogok orang agar anaknya bisa mengikuti audisi itu. Camille pun berusaha keras untuk memenuhi impian ibunya itu. Dia sendiri tak ingin menjadi ballerina. Itu bukan impiannya. Dia hanya ingin mengikuti perintah ibunya.

Betapa banyak orangtua yang seperti ibu Camille. Orangtua yang memaksakan anak, misal untuk ikut les ini itu, ambil jurusan ini itu, bahkan memilihkan jodoh, dengan alasan: orangtua lebih tahu yang terbaik buat anak.

Apakah anda pernah begitu? Sayakah salah satunya? Yang memaksakan mimpi kita pada anak, padahal dia tidak menginginkannya, dan tanpa sadar membuat anak menderita, tidak bahagia. Kita pun sebagai orangtua bisa menjadi tidak sejahtera, mungkin oleh rasa bersalah, jika semuanya berakhir tidak seperti yang diharapkan.

Melihat ibu Camille, saya jadi ingat seorang figur terkenal yang memaksakan anaknya mengikuti jejaknya padahal anaknya mungkin tidak menyukai bidang itu dan tidak capable. Kasihan sekali anak itu. Kasihan sekali menjadi bahan celaan orang. Tanpa disadari, ambisi orangtua bisa menjadi neraka atau racun bagi anaknya.

Kedua.
Seperti Felicie dan Victor, milikilah passion. Felicie memiliki keberanian untuk mengikuti hasrat (passion)nya dan bekerja keras untuk meraih mimpi dengan membuatnya menjadi kenyataan.

Tekad yang besar, latihan, usaha keras dan bimbingan ahli, adalah kunci kesuksesan.

Tak ada impian yang bisa dicapai dengan mudah. Jika terlalu mudah, mungkin itu bukan impian, melainkan kebetulan. Hahaha

-*-

“Rogue One: A Star Wars Story”, Harapan Melawan Kehancuran Mobile Casino Online at your Fingertips

Tampang Mad Mikkelsen yang muncul pada adegan dramatis pertama di layar lebar saat menonton Rogue One: A Star Wars Story benar-benar membuat saya berpikir,”Waduh penjahatnya dia lagi, bakalan sadis nih film.”

Mad Mikkelsen adalah jaminan mutu tokoh antagonis kelas wahid, penjahat kakap kelas sadis. Lihat saja deretan filmnya sebagai antagonis atau penjahat, serial film James Bond Casino Royale, dokter psikologi sadis dalam serial Hannibal si pemakan manusia, bahkan yang terbaru sebagai pembunuh lintas dimensi di film Doctor Strange.

Mobile Casino Online at your Fingertips

 

Playing mobile casino online lets you play your favourite games wherever and whenever you want. Looking to enjoy a few spins on your daily commute or while you’re in one of those never-ending queues? LeoVegas has you covered! With a smooth design that looks amazing on mobile, you can enjoy uninterrupted entertainment, spin after spin. Winner of ‘Online Casino of the Year’ at the Global Gaming Awards and ‘Mobile Operator of the Year’ at the International Gaming Awards in 2019, this is mobile casino done right. Speaking of the award-winning app, why not download it for yourself? The LeoVegas mobile app is available on both Android and Apple devices. So, what are you waiting for? It’s time to maximise your mobile casino online escapades!

An Online Casino Bonus that gives You the Royal Treatment

 

The red carpet is rolled out and waiting for you to pass beyond the front door of our online casino. What’s at the end of this carpet? An exceptional online casino bonus that you can use after sign-up and first-rate rewards, of course. These are suitably complemented by clear values of distinction and a genuine appreciation for your loyalty as you play at LeoVegas online casino. Looking for additional free spins, promotions, and even VIP trips? All this and more awaits!

An Online Casino that Cares for You

 

At LeoVegas casino, we take pride in our players. You are what makes us who we are after all! As a way of appreciation, you can expect only the best possible casino care. Browse through the in-depth FAQ pages to find the answers you’re looking for, or take advantage of 24-hour live support from a team of multilingual support agents available through live chat, phone and email. If you have any gambling related concerns, you can visit our responsible gaming resource, LeoSafePlay.

Namun ternyata alur cerita yang berjalan tidak sesuai perkiraan saya. Si antagonis ini malah jadi pusat jalan cerita dari film “sempalan” alias spin off dari Star Wars.

Rogue One menjadi film prolog untuk rangkaian cerita Star Wars. Tidak ada kisah Luke Skywalker dan jedi, meskipun ketika penutupan film Star Wars sebelumnya, The Force Awaken, tahun lalu ditutup dengan penampakan Luke.

Jadi, jika kita tidak mengikuti kisah Star Wars dari awal, film ini masih enak untuk dinikmati. Spin-off Star Wars ini menjadi film pertama dari rangkaian seri Star Wars Anthology yang sedang dibuat.

Balik lagi ke Mad Mikkelsen. Ternyata dia berperan sebagai Galen Erso, seorang ilmuwan Galactic Empire yang menciptakan Death Star, sebuah senjata penghancur massal yang diinginkan Imperial Military untuk menghancurkan Rebellion.

Death Star sendiri telah muncul beberapa kali sebelumnya dalam beberapa sekuel Star Wars. Ini senjata mematikan yang bisa menghancurkan satu planet dalam sekali pancaran laser.

Galen Erso rupanya berubah pikiran, meski dia tak kuasa untuk menahan terciptanya alat paling berbahaya sepanjang kisah Star Wars ini, Galen meletakkan kelemahan tersembunyi pada alat ini.

Kekhawatiran Galen terhadap keselamatan anaknya, Jyn Erso (Felicity Jones), membuat gadis kecil ini harus diselamatkan dan dipercayakan kepada Saw Gerrera (Fores Whitaker). Jyn Erso, anak Galen, pada akhirnya bertugas sekaligus berambisi mencari data dan peta yang diperlukan untuk menghancurkan Death Star.

Petualangan Jyn saat beranjak dewasa membawanya ke markas pusat Rebel Alliance. Di markas tersebut, Jyn ditawarkan sebuah misi, yaitu menemukan ayahnya dan mencari tahu kelemahan dari Death Star.

Jyn yang lama tak bertemu ayahnya, menerima misi tersebut, dan bergabung bersama Kapten Cassian Andor (Diego Luna) dan K-2SO (Alan Tudyk). Di tengah perjalanan, Jyn bertemu dengan Bodhi Rook (Riz Ahmed) – pilot Imperial yang membelot pada Rebellion, serta Chirrut Imwe (Donnie Yen) dan Baze Malbus (Jiang Wen) yang bergabung untuk membantunya melaksanakan misi.

Galen Erso memberi informasi tentang kelemahan Death Star lewat pilot Bodhi Rook. Hologram bicara dari Galen yang jadi pijakan Jyn untuk menerobos ke markas pembuatan Death Star di planet Kyber.

Pada akhirnya, misi hidup dan mati itu adalah mengambil peta struktur Death Star di dalam markas Kyber. Perang besar di angkasa pun terjadi, Aksi kungfu nan magis dari Chirrut Imwe yang diperankan aktor kungfu Donny Yen sangat mewarnai film ini.

Jadi, bayangkan. Galen Erso yang ilmuwan andalannya Darth Vader tiba-tiba memberi kelemahan soal Death Star, senjata mematikan. Jyn Erso cuma tahu infonya dari hologram ayahnya yang berbicara. Bahkan misi “bunuh diri” ke markas Imperial Military saja cuma dibantu oleh sebagian kecil pasukan Rebel Alliance.

Benar-benar kecil sekali kemungkinannya bahwa misi akan berhasil. Lebih dari itu, jika pun misi menerobos areal musuh berhasil, tidak ada keyakinan yang cukup pula untuk memastikan bahwa informasi dari Galen Erso itu benar.

“Kita punya harapan!. Pemberontakan ini dibangun di atas harapan, bukan begitu?” kata Jyn Erso. Satu kata magis ini–“harapan”–mengubah dan menggugah sikap pasukan Rebellion.

Film ini mementaskan sebuah tema besar. Harapan. Sebuah kata yang semakin sulit kita dalami maknanya.

Banyak orang yang lebih memegang teguh pada rasa ketakutan–“rasa Darth Vader”–untuk mengambil keputusan, bukan pada harapan untuk mencapai tujuan.

“Takut akan terjadi A, maka kita ambil keputusan B”

“Takut tidak berhasil begini, maka kita putuskan langkah begitu”

Itulah yang sering kali kita pikirkan dalam mengambil keputusan, atau saat ingin mencapai tujuan.

Saat tokoh pemberontak Saw Gerrera berteriak nyaring kepada Jyn Erso,”Selamatkan Rebellion, selamatkan impian!” Saat itulah Jyn Erso yakin, bahwa impian harus dibangun dari harapan.

Jika hanya takut pada Darth Vader dan kekaisarannya, semua usaha akan jadi sia-sia karena semua hanya bersifat antisipatif. Namun, misi inilah kali pertama, harapan bahwa Rebellion selangkah lebih maju.

Keinginan membangun segala sesuatu dan mencapai sebuah tujuan harus dilandasi dengan harapan. Dengan harapan, kita tak akan mudah putus asa meski keinginan yang hendak dicapai masih terasa jauh.

“I’m one with the Force, and the Force is with me.” Chirrut Imwe