Tag Archives: Doa

Film “Coco”; Tentang Impian yang Dikekang

Mendengar judulnya, saya pikir film ini ada hubungannya dengan coklat. Coco. Cocolate, saya pikir. Ternyata bukan. Film kartun ini bercerita tentang impian, petualangan dan penyibakan rahasia masa lalu keluarga.

Tokoh utama film ini, Miguel, anak berusia 12 tahun diam-diam bercita-cita jadi musisi terkenal. Tak satupun keluarganya yang tahu bahwa dia menyimpan bakat musik.

Masalahnya, sang nenek buyut Miguel, yang konon trauma ditinggal pergi oleh kakek buyutnya yang musisi terkenal, melarang musik di rumahnya.

Padahal,

impian yang dikekang potensial akan mencetuskan pemberontakan.

Miguel, yang masih belia, tentu tak mudah dilarang. Dia mencari cara untuk mewujudkan impiannya, yang tentu saja jadi sikap yang menentang keluarga besarnya.

Hal ini tentu mengingatkan pada sejarah, kejadian kakek buyutnya, yang dulu kala, ingin go international, hingga meninggalkan keluarga, dan meninggalkan luka yang dalam di hati nenek buyutnya.

Film ini terinspirasi dari sebuah tradisi budaya Meksiko, yaitu sebuah hari khusus untuk mengenang para arwah. Foto arwah dipajang oleh keluarganya dan didoakan, sebab itulah yang konon menjadi ‘tiket’ agar mereka bisa berkunjung ke dunia orang hidup. Bagi arwah yang tak ada dipajang fotonya, tak bisa mengunjungi dunia orang hidup, dan arwahnya akan menghilang secara permanen dari dunia orang mati, dan sedihnya, itu adalah pertanda bahwa tak ada lagi yang mengingat atau mendoakan mereka.

Di rumah keluarga Miguel, foto wajah sang kakek buyut sengaja disobek di foto keluarga. Demikianlah cara sang nenek buyut untuk menyatakan bahwa sang kakek buyut bukanlah lagi bagian dari keluarga.

Betapa menyedihkan bila tak ada yang peduli pada kita, tak ada yang mengenang atau mendoakan kita.

Keluarga harusnya menjadi wadah pertama dan utama untuk berbagi kasih sayang, menerapkan kepedulian, menemukan dan mendukung potensi/bakat, dan tempat saling mendoakan.

Miguel yang tak lagi memiliki gitar (karena gitarnya dirusak oleh neneknya), tetap ingin mengikuti kontes, sehingga berniat mencuri gitar musisi terkenal idolanya, Ernesto De La Cruz, yang dia kira adalah kakek buyutnya. Saat itulah dia tanpa sengaja terpindah ke dunia arwah. Di sanalah dia bertemu dengan keluarga buyutnya, tanpa sengaja.

Supaya Miguel bisa kembali ke dunia orang hidup, dia harus mendapatkan restu dari keluarganya dari dunia orang mati. Nenek buyutnya memberi restu, tapi dengan syarat bahwa Miguel tak boleh lagi menyentuh musik.

Tentu saja Miguel tidak mau.

Apalah artinya hidup tanpa sesuatu yang kau cintai.

Musik adalah hal yang sangat dicintai Miguel. Hal ini menunjukkan bahwa

‘passion’ kitalah, yang membuat kita bisa lebih menikmati hidup. Hidup terasa hambar tanpa cita-cita.

Miguel mencari De La Cruz untuk meminta restu, dan menemukannya. Tapi rupanya, dia tidak seperti yang dikira Miguel. Pada pertemuan itulah akhirnya ketahuan kejadian yang sebenarnya mengapa kakek buyutnya tak pernah kembali ke keluarga. Bukan karena tak ingin kembali, tapi karena dibunuh, oleh musisi idola Miguel, De La Cruz, yang mencuri karya-karya kakek buyut Miguel.

Betapa seringnya kita salah mengidolakan seseorang. Kita tak tahu aslinya bagaimana, sebab yang terlihat hanya sisi baiknya yang kebetulan kita sukai. Kita hanya tahu segelintir saja.

Di pihak lain, kakek buyut Miguel sudah kritis, nyaris musnah dari dunia orang mati, karena sudah lama tak lagi ada orang hidup yang memajang fotonya. Miguel harus menyelamatkannya. Tapi De La Cruz tentu tak akan membiarkan hal itu terjadi sebab akan mengakibatkan aibnya terbongkar.

Secara umum, film ini sungguh menghibur. Selain membuat tertawa, film ini juga potensial menguras airmata penonton, seperti pada adegan ketika sang nenek Coco, yang sudah tua dan pikun, nyaris melupakan kakek buyut Miguel, yang bisa membuat sang buyut musnah selamanya dari alam baka, karena tak ada lagi yang mengingatnya. Saat itu, hanya lagu dari Miguel yang bisa mengembalikan memori sang nenek. Rupanya, memang musik bisa membantu menyegarkan memori.

Banyak juga adegan yang jenaka. Salah satu adegan yang membuat terpingkal-pingkal, salah satunya adalah ketika Miguel bernyanyi pada sebuah kontes. Teks lagunya pun sudah lucu.

What color is the sky
You tell me that it’s red
Where should I put my shoes
Ay, mi amor! Ay, mi amor!
You say put them on your head
Ay, mi amor! Ay, mi amor!
You make me Un poco loco (You make me a little bit crazy)

Lagu bernuansa Mexico, ditambah dengan suara Miguel yang empuk dan masih terdengar belia, sungguh merdu dengan aksen khas Mexico di telinga.

Apa yang paling berkesan setelah menonton film ini?

Keluarga adalah tetap yang terutama. Kita tak boleh melupakan keluarga, terutama orangtua kita.

Luka masa lalu bisa membutakan kita akan potensi kita di masa depan. Kita tak bisa berkubang pada masa lalu, sebab memaafkan adalah cara untuk membebaskan diri kita dari luka dendam. Dendam itu tidak baik untuk kesehatan mental dan fisik kita.

Miguel tentu bukannya tak menomorsatukan keluarga dibandingkan cita-citanya, sama seperti kakek buyutnya. Cita-cita yang terbendung, kadang bisa terlihat membuat kita mengorbankan hal yang terutama dalam hidup ini, yaitu keluarga. Padahal mungkin saja itu karena kadang kita berharap, kalau bukan keluarga sendiri, siapa lagi yang paling bisa mengerti dan menerima impian dan cita-cita kita. Tapi memang sering kesalahpahaman terjadi dalam keluarga kita sendiri.

Pada akhirnya, hanya cinta yang bisa membuat kita memaafkan diri kita dan orang lain.

*-*

Menangkal Kaum Radikal, Sisihkan Minimal 3 Menit Berdoa

Rekan-rekanku sebangsa dan seperjuangan di mana pun Anda berada. Sudah baca mengenai kisah ibu dr Fiera Lovita dari RSUD Solok?

Sebagai akibat apa yang ditulisnya di status FB milik pribadinya, sekelompok kaum radikal mengintimidasi dia dan kedua anaknya yang masih kecil. Menurut berita terbaru, akibat peristiwa itu, dia dan keluarga sudah dipindahkan ke Jakarta.

Itu hanya salah satu contoh kecil di negara kita. Dalam kondisi semakin sulit seperti itu, apa yang harus kita lakukan? Banyak, jika kita mau berjuang bersama. Kita tidak boleh diam.

1. BERDOA.

Ketika umat Gereja perdana mengalami berbagai macam ancaman, Alkitab mencatat: “Berserulah mereka bersama-sama kepada Allah” (Kisah 4:24). Karena itu, turutlah berjuang menangkal kaum radikal dan intoleran. Atau istilah saya, kaum perusuh dan pengacau.

Mungkin ada benar-benar masih belum biasa berseru dan turun ke jalan. Masih ragu dan takut. Baik, sebelum Anda mendapat keberanian dari Allah, berjuanglah melalui doa. Tidak ada yang Anda takut kan ketika berdoa?

2. MOHON KEADILANNYA.

Banyak orang Kristen SALAH memahami Alkitab. Mereka hanya berdoa untuk kasih dan pengampunan Allah. Padahal, kasih dan keadilan TIDAK dapat dipisahkan.

Bahkan ketika kita menunjuk SALIB KRISTUS, di sana TIDAK hanya ada kasih dan Allah yang mengampuni umat berdosa. Akan tetapi di salib itu juga sangat nyata KEADILAN ALLAH.

Itu sebabnya Yesus harus menerima murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita orang berdosa. Tanpa itu, kasih dan pengampunan mustahil terjadi. Mohon dibaca dan teliti Efesus 2:3-4.

Dalam Perjanjian Lama, raja-raja lalim seperti Nebukadnezar mengalami penghukuman Allah. Demikian juga, dalam PB, raja Herodes MATI mendadak karena ditampar malaikat Tuhan. Itu akibat kesombongan dan kesewenang-wenangannya (Kisah Rasul 12:23).

Mari kita doakan besok hari di Gereja dengan sungguh-sungguh agar Allah menghukum semua orang, kelompok perusuh dan pengacau di Ibukota dan di Indonesia.

3. BERSATU KITA TEGUH.

Kita sudah sangat akrab dengan istilah di atas. Karena itu, mari terus membangun kesatuan, rapatkan barisan, jangan mau dipecah-pecah.

Dalam kesatuan itu juga kita berjuang dalam doa. “DOA ORANG BENAR BILA DENGAN YAKIN DIDOAKAN, BESAR KUASANYA” (Yakobus 5:16b).

Mari kita sama-sama menyebut nama-nama orang dan kelompok itu kepada Allah yang MAHAKUASA dan MAHAADIL. Kiranya Herodes dan Nebukadnesar masa kini juga dihukum Allah. Sesungguhnya Allah TIDAK TERTIDUR. Demikianlah tertulis dalam Taurat Musa:

Aku telah MEMPERHATIKAN kesengsaraan umatKu…Aku MENGETAHUI penderitaan mereka… .(Keluaran 3:7)

4. ALLAH MEMBERI KELEPASAN.

Apa hasil perjuangan doa itu? Kita membaca: “Aku telah turun MELEPASKAN mereka…”

Mengapa mereka terlepas? Alkitab mencatat: : “SERUAN mereka telah sampai kepadaKU” (ayat 9).

Baik, mari kita berseru-seru kepada Allah kita, dan mari kita nantikan jawaban doa kita. Selamat beribadah.

Soli Deo gloria.

 

Pdt. Dr. Ir. Mangapul Sagala, MTh.

Penulis adalah Alumnus Fakultas Teknik UI Doctor Theology dari Trinity Theological College, Singapore, Cambrige, Roma.

Doa Ibu yang Mengubah Dunia

Sering, lagu ini saya dengar di acara pemberkatan nikah, yaitu pas prosesi ketika pengantin akan sungkem kepada orangtua. Dan bagian ini selalu menjadi bagian yang mengharukan dan bisa bikin airmata menitik.

Di waktu ku masih kecil gembira dan senang
Tiada duka kukenal tak kunjung mengerang
Disore hari nan sepi ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut
Di doa ibuku namaku disebut
Di doa ibuku kudengar ada namaku disebut

Sebenarnya ini bukan lagu pernikahan, cuma memang liriknya bisa pas untuk mengenang masa lalu yang akan kita tinggalkan, masa bersama ibu dan masa kecil kita (oh ya, sebenarnya kasihan juga si bapak ya, karena nggak ada disebut di lirik lagu ini, hehehe).

Sering ini kukenang di masa yang berat
Di kala hidup mendesak dan nyaris kutersesat
Melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut
Kembali sayup kudengar namaku disebut
Di sore hari nan sepi ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku dengar ada namaku disebut
Ada namaku disebut.

Apa yang unik pada lagu ini bagi saya pribadi adalah, lagu ini rasanya Mama saya banget! Ibu saya memang seorang ibu yang rajin berdoa. Sungguh! Belum pernah saya menemukan ibu teman lain sebanyak (rajin) berdoa seperti mama saya ini. Bagi saya, doa adalah lambang kedekatan seseorang dengan Tuhannya, dan itu adalah teladan yang luar biasa dan langka sekaligus tidak mudah! (So, thank God I have you, Mom. You show me the real God. You’re an extraordinary mother!)

Lalu, entahlah apakah hanya terjadi pada saya, tapi tahu ngggak sih, sejak jadi ibu, saya merasa kok makin gampang terharu ya? Serius!

Pernah sekali waktu, anak-anak sekolah minggu di gereja saya, (yang setiap tahun, di gereja pada hari minggunya, merayakan hari Ibu), setelah paduan suara anak-anak sekolah minggu ini menyanyikan lagu “Di doa ibuku namaku disebut”, mereka akan turun dari podium menuju ke tempat duduk jemaat untuk mencari ibu masing-masing, untuk memberikan setangkai bunga.

Itulah saat pertama kali saya dengan noraknya nggak bisa menahan airmata.
“Selamat hari Ibu, Mama sayang! Aku sayang Mama,” kata anak saya, pula.

Beeuuuhhhh… ! Nggak nahan! Duh, sambil menerima bunga dan cium peluk dari anak saya yang waktu itu masih umur 3 tahun, saya nggak bisa menahan linangan airmata, di antara ibu-ibu lain yang duduk sebangku di gereja. Rasanya, no matter how hard I tried not to let my tears out, I just couldn’t help it.

Aduhhh, malu banget deh saya kesannya cengeng gitu, lalu saya buru-buru mengeluarkan tisu sambil menghapus mata yang jebol, baju saya pun sudah sampai basah ketumpahan airmata saya sendiri. Nggak berani lagi menoleh ke kanan ke kiri. Astaga, kata hati saya, inilah rasanya jadi seorang ibu! Terharu biru! Astaganaga, hahaha… Itu pertama kalinya di depan umum saya dapat bunga dan ucapan sayang dari anak saya! Sungguh mengharukan!

Mungkin itulah bagian termanis menjadi seorang Ibu.

Lalu, bagian tersulit adalah, seperti kutipan saat teduh Renungan Harian, tanggal 22 Desember 2009, yang masih saya simpan sampai sekarang:

“Bertumbuhnya seorang pribadi selalu ditopang oleh kehadiran dan dukungan seorang ibu, atau seorang lain yang berperan sebagai ibu baginya. Bagaimana berkata-kata, mengampuni sesama, berbagi serta menunjukkan kasih, juga memercayai Tuhan, kebanyakan dipelajari orang dari ibu. Maka, kiranya perhatian ibu bukan mengatur urusan rumah jasmani saja. Yang jauh lebih penting adalah menata fondasi hidup seorang anak, yang kelak bisa mengubah dunia dengan cara yang menyenangkan Allah.”

Betapa beratnya tugas seorang Ibu. Kitalah yang bisa mengubah dunia, melalui pembentukan karakter anak-anak kita. Itulah kenapa, kita memang harus menjadi ibu yang banyak berdoa.

So help us, God!

-*-

Foto: Pixabay

Berdoa dengan Yakin, Sangat Besar Kuasanya

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak. 5:16b).

‘Sangat besar kuasanya’ pada ayat ini sering ditafsirkan dengan pengabulan doa sesuai dengan apa yang diucapkan berdasarkan kebutuhan atau kepentingan si pendoa. Karena Allah maha kuasa maka Ia pasti dapat mengabulkan apapun permintaan si pendoa asal, pertama, yang berdoa itu orang benar, kedua, berdoanya dengan yakin.

Jadi bila ada orang kristen berdoa dan doanya tidak dikabulkan Tuhan, misalnya ketika berdoa untuk kesembuhan penyakitnya tidak terkabulkan, maka timbul pertanyaan, jangan-jangan si pendoa ada dosa-dosa tertentu yang belum beres, atau, mungkin juga si pendoa kurang yakin dalam doanya atau kurang beriman. Apakah ini tafsiran yang benar? Apakah cara menafsir seperti itu adalah tafsiran yang sehat?

Memang ayat di surat Yakobus ini bisa membawa kita kepada penafsiran seperti itu, karena setelah ayat ini diberikan contoh Elia yang berdoa menghentikan hujan, lalu hujan berhenti, lalu berdoa lagi untuk turun hujan, lalu hujan pun turun. Nah lihatlah Elia, dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan apa yang didoakan menjadi kenyataan. (ayat 17-18).

Apalagi jika ayat ini dikaitkan dengan perkataan Yesus, “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Mar. 11:24). Maka tafsiran tentang arti ‘yakin’ dalam surat Yakobus, yakni pasti dikabulkan sesuai permintaan, seolah semakin bersinar kebenarannya. Dan kata ‘yakin’ dalam surat Yakobus disamakan dengan: ‘percayalah bahwa kamu telah menerimanya.”

Dengan pola menafsir seperti itu tidak heran bila ada seorang ibu yang anaknya sakit lalu ketika didoakan bukannya sembuh tapi malah meninggal, maka si ibu dan mungkin anaknya juga akan dihakimi sebagai orang yang kurang beriman, atau ada dosa-dosa tersembunyi yang belum dibereskan. Penghakiman yang sama akan terjadi juga pada seseorang yang ketika berdoa usahanya supaya maju, ternyata malah bangkrut. Inilah akibat cara menafsir Alkitab yang tidak sehat.

Sekarang coba kita ambil tokoh Paulus. Tiga kali ia berdoa kepada Tuhan agar gangguan Iblis dihentikan (2 Kor. 12:7-8). Dalam kasus doa Paulus ini tentu saja kita tidak akan mempertanyakan apakah dia orang benar atau bukan, karena dia adalah Rasul; kita juga tidak akan meragukan apakah dia sungguh beriman atau tidak dalam doanya. Tetapi apa jawab Tuhan kepada orang benar yang sungguh-sunguh, sampai tiga kali, dalam doanya itu? “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Amat jelas bahwa Tuhan tidak mengabulkan permintaan Paulus. Tetapi hal ini bukan karena Paulus kurang benar atau kurang beriman, tetapi karena Tuhan punya rencana atau cara atau maksud yang lain bagi Paulus. Dan atas jawaban Tuhan itu, bagaimana respons Paulus? ‘Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku (2 Kor. 12: 9)’.

Jelas sekali Paulus menyesuaikan hidupnya sesuai dengan jawaban Tuhan itu. Dari kasus Paulus ini bisa kita tarik pelajaran bahwa doa itu bukanlah memaksa Tuhan menyesuaikan diri dengan kehendak atau keingin kita, tetapi kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan pimpinan dan rencana Tuhan. Ibarat garpu tala dan gitar. Gitarlah yang harus distem sesuai dengan garpu tala, bukan sebaliknya.

Ketika kita berdoa, silahkan uangkapkan segala permohonan kita. Seperti ajaran Paulus, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Fil. 4:6). Tetapi bersikap jugalah seperti Paulus ketika Allah berkehendak lain dari apa yang kita doakan. Doa kita bukan untuk mengubah Allah, melainkan menyerahkan diri kita untuk diubah Allah. Kitalah yang harus menyelaraskan diri dengan kehendak Allah, bukan sebaliknya.

Dalam berdoa kita harus yakin, itu benar sekali. Tetapi, yakin dalam hal apa? Keyakinan Paulus bukanlah yakin bahwa Allah pasti mengikut kehendaknya, atau mengabulkan apa yang didoakannya, melainkan ia yakin bahwa apapun jawaban Allah adalah yang terbaik bagi dirinya. Itulah isi keyakinan Paulus.

Doa orang benar dan yakin sangat besar kuasanya, itu benar sekali. Paulus mengalami kuasa Tuhan yang besar itu ketika ia menyesuaian dirinya dengan jawaban Tuhan. “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”

Paulus meneladani Kristus dalam doanya, “…tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk. 22:42).

-*-
Foto: Pixabay

Tips Menghadapi Masalah Hidup

Banyak masalah dalam hidup yang harus kita atasi. Agar lebih mudah menentukan tindakan yang harus kita ambil untuk mengatasinya, kita akan membedakan masalah hidup menjadi dua macam.

A. MASALAH BUATAN

Masalah buatan adalah masalah yang datang oleh diri kita sendiri. Masalah itu timbul karena tingkah laku dosa, sikap salah, ataupun akibat kepribadian buruk kita. Masalah buatan bukanlah masalah semu, hanya saja penyebabnya adalah diri kita sendiri.

Selama ini kita mengetahui ada tiga hal cara Allah menjawab doa, yaitu “Ya”, “Tidak”, atau “Tunggu”. Tetapi ada juga cara yang keempat, yaitu “Bertindaklah!” Berikut uraian maksud setiap jawaban Tuhan.

1. Ya!

Ketika Allah menjawab doa kita dengan “Ya”, itu berarti Ia mengabulkan permohonan kita. Ia melihat bahwa untuk kebaikan kitalah Ia mengabulkan permintaan itu.

2. Tidak!

Allah tidak mengabulkan permohonan kita karena Ia melihat bahwa yang kita minta itu bukan untuk kebaikan kita.

3. Tunggu!

Allah akan mengabulkan permohonan kita pada masa yang akan datang, bukan sekarang. Ia melihat bahwa untuk kebaikan kita permohonan kita dikabulkan pada masa yang akan datang, bukan saat ini. Waktu tunggu ini sesuai dengan waktu Allah.

