Tag Archives: hidup

Sepuluh Tahun, Apakah Anda Berubah?

Bulan Desember masih terasa seperti kemarin. Tiba-tiba sekarang bulan Januari sudah mendekati ujung. Tahun berganti. Usia bertambah. Berubahkan kita?

Seorang teman saya selalu mengubah gaya rambutnya di tahun baru. Misalnya jika tahun sebelumnya rambutnya panjang, di tahun baru dipotong pendek, atau jika tahun lalu keriting, tahun ini dibuat lurus.

Ada juga teman yang selalu mengganti barangnya di tahun baru. Tak tanggung-tanggung, jika bukan mobil, ponselnya yang harus ganti. Untung bukan suaminya yang diganti, kata teman saya lainnya sambil bercanda.

Apapun bentuknya, mungkin mereka hanya ingin ada perubahan dari tahun ke tahun. Mungkin itu hanya simbol, bahwa mestinya ada perubahan sesuai dengan perubahan waktu.

Tapi itu semua hanya perubahan secara fisik. Sesungguhnya yang tak kalah penting adalah perubahan dalam diri kita. Mudah mengganti barang milik kita, tapi mengubah perilaku kita, cara pandang kita, sikap dan kelakuan kita, apakah mudah juga? Anda tentu sudah tahu jawabannya, kan. Hehehe.

Belakangan ini sedang trending topik #ten years challenge. Seorang teman tiba-tiba mengirimkan foto-foto lama kami ketika mahasiswa, dan bertanya: Kapan kita berfoto bersama begini lagi. Agak sulit, sebab foto lama itu ada di luar negeri dan kami semua kini sudah sibuk dengan keluarga masing-masing.

Terpengaruh tantangan sepuluh tahun ini, teman-teman di media sosial ramai memamerkan foto lama dengan foto baru. Ada teman yang terlihat tidak terlalu ada perubahan pada wajah dan tampilan fisiknya, ada juga yang terlihat sangat berbeda.

Yang menarik dari foto-foto challenge itu adalah, selain mengenang memori masa lalu, bernostalgia memang bisa menjadi hiburan tersendiri. Bagi pertemanan yang sudah dekat dan kebal, ini bisa menjadi ajang cela-celaan. Misalnya, ada yang mengatakan:

“Kok muka kamu dari dulu tetap seperti tomat, sih?”
“Mendingan muka akulah, daripada muka kamu seperti melon raksasa.”

Seorang teman kuliah yang memajang foto langsing sepuluh tahun lalu, mendapat komentar lucu:
“Apa yang dilakukan suamimu padamu, kok kamu jadi bengkak begini sekarang?”

Ada seorang teman yang sengaja dengan maksud bercanda memasang foto bayi dan foto saat ini dengan tagar #10yearschallenge, dan segera dihujani komentar dari teman-temannya karena hal itu mustahil. Sebab usianya sekarang sudah 30 tahun.
“Edan, pertumbuhan kamu cepat amat, Bro!” komentar seseorang.
“Banyak tekanan hidup dan tekanan dari netizen yang maha benar, jadi cepat tua, Sis!” jawabnya bergurau.

Bicara tentang membandingkan masa lalu dan masa kini, memang tak ada habisnya. Ini yang membuatnya menarik. Bukan sekedar menikmati foto masa lalu, tantangan #10yearschallenge ini juga bisa menyimpan makna lain, bahwa dalam hidup ini tak ada yang abadi. Kita hanya makhluk yang akan berubah dan menjadi tua seiring waktu berjalan, bukan vampir yang tetap awet muda dan tak mati-mati. Perubahan ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya kita akan tiba ke garis finish dan kembali ke Pencipta, dan waktu yang kita miliki pun terbatas, hingga kita harus menggunakannya semaksimal mungkin.

Akan tetapi, seperti sepotong lirik lagu NKOTB waktu saya remaja: Age is just number, dont you stop having fun, usia bukan jadi alasan kita untuk tidak bisa melakukan hal-hal yang kita inginkan sepanjang itu positif. Saya punya seorang kerabat yang sudah nenek berusia 70 tahun tapi masih suka mengenakan sepatu boot model seperti artis, sering mengenakan sepatu high heels, dan rajin mengganti warna rambut dan kuteks. Tidak ada orang yang berhak menghakimi orang lain karena usia. Kita punya selera masing-masing.

Bernostalgia memang bisa membuat kita merasakan kembali kebahagiaan dan bersyukur atas pencapaian yang telah kita lakukan dari masa lalu. Selain potensial mengingat kembali rasa pahit atas kenangan buruk, nostalgia juga bisa membuat kita merasa kuat bahwa akhirnya kita bisa melewati itu semua dan menjadi orang yang lebih baik saat ini. Hidup terasa lebih bermakna dan dan lebih berpengharapan karena melihat bahwa kesulitan dari masa lalu bisa teratasi dengan baik dan membuat kita semakin kuat dan dewasa serta bijaksana.

