Tag Archives: Bos Besar

Jangan Asal Bapak Senang, Kecewa Nanti

Pagi itu, saat aku tiba di kantor, tampak office boy (OB) sibuk mengelap kaca. Toilet pun dibersihkan sedemikian rupa. Jadi wangi sekali.

Semua sibuk. Ini gara-gara menjelang siang, sang owner alias Pak Bos Besar, akan datang ke kantor dan mengumumkan sesuatu yang sangat penting.

Bukan berarti sehari-hari kaca depan itu buram atau kotor penuh noda ya. Atau toilet berbau pesing, dan sebagainya.

Sehari-hari bersih kok. Hanya saja, hari ini jauhhhh lebih bersih dan jauh lebih wangi.

“Tumben,” kataku.

“Iya pak, kan pak bos akan datang,” kata salah satu dari OB itu.

Baiklah, jadi ketika pak bos datang, semua harus tampak sempurna. Sebuah pekerjaan dilakukan sungguh-sungguh hanya ketika bos besar akan datang.

Aku ingat ketika masih kecil tinggal di perkebunan sawit tempat papa bekerja. Ada masa-masa di mana Administrateur (ADM) berkunjung ke pemukiman karyawannya.

Saat itu, segala sesuatu harus tampak sempurna. Pekarangan tak boleh ada sampah. Pagar hidup harus dipercantik. Kalau bisa, dinding rumah sudah dicat. Pokoknya, bapak ADM itu harus melihat segala sesuatu baik adanya.

Dalam hal menyambut pejabat juga sering begitu, bukan? Kalau seorang pejabat negara akan datang, maka semua harus tampak baik. Bahkan, lokasi pengungsian yang bakal dilewati sang pejabat pun harus bersih. Para pengungsi harus sudah mandi, bersih, wangi, padahal mereka sedang susah hati.

Seberapa banyak dari kita masih sering berperilaku begitu? Yang penting bapak/ibu bos senang, yang penting di mata bapak/ibu bos semua baik. Padahal, kadang seperti mangga yang cantik kulitnya tapi busuk penuh ulat di dalam dagingnya.

Hal yang baik dan terpuji mestinya harus dilakukan setiap saat, ada tak ada bos, atau ada tak ada pejabat, atau siapapun yang ingin kita hormati. Ia harus jadi perilaku, dilakukan bukan karena kita ingin dinilai orang lain, tetapi karena seharusnya begitulah kita melakoni hidup setiap saat.

Aku teringat bagian Firman Tuhan di Kolose 3:23 yang berkata: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan, sebab Dia itu Maha Tahu. Dia tahu hati kita, apakah yang kita lakukan itu kepura-puraan belaka atau tulus dan jujur adanya. Jadi percuma berbuat baik, tapi di hati ada borok menganga, sebab itu takkan tersembunyi dari Dia.

Seperti Yesaya 29: 15 yang berkata, “Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap TUHAN, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: ‘Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?'”

Lagi pula, melakukan yang baik itu janganlah semata-mata untuk mendapatkan pujian atau penilaian baik manusia. Sebab belum tentu manusia menghargai usahamu, bukan? Nanti kamu kecewa. Celaka!

Tapi Tuhan tahu memberi ganjaran terbaik. Dia tahu apa yang kita kerjakan setiap detailnya, setiap waktunya. Berapa banyak air mata, kesusahan yang kita alami untuk melakukan hal-hal baik. Percayalah, untuk segala sesuatu yang baik, jerih payah kita tidak akan sia-sia.

Foto: Skeeze/Pixabay