4. Bertindaklah!

Allah menghendaki kitalah yang harus bertindak. Kitalah yang harus bertobat, memperbaiki diri, meninggalkan jalan kita yang berdosa. Kitalah yang harus meninggalkan kebiasaan buruk dan kebiasaan berdosa. Allah tidak akan melakukannya bagi kita. Ia pasti akan menolong kita, tapi kitalah yang harus bertindak!

Ketika menghadapi masalah buatan, kita mengharapkan Allah dengan ajaib menyulap kita dari orang yang sewenang-wenang, pemarah, pendendam, dsb. secara seketika menjadi orang yang sabar, pengasih dan penyayang, mudah mengampuni, dll.. Ini tidak akan dilakukan secara otomatis oleh Allah. Allah jelas akan menolong kita melalui Roh-Nya, tapi kita juga harus berusaha. Kita harus bertobat dari kebiasaan berbuat dosa, harus bertekad untuk meninggalkan kejahatan. Kita harus berhenti membaca bacaan porno atau menonton film porno agar tidak terangsang dan berzinah dalam hati. Kita harus menjauhi bar-bar dan minuman keras agar kita tidak kembali menjadi pemabuk.

B. MASALAH SUNGGUHAN

Masalah sungguhan adalah masalah yang datang tidak disebabkan oleh sikap atau tingkah laku kita sendiri. Masalah ini mungkin datang karena keinginan, perbuatan, dosa orang lain, bencana alam, kecelakaan, situasi negara, situasi ekonomi, dll.. Bila musibah, kecelakaan, dan sengsara datang, umat Kristen dianjurkan untuk langsung menghadap Allah untuk meminta tolong dan berlindung pada-Nya sambil terus menyembah dan memuji Dia serta tetap hidup benar. Tak perlu putus asa atau bunuh diri saat usaha kita terancam bangkrut atau sudah bangkrut. Tetaplah bertahan saat kita mengalami fitnahan hebat. Tetaplah setia saat suami/istri kita menyeleweng (yang bukan karena sifat dosa kita).

TINDAKAN KITA

Bila menghadapi suatu masalah, janganlah kita langsung panik, marah-marah, atau putus asa. Iman kita mengatakan bahwa Allah mengizinkan masalah hadir dalam hidup kita untuk kekudusan kita, menyadarkan kita akan adanya sifat-sifat yang tidak pendewasaan kita. Kita juga sadar bahwa Allah bukan saja memperbolehkan suatu masalah datang kepada kita, kadang-kadang Ia malah mendesain suatu masalah untuk kebaikan kita.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

1. Periksa apakah itu masalah buatan atau masalah sungguhan.

2. Bila masalah itu adalah masalah buatan; datanglah segera kepada Allah, lihat kelemahan dan dosa kita, bertobat, dan memohon anugerah-Nya untuk mengubah tingkah laku dan diri, dan rubahlah sikap dan tingkah laku kita. Sebaliknya, bila masalah itu adalah masalah sungguhan, kita datang kepada Allah dan memohon kekuatan serta pertolongan-Nya untuk menyelesaikan masalah kita.

(Diringkas oleh: Sri Setyawati)

Diambil dan diringkas dari: Judul artikel: Masalah Hidup; Judul buku: Mengatasi Masalah Hidup; Penulis: Dr. Jonathan A. Trisna; Penerbit: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta, Jakarta 1993

Foto: Pixabay

DOA YANG DITOLAK

Mengapa doa ditolak? Mungkinkah itu salah satu cara yang walau menyakitkan, bisa membuat kita semakin dewasa?

Waktu sekolah dulu, teman-teman saya suka iseng mencomot makanan ketika temannya sedang berdoa. Jadi, belajar dari pengalaman, kalau mau makan, sambil berdoa, ada teman saya yang akan menutupi makanan dengan kedua telapak tangan untuk menghindari para ‘maling’ jahil itu. Tentu saja doanya jadi kurang konsentrasi. Itu memori lucu saya tentang doa yang masih berkesan.

Apa yang paling berkesan bagi anda, tentang doa? Ada teman saya yang usil yang menjawab demikian: Doa saya paling sering ditolak!

Wah. Pernahkah doa anda ditolak? Teman saya itu pasti menjawab: Pernah banget! Sering, malah!! (Hahaha).

Jaman mahasiswa, saya pernah mendoakan sesuatu, cukup lama. Akhirnya saya sedih sekali karena ternyata doa itu ditolak. Tapi rupanya, doa itu bukan ditolak, hanya diundur waktunya. Pada akhirnya, kisahnya adalah happy ending. Sampai kini hal tersebut adalah sebuah pengingat bagi saya untuk berusaha bersabar, menunggu waktu jawaban Tuhan.

Jangan salah. Seperti teman saya yang usil tadi, doa saya yang betul-betul ditolak juga banyak, dan ada yang hingga kini masih berbekas. Tapi kembali saya ingat kejadian ‘pengingat’ tadi, dan walau masih belajar iklas, tetap saja terasa berat. Mungkin memang perlu waktu.

Seorang sahabat, sejak beberapa tahun belakangan ini memiliki pergumulan berat. Akhir-akhir ini dia, jika dia kirim pesan WA ke saya, keluhannya adalah, seolah doanya tak terjawab. Atau doanya mungkin ditolak. Dia hampir menyerah. Karena sama-sama sibuk, saya dan dia hanya bisa komunikasi aktif dengan chatting. Membaca ceritanya, kadang saya ikut menangis selama chatting. Sejujurnya, saya juga ikut letih pada pergumulannya. Seolah tak ada jawaban, seolah tak ada jalan keluar. Dan itu sungguh menyesakkan dan melelahkan. Saya hanya bisa menghiburnya dengan mendorongnya bersabar dan percaya, walau mungkin saya juga tak bisa sekuat itu.

Bicara soal ditolak, memang tak ada enaknya. Ditolak itu sakit. Ya ditolak cintanya, ya ditolak lamaran kerjanya, ditolak masuk suatu kumpulan, atau ditolak proposal kenaikan gaji, dan lainnya. Ditolak itu menyakitkan. Jangankan yang ditolak jika kita yang meminta, bahkan jika yang ditolak pemberian atau sumbangan kita pun bisa bikin sakit hati.

Bagaimana dengan doa yang ditolak tadi? Teman saya bertanya: Apa yang membuat Tuhan sebegitu ‘pelit’ atau ‘kejam’ menolak doa umat ciptaanNya?

Saya ingat sekali kala masih muda dulu pernah curhat dalam doa pada Tuhan. Saya dengan jujur berdoa dan bilang padaNya: Tuhan saya benci sama itu orang, jahat banget dia sama saya, Tuhan pasti tahu. Tuhan pasti tahu juga saya saat ini nggak mau maafin dia dan saya berharap dia mendapat balasan setimpal atau lebih buruk. Saya berharap segala yang terburuk terjadi menimpanya. Tuhan, Engkau tahu isi hati saya dan itulah keinginan jujur saya. Timpakanlah segala cilaka padanya! Tapi Kau Tuhan pengasih. Kau pasti mengampuni dia. Tapi dia jahat banget, Tuhan!

Habis berdoa, saya bengong. Hah! Doa macam apa tuh! Beberapa waktu setelah itu, jika saya teringat, saya menertawakan diri sendiri. Betapa silly doa itu walaupun betapa jujurnya. Tapi Tuhan kan tidak menolak doa macam apapun. Tidak ada doa yang ditolak dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Intinya adalah pada kalimat penutup: Tapi kehendakMulah yang jadi. Amin.

Pada akhirnya saya sadar, jawaban Tuhan atas doa yang tadi itu adalah: Tugasmu adalah mengampuni. TugasKu, membalaskan dengan caraKu dan waktuKu, dan itu bukan urusanmu.

Tentang doa, analogi saya kemudian menjadi sederhana. Seperti ini. Anak saya boleh meminta apa saja. Tapi sayalah orangtua. Saya lebih tahu yang terbaik untuknya. Dia bisa minta dibelikan iphone terbaru, tapi saya bisa memberikannya hanya ponsel biasa, sebab saya tahu yang penting buat dia adalah komunikasi, bukan gaya keren-kerenan yang akan membuat dia sombong dan dibenci teman-temannya.

