Membangun Sesuatu yang Lebih Baik Ternyata Tidak Mudah

Pagi ini, saya teringat pada salah satu kisah dalam Alkitab, yaitu tentang Nehemia yang membangun kembali tembok Yerusalem. Entah mengapa ada dorongan kuat untuk membaca kisahnya, jadi dalam perjalanan naik kereta, saya membuka Alkitab elektronik dalam HP saya.

Total ada 13 pasal, dan saya enggak kuat baca langsung sekaligus. Jadi saya bagi setengah dalam perjalanan pergi, setengah dalam perjalanan pulang.

Kisah Nehemia sangat menginspirasi. Dan, meskipun kisah ini terdapat dalam kitab suci umat Kristiani, pesannya sangat universal dan berlaku untuk seluruh umat manusia.

Sama seperti dalam kitab suci agama lain, saya pun sering menangkap pesan-pesan kemanusiaan yang universal dan sering saya ingat-ingat kata-katanya untuk menuntun saya menjadi manusia yang lebih baik.

Sebenarnya, apa sih inti kisah Nehemia? Jadi ceritanya beliau itu terpanggil untuk melaksanakan satu tugas mulia: membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah hancur berantakan.

Emang Nehemia itu siapa, tukang bangunan? Bukan! Beliau itu juru minuman raja. Enggak tahu spesifik jobdesk beliau itu apa, tapi yang jelas, Nehemia itu kerja di istana, hidup nyaman, dan kalau hanya memikirkan diri sendiri, beliau itu tinggal meneruskan hidupnya yang nyaman di istana.

Tapi Nehemia punya visi lain yang lebih besar. Beliau ingin membangun kembali bangsanya yang sudah hancur berantakan. Dan demi visi mulia ini, beliau ikhlas meninggalkan kenyamanannya sebagai juru minuman raja. Beliau akhirnya pulang kampung ke Yerusalem dan mulai membangun kembali tembok yang sudah hancur.

Tentu saja banyak tantangan yang dihadapi Nehemia. Kesel banget ya, niatnya baik, perjuangannya sudah mumpuni, dan ini demi kemashalatan hidup orang banyak….kok ya tetap aja jalannya enggak mulus.

Butuh waktu lama, strategi jitu, daya tahan, kesabaran, sampai akhirnya tembok Yerusalem terbangun kembali. Tapi Nehemia tidak menyerah. Beliau bertahan dan step by step, beliau menyelesaikan pembangunan tembok itu, tentu saja dengan dukungan tim kepercayaannya.

Membangun sesuatu menjadi lebih baik memang tidak mudah. Ketika bertukar pikiran dengan Profesor saya saat bertemu beliau di konferensi studi Jepang di ASEAN di Cebu, beliau bilang,”Untuk mengubah suatu hal menjadi buruk, itu hanya butuh waktu beberapa detik. Tapi untuk mengubah suatu hal menjadi lebih baik, diperlukan waktu yang lama. Tapi kalau kita bertahan dan terus berjuang, hasil pasti mengikuti.”

Beberapa waktu yang lalu, Papa saya cerita ketika beliau hendak pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya, Bapak mertuanya (kakek saya) berkata,”Pulanglah ke Indonesia dan bangun negara kita.”

Papa pulang ke Indonesia, tapi mendapati kenyataan bahwa niat baik itu tidak selalu diikuti dengan jalan lancar bak jalan tol. Sebaliknya, tantangan demi tantangan harus dihadapi.

Tapi beliau memegang teguh amanah bapak mertuanya dan berusaha maksimal untuk membangun negara ke arah yang lebih baik. Butuh waktu, tenaga, kesabaran, daya tahan, semangat juang, dan konsistensi. Pada akhirnya memang ada buah-buah pembangunan yang signifikan, tapi butuh waktu lama sampai akhirnya berbuah penuh.

“Pulanglah ke Indonesia dan bangun negara kita.”

Jika kakek saya masih hidup, setelah saya menyelesaikan studi saya di Osaka, beliau juga pasti akan mengatakan hal yang sama kepada saya.

Dan adalah sebuah kewajaran, jika tidak ada yang instan dalam membangun sesuatu yang besar. Tapi kelak, kebaikan akan mengikuti, sepadan dengan usaha, kesabaran, konsistensi, dan daya tahan yang dikeluarkan.

 

Rouli Esther Pasaribu

Penulis adalah pengajar paruh waktu di Program Pascasarja Kajian Wilayah Jepang UI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *