Tag Archives: AKAP

“Om Telolet, Om” …Belajar Bahagia dari Kanak-Kanak

“Om telolet Om”. Ini adalah ucapan anak-anak kecil di tepi jalan kepada supir bis untuk menyalakan klaksonnya lalu anak-anak itu akan merekamnya dengan ponsel.

Lalu, mereka akan mengunggah video itu di jejaring sosial mereka. Dan mereka pun bahagia. Fenomena ini sedang mendunia sekarang. DJ terkenal macam DJ Snake dan Zedd juga menyebut soal telolet di akun Twitter-nya.

Fenomena ini sebetulnya bermula sejak 5 atau 6 tahun lalu. Anak-anak di berbagai daerah di Jawa Timur, yang banyak dilintasi bis AKAP, antar kota antar provinsi, yang memulainya. Lalu menular ke daerah-daerah lain.

Pengaruh media sosial membuat fenomena ini jadi pembicaraan banyak orang. Saya melihat perkembangan, dari sekadar senang-senang anak-anak kecil, fenomena ini juga banyak dipakai untuk menimpali pembicaraan terlalu serius di timeline media sosial.

Apalagi saat ini media sosial sedang riuh dengan hoax, postingan SARA, dan sebagainya. Saya senang, soal telolet ini bikin media sosial jadi lebih menghibur.

Intinya sederhana, jangan terlalu serius, bersenang-senanglah.

Tak ada yang tahu asal mula kenapa anak-anak di Jawa Timur suka merekam klakson itu. Mungkin karena lucu. Mungkin karena bis-bis AKAP itu memang punya ciri khas berupa klakson telolet itu.

Kalau saya menduga, karena anak-anak memang suka sesuatu yang menyenangkan. Anak-anak tak bisa lama-lama diajak bicara yang terlalu serius. Anak-anak itu suka bahagia.

Seringkali kita harus belajar dari anak-anak tentang cara mereka menghadapi kehidupan. Waktu para Rasul bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka, Tuhan Yesus membawa seorang anak kecil dan berkata pada murid-muridNya untuk mencontoh anak itu.

Yes, anak-anak tak memusingkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Anak-anak juga bisa melihat sesuatu yang tak dilihat oleh orang dewasa dan bahagia karenanya. Anak-anak tak butuh penjelasan atau dijelaskan tentang apa yang dilihatnya, mereka punya cara tersendiri untuk melihat, dan sekali lagi, mereka bahagia karenanya.

Saya ingat kisah di buku Little Prince karya Antoine de Saint-Exupéry. Di awal-awal buku itu, si Pangeran Kecil bicara tentang gambar ular Boa yang disalahartikan oleh orang dewasa sebagai gambar topi.

Orang dewasa, kata Pangeran, tak bisa memahami gambar itu. Lalu ia terpaksa menggambar gambar yang lain, gambar ular yang menelan gajah.

“Mereka (orang dewasa) selalu ingin segala sesuatu diperjelas,” kata Pangeran. Dia melanjutkan: “Orang dewasa tak pernah berusaha memahami sesuatu, dan bagi anak-anak itu sangat melelahkan untuk selalu dan selamanya menjelaskan segala sesuatu kepada orang dewasa.”

Kamu masih penasaran kenapa anak-anak kecil suka merekam klakson telolet dan minta penjelasan? Berhentilah! Bersenang-senang sajalah dengan mereka. Sebab kebahagiaan tak selamanya perlu diperjelas, bukan?

 

Foto ilustrasi: pexels.com