Pernah juga, dulu ada doa yang dikabulkan Tuhan yang kemudian membuat saya menyesal. Ada sebuah cita-cita impian saya dan Tuhan mengabulkan doa saya untuk hal itu. Tapi ternyata impian itu tidak seperti yang saya harapkan. Apa maksud Tuhan di situ? Apa mau bilang: ‘Nih rasain permintaan lu nih!’?
Bukan. Mungkin Tuhan ingin saya belajar sesuatu dari situ. Dan betul. Saya jadi belajar, tidak semua impian atau keinginan kita baik bagi kita. Atau mungkin memang baik, walau dengan cara yang menyakitkan, yang bisa membuat kita semakin dewasa. Itu mungkin berlaku bagi pergumulan sahabat saya tadi.

Lalu seorang teman bertanya: Jadi apa resep doa yang manjur? (Manjur? Lu kira jamu! jawab teman usil tadi.) Tapi betul. Memang ada. Ada resep doa yang manjur. Doa yang pasti dikabulkan. Apa itu?

Mau doa manjur? Tinggallah di dalam Aku. Apa pun yang kau minta akan Kuberikan.

Itu tertulis dalam kitab Yohanes 15:7. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Apa itu artinya tinggal dalam Tuhan? Pendeta saya menjabarkannya seperti berikut ini.

Artinya, ketahuilah hati Tuhan. Kenalilah Tuhan. Lakukanlah perintah Tuhan. Bertingkahlakulah sebagai anak Tuhan.

Anak Tuhan?

Ya. Kalau kita tinggal di dalam Tuhan, dan melakukan firman Tuhan, tak mungkin lagi kita meminta/mendoakan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Contohnya?

Tuhan tidak suka kesombongan, jadi percuma kita berdoa minta jadi millioner sebab itu mungkin akan membuat kita jadi sombong, berbuat dosa dan jadi batu sandungan. Anak Tuhan takkan minta sesuatu yang akan membuatnya tidak menaati Tuhan.
Masih bingung?

Misalnya kau anak pendeta. Kalau sudah tahu ayahmu enggak bakalan kasih kau pergi ke diskotik, untuk apa menghabiskan waktu untuk bolak-balik minta ijin ke diskotik? Sudah pasti ditolak. Tapi jika kau minta ijin pergi ke gereja, pasti dikasih langsung, malah disuruh cepat-cepat berangkat, dan mungkin diberi ongkos lebih dan uang jajan (hahaha).

Teman usil tadi pun menyimpulkan dengan asal. Kalau begitu, percuma dong berdoa minta jadi milioner, doanya bakal ditolak! Lalu saya bolehnya minta apa dong?

Kata pendeta, mintalah hikmat, kesabaran, kasih. Itu pasti manjur, pasti dikabulkan! Seratus persen manjur! Mintalah hikmat untuk bisa hidup saleh walau tak jadi milioner. Sebab tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk menjadi milioner.

Anak saya pernah bingung karena jika dia minta uang sumbangan untuk murid yang berduka di sekolah, pasti saya kasih, dan jumlahnya pasti lebih besar dari pada uang jajannya. Kalau dia minta uang untuk beli mainan pasti saya interogasinya lama dan belum tentu dikabulkan. Dia sempat kesal.

Begitulah kadang saya melihat diri saya dalam hal jawaban doa. Apa yang kita inginkan bukan selalu yang kita butuhkan. Memang menyakitkan ketika doa kita tidak dikabulkan. Tapi Tuhan tahu yang terbaik bagi anak-anakNya. Dan seperti kata pendeta, apapun isi hati kita, tak ada salahnya menceritakan pada Tuhan. Segala curhat, ‘aib’ dan rahasia kita aman di tanganNya, tak bakalan disebarkan ke orang lain. Yakinlah! Jaman sekarang serba terbuka. Kita curhat lewat telepon bisa direkam/disadap. Curhat lewat email/surat/chatting, bisa disimpan atau di-captured dan disebar. Tak ada lagi privasi. Lalu mengapa tak kembali kepada doa, privasi tertinggi, terpercaya dan tersejahtera?

Lalu kata pendeta saya: Tapi, jangan berdoa hanya jika sedang ada permintaan lho, ya. Itu namanya egois. Memangnya kau suka jika temanmu muncul pada saat ada maunya saja? Memangnya enak kalau teman hanya telepon kalau mau minta tolong, tetangga hanya datang kalau mau pinjam uang? Memangnya enak diperlakukan begitu?

-*-

Foto: Pixabay