Sepuluh tahun memang bukan waktu yang singkat. Sepuluh tahun lalu anak saya masih balita, eh sekarang sudah anak gadis. Mungkin sepuluh tahun lagi dia sudah menikah dan saya sudah menjadi seorang nenek (astaga!). Hehehe.

Apapun yang terjadi, yang perlu kita bandingkan adalah diri kita sendiri, di masa lalu dengan sekarang, dan diri kita di masa depan. Bukan membandingkan diri kita dengan orang lain. Sebab kita menjalani jalur hidup kita masing-masing dan standar hidup yang berbeda, dan pergumulan yang berbeda, sehingga standar dan defenisi sukses kita juga berbeda. Kita punya standar masing-masing, yang urusannya adalah antara diri kita sendiri dengan sang Pencipta.

Seperti pernah saya dengar orang bijak berkata:

Hidup ini bukan perlombaan. Yang berlomba adalah diri kita sendiri melawan diri kita di masa lalu. Menjadi diri kita yang lebih baik semakin hari semakin baik adalah tujuan hidup atau tujuan perlombaan itu sendiri.

Jika bicara soal waktu, waktu tak membatasi kesuksesan seseorang, dan umur bukan penentu kesuksesan. Misalnya, ada yang sejak kecil sudah jenius, tapi biasa saja di usia dewasa, ada yang biasa saja waktu kecil tapi sukses ketika sudah berumur.

Tidak semua orang seperti Mark Zuckerberg. Seorang pemuda yang pernah menjadi billionaire termuda di dunia ketika berusia 22 tahun, yang kini orang ke-5 terkaya di dunia dengan kesuksesannya menciptakan Facebook ketika masih berada di bangku kuliah. Ada juga yang seperti Henry Ford mulai sukses di usia 40 tahun, atau seperti Kapten Sandlers yang merintis KFC di usia 65 tahun.

Lalu, ada seorang nenek dari Singapura, Mary Ho. Usianya sudah 81 tahun. Beliau mulai belajar bermain gitar saat usia 60 tahun dan sempat ingin menyerah namun beliau kemudian belajar tiga jam sehari. Sekarang beliau terkenal jadi rocker dan sudah diminta merekam albumnya sendiri.

Hikmahnya, tak ada kata terlambat untuk berubah lebih baik.

Selain kenangan yang membahagiakan tadi, kita juga pasti bisa teringat kesedihan atau kekecewaan di masa lalu. Tetapi hal itu pun layak kita syukuri. Bagaimanapun hal itu turut memberi sumbangsih dalam pembentukan diri kita yang saat ini. Seperti kata lagu, suka duka dipakai Tuhan untuk kebaikan kita.

Jadi, dalam sepuluh tahun ini, apa yang berubah dalam hidup anda?

*-*

Perubahan Hidup

Tahun yang baru adalah momentum yang tepat untuk membuat komitmen untuk melakukan perubahan hidup. Akan tetapi hal ini bukan perkara mudah. Mengubah kebiasaan biasanya menimbulkan ketidaknyamanan. Meski begitu, perubahan hidup bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai.

Langkah pertama untuk mengubah hidup adalah dengan menyadari adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan hidup. Kebutuhan akan memotivasi kita untuk melakukan sesuatu. Mengapa kita mau berjalan ke dispenser? Karena kita butuh minum. Demikian juga kalau kita sudah menetapkan bahwa perubahan hidup adalah sebuah kebutuhan maka kita akan termotivasi untuk mencapainya.

Berikutnya, Anda perlu menetapkan tujuan dengan menggunakan pendekatan “SMART”. Dalam metode ini, tujuan Anda harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Specifik, Measured (dapat diukur), Appropriate (sesuai kebutuhan Anda), Realistis, dan Time-bound (terikat waktu).

Mulailah dengan menentukan tujuan yang spesifik. Misalnya, jika Anda perlu meningkatkan aktivitas fisik Anda, jangan hanya berkata “saya akan meningkatkan aktivitas saya nanti”. Target ini tidak jelas, dan untuk mencapainya akan lebih sulit.

Cobalah menggantinya menjadi “saya akan berjalan 1 kilometer atau 2.000 langkah setiap hari.” Tapi ingat, sesuaikan target Anda dengan kondisi tubuh. Jangan memaksakan diri untuk berjalan terlalu jauh jika Anda tidak fit. Konsultasikan dengan dokter tipe olahraga yang sesuai untuk Anda.

Kunci lainnya adalah dengan menetapkan target yang realistis. Lakukan langkah demi langkah menuju target utama Anda. Misalnya, jika Anda ingin mahir mengemudi mobil, maka mulailah dengan belajar mengemudi di tempat yang aman dulu.

Setelah itu, mulai mengemudi di jalan raya yang sepi. Jika sudah percaya diri, mulai mengemudi di tempat yang lebih ramai.

Dengan menjalani perubahan setahap demi setahap, Anda akan tetap termotivasi untuk menyelesaikan keseluruhan program. Namun jika Anda menetapkan target yang tidak realistis, misalnya langsung menjuarai balapan mobil, maka Anda akan lebih cepat merasa frustasi.

Ketika perubahan dimulai, maka catatlah perkembangannya dalam catatan harian. Dalam diari ini, Anda bisa mencatat apa yang Anda lakukan dan perkembangan apa saja yang mulai terlihat. Sekecil apa pun itu.

Yang Anda perlukan hanyalah sebuah buku. Mulailah menuliskan kondisinya sebelum dimulai perubahan, kemudian rekamlah perkembangannya. Diari membantu Anda tetap bersemangat menjalani keseluruhan program sampai selesai.

Jika Anda mulai mengalami kemajuan, jangan lupa memberikan hadiah dengan pada diri sendiri. Berikan hadiah yang positif. Jangan sampai ketika Anda berhasil berhenti merokok selama sebulan, maka Anda memberikan hadiah dengan membiarkan Anda merokok sebatang.

Ketika Anda memulai target baru, tawarkan diri Anda sebuah janji hadiah, misalnya, “Jika saya mencapai target ini, saya akan membeli CD lagu kesukaan saya.”

Dengan melakukan perubahan ini, maka Anda kehidupan Anda akan menjadi lebih baik.

 

Purnawan Kristanto

Tulisan ini dikutip sudah seizin penulis.

Laman asli tulisan ini lihat di: http://renungan.purnawan.web.id/?p=716

Penulis adalah writer | trainer | humanitarian volunteer | video & photo hobyist | jazz & classic lover | husband of priest | father of two daughters |

“Gemuk Ya Sekarang?”

Siapa yang pernah dikomentarin begitu? Saya sih sudah sering banget.

Pertama-tama, saya tidak menampik kenyataan saya gemuk. Mau bagaimana lagi…hidup di bumi Indonesia dengan nasi padangnya yang maknyooooos, untuk saya sih mustahil menahan hasrat makan ini.

Kedua, saya juga enggak akan mau membalas pernyataan orang yang ada tendensi “meledek” atau “menghina” fisik dengan ungkapan serupa. Saya tidak akan mau mengatakan seseorang itu gemuk atau kurus dalam arti yang negatif. Mengapa? Maaf, saya enggak level untuk meledek fisik orang. Saya sekali-sekali tidak akan mau.

Begini. Sebelum ngomong gemuk atau kurus, coba pikir dulu, kira-kira kita nyaman nggak kalau dibilang seperti itu. Sama halnya dengan menanyakan kepada perempuan yang sudah menikah, apakah dia sudah hamil atau belum atau perempuan yang belum menikah, kapan nikahnya, atau kepada laki-laki usia produktif, sudah dapat kerja atau belum.

Saya enggak akan menanyakan hal-hal seperti itu. Orang bilang, itu kan bentuk perhatian, tapi menurut saya bukan. Jika sebuah pernyataan atau pertanyaan sudah tidak menyamankan pihak yang ditanya, itu bukan perhatian namanya. Itu namanya menyusahkan orang lain.

Kalau kita bilang pada orang lain: gemuk ya sekarang? Itu maksudnya apa? Perhatian? Basa basi? Atau hanya sebuah pernyataan untuk mengkonfirmasi bahwa diri sendiri ini langsing dibanding orang yang kita bilang gemuk?

Kalaupun iya itu perhatian atau basa-basi, lebih baik cari kalimat lain yang menunjukkan perhatian atau membuka percakapan, deh. Soalnya, sekalipun yang bersangkutan emang beneran gemuk, pasti dia enggak suka dibilang gemuk.

Mengapa? Karena gemuk itu punya citra negatif dibanding langsing. Dan sekalipun yang punya badan gemuk itu merasa baik-baik saja dengan tubuhnya, tapi ucapan yang bertendensi negatif itu tetap aja tidak sejuk untuk telinga dan hati.

Orang bilang, perkataan orang enggak usah dimasukin ke hati. Iya, itu betul. Tetapi, alangkah baiknya jika kita menjaga perkataan kita agar sebisa mungkin tidak berdampak negatif pada orang lain. Iya kan?

Jadi mulai sekarang, sekalipun untuk kasih perhatian atau basa basi, enggak usah kita bilang: gemuk banget ya sekarang, atau, kok kurus banget sih kayak kurang gizi. Ingat, kita sungguh lebih berharga dibanding hanya menjadi golongan orang yang komen-komen soal gemuk kurus, sudah nikah belum, sudah punya anak belum, sudah kerja belum.

Ada segudang topik menarik untuk dibahas, seperti impian kita apa, produksi terbaru Teater Koma, musik klasik, buku-buku bermutu yang wajib dibaca, debat capres Amrik. Oke, oke, ini topik menarik menurut saya.

Tapi intinya, ada banyak hal yang bisa dibahas selain pertanyaan dangkal macam gemuk kurus, nikah atau enggak, punya anak atau nggak. Be smart and wise, oke?

 

Rouli Esther Pasaribu
Penulis adalah pengajar paruh waktu di Program Pascasarja Kajian Wilayah Jepang UI.

Foto: Pixabay