Tag Archives: dosa

Bagai Bangkai Tikus di Tengah Jalan

Sabtu pagi, ketika saya berjalan kaki melewati komplek dekat rumah, saya melihat ada bangkai tikus ukuran jumbo di tengah jalan. Maksud hati saya ingin olahraga dan menghirup udara pagi yang segar, apa daya malah ‘kesamprok’ bangkai tikus!

Spontan saya menutup hidung dan dan membuang muka setelah melihat bangkai tikus yang berauran dan menyebarkan aroma busuk itu. Pemandangan yang tak terhindarkan, sebab tepat berada di depan mata, di tengah jalan. Seketika saya merasa mual dan cepat-cepat melangkah menjauh. Rasanya ingin muntah. Selain merasa mual, saya juga merasa kesal.

Sebenarnya saya sudah sering melihat hal seperti ini. Bangkai tikus di tengah jalan. Tapi kali ini karena langsung di depan mata dan baunya langsung tercium, rasanya lebih kesal (biasanya hanya melihat dari dalam mobil).

Dan pertanyaan saya masih sama.

Mengapa bangkai tikus itu harus dilempar ke tengah jalan?

Selain merusak pemandangan, juga merusak penciuman. Padahal di tepi jalan sudah bagus. Banyak bunga di tepi jalan. Seperti judul sebuah film.

Mengapa tidak dibuang ke tempat sampah, atau dikubur ke tanah, supaya baunya tidak menyebar?  Bukankah tikus itu sudah mati?

Sekali lagi, mengapa, bangkai tikus itu harus ada di tengah jalan?

Apakah agar semakin mati berkeping-keping digilas mobil-mobil yang lewat?

Saya benci tikus. Sumpah, benci sekali. Barang-barang di rumah banyak yang rusak digigiti tikus. Juga di rumah, makanan yang dicuri dan dihabiskan tikus, sering membuat saya emosi. Jadi memang kalau berhasil menangkap tikus dan membunuhnya, ada rasa puas tersendiri.

Tapi, mencium bangkai tikus di depan mata, di tengah jalan, bukan bagian dari kepuasan tersebut, bagi saya.

Bayangkanlah. Jika bangkai tikus itu digilas ban mobil/motor, serpihan daging busuk itu bisa menempel di ban dan baunya pun tertempel, dan semua mobil yang menggilasnya membawa bangkai dan bau itu turut serta sepanjang perjalanan dan pulang ke garasi masing-masing? Apakah memang tujuannya agar semua mobil yang melewatinya ikut menggilasnya dan membawa bau busuk bangkai tersebar ke segala arah? Membawa pulang bau busuk hingga ke rumah kita?

Seorang teman dengan bergurau menanggapi: Ada terbersit, apakah itu perlambang sebagian tabiat orang Indonesia? Melempar topik korban bermasalah ke depan massa, lalu mengumbar aib di depan umum hingga semua orang bebas mencibir, mengumpat, memaki, menghakimi, menggunjingkan, alias menyebarkan bau busuknya kemana-mana?

Contohnya seperti kejadian baru-baru ini di berita, tentang seorang pemuda Indonesia pelaku kriminal kelamin di London. Pemuda itu yang kriminal, tapi berita tentang orangtua dan keluarganya ikut diseret, dibahas seperti dikuliti sampai habis, nyaris tanpa privasi, oleh media dan netijen ‘mahabenar’ dan ‘tak pernah berdosa’?

Tetapi teman saya yang lain berkata: Mestinya, kasih menutupi pelanggaran.

“Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran. Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi” (Amsal 10:12-13).

Hatred stirs up conflict, but love covers over all wrongs.

Nyala Api di Semak Duri

Renunganku dipagi ini.

Suatu fenomena yang sangat menarik. Suatu nyala api yang keluar dari semak duri, tetapi semak duri itu tidak dimakan api. Saya coba merenungkannya dan menuliskannya pagi ini.

“Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.” Kel 3:2

Api itu merupakan cara Malaikat TUHAN menampakkan diri-Nya. Mengapa Ia memilih cara penampakan seperti itu? Apa arti dari penampakan itu?

Hal umum yang kita ketahui api butuh sesuatu yang membuatnya menyala, semak duri salah satunya. Tapi api ini tak butuh topangan dari apapun didunia ini untuk membuatnya menyala.

Api ini memiliki kemampuan self sufficient, artinya mampu menghidupi dirinya sendiri dengan kuasa dan kekuatannya sendiri. Allah tidak membutuhkan apa-apa dari dunia ini untuk keberadaan-Nya. Allah adalah Allah yang self-sufficient.

Kedua, pada umumnya api dengan mudah dan otomatis menjilat habis semak duri. Tak ada semak duri yang antiapi atau tahan api. Apa yang membuat semak duri itu tidak termakan api? Jelas sekali hal itu bukan karena kekuatan si semak duri menahan api, melainkan kekuatan api itu sendiri yang menahan diri untuk tidak membakarnya habis. Dalam kitab Nabi Yeremia, murka Allah dilukiskan seperti api yang mengamuk.

“Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat!” Yer. 4:4.

Mengapa api itu menyala ditengah semak duri? Kita tahu semak duri keluar dari bumi sebagai akibat kutukan atas dosa Adam dan Hawa.

“Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;” Kej 3:17,18.

Penampakan itu menyiratkan bahwa Allah sedang menahan murka-Nya atas perbuatan manusia yang berdosa. Penampakan-Nya kepada Musa bukan dalam rangka untuk menghukum, melainkan menyelamatkan. Allah sedang hendak menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan di Mesir.

Di era Perjanjian Baru, Allah menampakkan diri-Nya melalui kedatangan Anak TunggalNya Yesus Kristus, dalam rangka menyelamatkan umat-Nya.

Dosakah Menjadi Orang Kaya?

Siapa yang tak ingin jadi orang kaya? Jadi orang kaya itu dosa nggak, sih?

Tidak masalah bila seseorang mempunyai banyak uang atau kekayaan. Masalahnya terletak pada bagaimana mengelolanya. Yang salah adalah jika menjadi tamak.

Siapa itu orang tamak?

Pertama, dia adalah orang yang mengira dapat menggantungkan hidupnya pada kekayaannya, dan bukan pada Tuhan (Luk 12:15).

Kedua, kalau hartanya makin banyak maka yang dia pikirkan hanyalah bagaimana cara menyimpannya, dan bukan mencari orang yang sedang kekurangan untuk ditolong (Luk 12:18).

Ketiga, visi hidupnya adalah bagaimana bisa menyimpan hartanya begitu rupa agar tahan bertahun-tahun, supaya bisa bersenang-senang (Luk 12:19).

Keempat, hartanya hanya terfokus untuk kepentingan diri sendiri. (Luk 12:21)

Ajaran Rasul Paulus tentang hal ini, adalah:

Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. 1Tim. 6:17

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. 1Tim. 6:18

Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. 1Tim. 6:19

Amsal juga mengajarkan tentang harta, demikian:

Amsal 3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

Amsal 3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Di tanah Palestina ada danau Galilea dan Laut Mati. Di sekeliling pantai Galilea ada banyak kota. Dan Danau itu berisi banyak ikan dan menjadi berkat dan sumber hidup bagi kota-kota sekelilingnya. Sedangkan di Laut Mati, sekelilingnya gersang dan tak ada yang sanggup hidup di situ karena kadar garamnya terlalu tinggi.

Apa beda antara Galilea dan Laut Mati?

Laut mati hanya menyimpan air yang masuk dan tak keluar lagi, sedangkan Galilea hanya menjadi penyalur saja. Air yang masuk langsung keluar lagi. Dan air yang masuk dari mata air Gunung Hermon itu tak pernah berhenti.

Berkat adalah untuk disalurkan, bukan disimpan. Harta kekayaan adalah berkat Tuhan.

-*-

Foto: Pixabay