#stillstanding

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu. (1 Korintus 3:16-17 ITB)

Pagi-pagi buta saya dikejutkan oleh teriakan seorang jemaat gereja yang menggedor-gedor pintu rumah kami. Rupanya dia terpaksa melompati pagar karena telah beberapa lama memanggil-manggil dari luar tanpa mendapat jawaban dari kami yang sedang tertidur lelap. Dia datang untuk mengabari bahwa gedung gereja kami sedang terbakar.

Kami pun bergegas menuju ke gereja yang berjarak kurang dari 1 km dari rumah. Sampai di sana kami hanya bisa menyaksikan api yang telah memakan habis ruang ibadah utama kami beserta semua yang ada di dalamnya. Alat musik, sound sistem, lampu, kursi-kursi yang sudah ditata rapi untuk ibadah pagi ini, semuanya dilalap api. Tidak ada yang bisa kami lakukan.

Pemuda-pemuda yang sudah ada di sana kemudian sedikit bercerita bagaimana mereka susah payah memanggil bantuan pemadam kebakaran. Lokasi kami berjarak hanya sepelemparan batu dari Akademi Angkatan Udara dan Bandara Adisucipto, namun pihak AAU tidak dapat membantu pemadaman karena terkendala prosedur “chain of command” mereka, yang katanya sungkan untuk membangunkan komandan di pagi-pagi buta seperti itu. Lokasi kami juga berjarak lebih dekat dengan wilayah kotamadya Yogyakarta daripada pusat pemerintahan kabupaten Sleman, walaupun secara administrasi kami berada di kabupaten Sleman. Ketika menghubungi pemadam kebakaran Kodya, jawabannya juga sama, kami merupakan tanggung jawab kabupaten Sleman. Akhirnya memang kami harus pasrah menunggu kedatangan pemadam kebakaran kabupaten Sleman yang markasnya berjarak dua kali lebih jauh daripada pemadam kebakaran Kodya. Beberapa jemaat yang tiba dengan segera ke lokasi pun menunggu cukup lama sambil menangis memandangi api yang merembet dan membesar membakari tempat ibadah kami. Puji Tuhan ada bapak-bapak polisi yang menemani mereka dalam ratapan mereka.

Ah sudahlah. Kami tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Kami menerima kejadian ini sebagai musibah yang diizinkan Tuhan terjadi. Penyebab kebakaran yang katanya masih mau diselidiki, apakah benar karena arus pendek (korslet) atau penyebab lain, tidak lagi terlalu kami hiraukan. Kami mau belajar menerima dan memaknai bahwa Tuhan sanggup mendatangkan kebaikan yang lebih besar bagi kami melalui peristiwa ini.

Tempat ibadah kami ini belum lama kami tempati . Kira-kira satu setengah tahun yang lalu kami pindah ke tempat ini. Sedikit demi sedikit kami mendandani tempat itu, yang aslinya adalah rumah tua yang sudah lama kosong, sampai menjadi salah satu gereja kecil dengan interior paling cantik di Jogja. Mungkin itu yang akan kami rindukan. Ada banyak spot untuk berfoto selfie di dalam gereja kami yang terbakar itu.

Ah sudahlah. Saat ini kami mau mulai berdoa dan beriman bahwa Tuhan akan mencukupkan kami untuk merenovasi kembali tempat ibadah dan menyewa tempat ibadah sementara selama renovasi berlangsung. Anggota jemaat kami, yang datang dari berbagai kalangan seperti wirausahawan, mahasiswa, mantan narapidana, ODHA (Orang Dengan HIV AIDS), mantan anak jalanan, keluarga-keluarga prasejahtera, semua percaya Tuhan kami adalah Bapa kami yang sempurna, yang mengasihi kami dan sanggup menolong kami. Tulisan ini saya buat bukan untuk meraih simpati atau menunjukkan bahwa kami patut dikasihani. Yang terbakar hanya tempat ibadah, sesungguhnya gereja tidak terbakar, karena gereja adalah kami, setiap orang yang percaya kepada kasih karunia dalam Kristus Yesus.

Don’t cry with me, because I don’t.
Smile with me, stand by me.
For I know whom I have believed
He who is good, and He is able

 

Foto : Shine Jogja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *